セオリーリュクス レディース コート 通販 theory ADIDAS luxe luxe

ARTIKEL KELAS
KONFREHENSIF READING
(CASE STUDY)
BY. ZULFAHMI,SE.MM
Sumber : Internet
Edisi Desember 2012
Strategi Pemasaran Ala Apple
Setiap kali Apple merilis produk terbaru selalu saja jadi incaran konsumen. Bukan hanya karena
produknya yang eksklusif, tapi strategi pemasarannya juga patut dicontoh. Lalu strategi apa yang
dipraktekkan
oleh
perusahaan
yang
dipimpin
oleh
Steve
Jobs
tersebut?
Masih segar di ingatan kita bahwa Apple belum lama ini memperkenalkan produk tablet komputer yang
dinamai iPad. Rupanya konsumen yang berniat memilikinya saat peluncuran resminya tidak bisa
membeli. Selidik punya selidik, seluruh stok iPad yang akan dilepas ke toko pada saat hari
peluncurannya sudah habis dipesan. Dengan kata lain, hari peluncurannya nanti adalah momen serah
terima Apple kepada pemesannya. Kesempatan untuk memiliki gadget canggih tersebut akan datang
lagi dua minggu kemudian.
Rumor tentang hadirnya iPad sudah menjadi perbincangan hangat di dunia maya sejak tahun lalu.
Berbagai forum di internet ramai mendiskusikan spesifikasi yang akan dibenamkan. Saat itu belum ada
yang tahu pasti bahwa tablet komputernya dinamakan iPad. Mereka masih menyebutnya iTablet. Pihak
Apple sendiri tidak memberikan klarifikasi apapun tentang bola panas perbincangan tersebut. Terang
saja, sikap diam yang ditunjukkan perusahaan yang bermarkas di California ini menimbulkan rasa
penasaran hingga saat perkenalannya.
Anda juga bisa mempraktekkan strategi ini. Melempar isu ke masyarakat jauh-jauh hari sebelum
produk diluncurkan untuk menghasilkan efek penasaran. Dan jangan membuat klarifikasi apapun hingga
saatnya tiba. Selamat mencoba!
Apple: Produk Jenius atau Strategi
Pemasaran yang Jenius?
iPhone 5 akhinya secara resmi diumumkan oleh Apple yang akan merilisnya ke pasaran
pada tanggal 4 Oktober 2011 nanti. Jauh-jauh hari ketika rumor mengenai bakal diproduksinya
iPhone 5 mulai beredar sudah begitu banyak rumor mengenai spesifikasi iPhone 5, harga iPhone
5, desain yang mungkin bakal diterapkan dan sebagainya.
Harus diakui bahwa Apple adalah ahlinya strategi pemasaran termasuk diantaranya berupa
penyebaran isu-isu yang terkesan didramatisir baik mengenai produk maupun perusahaannya.
Apple: Maestro dalam Mendramatisir Kejadian
Setiap kali muncul rumor bakal beredarnya produk baru Apple, secara resmi pihak perusahaan
selalu tampak merahasiakan secara rapat-rapat. Bahkan konon jika ada karyawan Apple yang
berani buka mulut mengenai produk yang bakal dirilis maka sanksi yang sangat berat adalah
konsekuensinya.
Meski demikian toh nyatanya selalu ada „bocoran-bocoran‟ kecil mengenai detil produk baru
tersebut. Memang benar bahwa pihak-pihak yang menyebarkan „bocoran‟ tersebut mengaku
mendapat informasi dari pihak luar seperti mitra Apple, perusahaan pengiriman atau bahkan
petugas pelabuhan.
Benarkah „bocoran‟ tersebut berasal dari pihak-pihak di luar Apple? Meski tak sulit dibuktikan
namun agaknya tidak cukup logis jika semua itu terlepas dari campur tangan Apple. Jika benar
pihak-pihak yang notabene adalah mitra kerja Apple tersebut mencari sumber bocornya
informasi maka sebenarnya Apple bisa dengan mudah melakukan tindakan preventif dan
represif. Tentu dengan catatan jika memang Apple menghendaki tidak ada informasi yang bocor.
Sikap tutup mulut pihak perusahaan atau ketiadaan pernyataan resmi dari pihak perusahaan
justru memicu semakin kuatnya keinginan masyarakat untuk mengikuti „rumor-rumor‟ dan
„bocoran-bocoran‟ yang beredar di berbagai media terutama internet.
Ketika iPhone 4 hendak dirlis secara resmi, dengan konyolnya muncul kejadian bahwa seorang
karyawan perusahaan telah kehilangan purwa rupa iPhone 4 di sebuah bar. Dengan cepat berita
tersebut beredar dan secara cepat pula informasi mengenai spesifikasi dan desain iPhone 4
beredar di berbaga blog dan situs jejaring sosial.
Pertanyaannya adalah: jika benar Apple memberi sanksi sangat berat kepada karyawan yang
memocorkan informasi produk yang bakal dirilis, adakah karyawan yang sedemikian bodohnya
membawa purwarupa sebuah produk yang sedang hangat menjadi topik pembicaraan saat itu?
Bulan Agustus lalu, jelang peluncuran iPhone 5 bahkan kejadiannya jauh lebih dramatis. Apple
menyatakan telah kehilangan sebuah purwa rupa iPhone 5. Saat dikonfirmasi Kepolisian San
Fransisco menyatakan tak pernah menerima laporan mengenai hal tersebut. Namun selang
beberapa hari kemudian pihak kepolisian mengakui adanya laporan tersebut.
Bedanya adalah bahwa pada kejadian ini tidak tersebar informasi mengenai desain ataupun
spesifikasi dari iPhone 5, karena hingga kini tak ada kelanjutan ceritanya.
Apple: Maestro dalam Berkolaborasi dengan Media
Selain kepintarannya dalam mendramatisir kejadian sebagai bagian dari kampanye
pemasaran, perusahaan yang baru saja ditinggalkan oleh maskotnya (Steve Jobs) ini juga cerdik
dalam memilih media yang hendak dijadikannya sebagai corong pemberitaan.
Tak setiap media beroleh kesempatan untuk menjadi „juru bicara‟ Apple. Salah satu dari
sedikit jurnalis yang beruntung adalah Walter Mossberg, seorang jurnalis Wall Street Journal.
Saat jelang peluncuran iPad 2 lalu dia bahkan berkesempatan memiliki satu unit iPad 2 lebih
cepat ketimbang jurnalis lain. Karenanya para pecinta produk Apple selalu menantikan ulasanulasan atau tweeps-nya terkait produk-produk terbaru Apple.
Kombinasi antara sikap “tutup mulut” dan kejelian memilih media menjadikan hampir
semua produk Apple yang akan dirilis menguasai headline-headline di berbagai media baik
tradisional maupun internet.
Jika diperhatikan baik-baik maka jelang dirilisnya produk Apple berita mengenai produk
tersebut selalu menghiasi Google Trends dan Google Insights hampir setiap hari.
Jadi ketika produk-produk Apple begitu dinantikan oleh pasar dan bahkan banyak orang rela
mengantri beberapa jam sebelumnya demi memperoleh produk tersebut apakah memang benar
bahwa produk Apple sedemikian hebatnya? Ataukah tim pemasaran Apple memang terdiri dari
para pemasar yang jenius? (Satrio)