Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Cost of Goods Sold and Inventory – Estimation and Noncost Valuation Inventory Valuation at Other Than Cost Penilaian Persediaan menurut Nilai Terendah antara Biaya dan Nilai Pasar (Inventory Valuation at Lower of Cost or Market) Profesi Accounting belum mengizinkan pengakuan keuntungan atas pemiilkan (holding gains) yang belum direalisasi atas inventory, yaitu barang-barang yang ada dalam perusahaan tak dapat dicatat dengan nilai yang lebih tinggi untuk menyatakan kenaikan tingkat harga yang terjadi sebelum sale. Namun menurut GAAP, pengakuan kerugian yang belum direalisasi harus dicatat. Pengakuan atas suatu penurunan nilai persediaan yang merupakan suatu kerugian dalam periode di mana penurunan tersebut disebut penilaian menurut nilai terendah antara biaya dan pasar (valuation at cost or market whichever is lower) yang sering disingkat LCM Lower of Cost or Market Dalam menerapkan aturan the lower of cost or market, cost of the ending, sebagaimana ditetapkan berdasarkan suatu cost allocation method, dibandingkan dengan market value pada akhir periode. Jika market lebih rendah daripada cost, adjusting entry dibuat untuk mencatat loss dan menetapkan kembali ending inventory dengan nilai yang lebih rendah. Di sini harus dicatat bahwa untuk kepentingan perpajakan tidak diizinkan adanya penyesuaian ke LIFO cost, akan tetapi untuk tujuan laporan keuangan, the lower of cost or market diterapkan pada seluruh inventory. Definisi nilai pasar (Definition of Market) market dalam konteks LCM ditafsirkan sebagai replacement value dengan limit tertinggi dan terendah yang mencerminkan nilai estimasi yang dapat direalisasikan. Konsep market yang ditetapkan olelh American Institute of Certified Public Accountants sebagai berikut: Sebagaimana digunakan dalam frase lower of cost or market, istilah market berarti replacement cost saat ini (dengan purchase atau dengan mereproduksi, sesuai dengan kasus yang dihadapi) kecuali bahwa: 1. Market tidak boleh melampaui nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable) yaitu estimasi selling price dalam kegiatan perusahaan sehari-hari dikurangi cost yang dapat diperkirakan secara layak untuk menyelesaikan dan menjualnya ke pasar 2. Market tidak boleh lebih rendah daripada nilai bersih yang dapat direalisasikan dikurangi penyisihan (allowance) untuk marjin laba normal yang diperkirakan. Nilai ganti (Replacement Cost) Kadang disebut entry cost mencakup purchase price produk atau raw materials ditambah seluruh cost lainnya yang dikeluarkan dalam perolehan atau pengolahan barang. Karena harga borongan (wholesle) dan retail price pada umumnya saling berkaitan, maka penurunan entry cost biasanya mengindikasikan penurunan selling price atau exit value. Jika selling price tidak menurun, tidak ada loss atas kegunaan barang dan penurunan nilai inventory tidak dapat dibenarkan. Dilain pihak selling price dapat menurun karena pengaruh faktor-faktor yang tidak berkaitan dengan replacement cost antara lain: Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation 1. Adanya unsur inventory telah digunakan sebagai suatu contoh peraga dalam pameran penjualan sehingga barang tersebut sukar untuk dijual sebagai produk baru. 2. Unsur barang telah rusak dalam penyimpanan atau menjadi usang karena di pajang terlalu lama. Penerapan metode nilai terendah antara harga pokok dan nilai harga pasar (Applying Lower of Cost or Market) Metode ini dapat diterapkan pada masing-masing unsur inventory, kelas-kelas / kategori utama inventory atau pada persediaan secara keseluruhan. Penerapan inventory ini pada setiap unsur inventory akan menghasilkan nilai inventory yang terendah. Akuntansi untuk penurunan Nilai Persediaan (Accounting for Declines in Inventory Value) Dalam penilaian inventory menurut lower of cost or market: 1. Penurunan dalam nilai asset akan tercermin langsung dalam perkiraan inventory atau dalam perkiraan penilaian inventory tersendiri. 2. Loss atas penurunan market value dapat dinyatakan sebagai suatu pos yang tersendiri dalam income statement setelalh cost of good sold. 3. Alternatif lain yaitu menyajikan loss secara langsung dalam seksi cost of good sold dengan menilai ending inventory menurut market , bukan berdasarkan cost. Penilaian menurut Pasar (Valuation at Market) Jika inventory price naik, secara umum para akuntan di minta oleh pihak manajemen untuk beralih dari lower of cost or market method dan cost of sales ke penilaian menurut market valuation guna menilai inventories. Market method bukanlah cost allocation method dan dengan demikian tidak diterima untuk umum tujuan accounting untuk kebanyakan hal. Karena baik cost of good sold maupun inventory di nilai menurut market price (biasanya replacement cost) maka jumlahnya akan melebihi cost of inventory purchased. Penggunaan replacement cost untuk mencatat cost of good sold memungkinkan pembagian gross profit menjadi 2 bagian yaitu: 1. Perbedaan antara purchase cost dan replacement cost pada saat sale, disebut juga holding gain 2. Perbedaan antara replacement cost dan selling price, yang merupakan operating profit Holding gain harus dipakai untuk menggantikan persediaan yang terjual (sold inventory), dan karena itu boleh dipakai untuk membayar dividends kepada stockholder. Contoh: Suatu perusahaan membeli 100 unit persediaan seharga Rp 1.000 per unit (Total sebesar Rp 100.000). Pada saat pembelian, diharapkan bahwa persediaan akan dijual seharga Rp 1.250 per unit (markup 25% atas harga pokok). Diasumsikan bahwa sebelum dijual kembali, harga pokok untuk memperoleh barang yang sama naik menjadi Rp 1.200 per unit, dan harga jual kembali naik menjadi Rp 1.500 per unit guna mempertahankan markup 25%. Jika 100 unit di jual, maka menurut akuntansi berdasarkan harga perolehan akan di akui pendapatan dari penjualan sebesar Rp 150.000 atau laba kotor sebesar Rp 50.000. Tapi penggantian 100 unit kini memerlukan dana Rp 120.000 dari hasil penjualan tersebut. Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Dengan demikian Rp 20.000 dari laba yang dilaporkan sebenarnya adalah keuntungan dari penyimpanan dan Rp 30.000 adalah dari laba operasi. Jika persediaan dinilai berdasarkan nilai pasar, maka keuntungan penyimpanan lain akan diakui selama periode kenaikan harga, keuntungan atas persediaan yang belum terjual. Keuntungan ini disebut keuntungan penyimpanan yang belum direalisasi (unrealized holding gains) karena persediaan belum dijual. Contoh: Melanjutkan contoh diatas, diasumsikan jika hanya 80 unit dari persediaan yang terjual, maka terdapat keuntungan penyimpanan yang direalisasi sebesar Rp 200 per unit atas 20 unit yang tersisa, atau sebesar Rp 4.000. Keuntungan penyimpanan yang belum direalisasi sebesar Rp 4.000 ini akan dilaporkan sebagai pendapatan pada perhitungan rugi laba menurut konsep laba sebagai pemeliharaan modal keuangan. Sebaliknya jika konsep pemeliharaan modal fisik dipakai, maka ayat kredit akan langsung dimasukkan ke seksi ekuitas pemilik. Kerugian Atas Komitmen Pembelian (Losses on Purchase Commitments) Kerugian atas komitmen pembelian dibuat untuk pembelian barang pada masa mendatang dengan harga yang tetap. Tidak ada ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat pembelian sebelum terjadinya penyerahan barang. Namun jika terjadi penurunan harg setelah dilaksanakannya komitmen tersebut, maka layak jika kerugian-kerugian itu dicatat dalam pembukuan sebagaimana pencatatan kerugian atas barang yang ada dalam perusahaan. Contoh: Diasumsikan PT A terlibat dalam suatu kontrak pembelian sebesar Rp 120.000.000 atas bahanbahan yang mesti diserahkan dalam bulan maret tahun depan. Pada akhir tahun berjalan, harga pasar pesanan tersebut jatuh sampai 100.000.000. Ayat jurnal untuk mencatat penurunan ini dan penyerahan kemudian atas bahan tersebut tampak sebagai berikut: Loss on Purchase Commitments Estimated Loss on purchase commitments Estimated Loss on purchase commitments Purchases Account Payable 20.000.000 20.000.000 20.000.000 100.000.000 120.000.000 Jadi kerugian dibebankan pada periode di mana penurunan itu terjadi dan periode berikutnya dibebani tidak lebih daripada kegunaan ekonomis barang yang diterima. Pengakuan kerugian periode berjalan tidak akan layak jika : 1. komitmen dapat dibatalkan 2. Komitmen memungkinkan dilakukannya penyesuaian harga 3. Transaksi merupakan hedging yang bermaksud menghindari kerugian 4. Penurunan tersebut tidak mengarah pada dilakukannya penurunan harga jual Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Gross Profit Method Seringkali kita menggunakan estimasi dalam menghitung kuantitas dan biaya persediaan. Penaksiran dengan gross profit method didasarkan pada hubungan yang diasumsikan antara gross profit dan sales. Persentase gross profit dikalikan dengan sales guna menentukan cost of good sold, kemudian cost of goods sold tersebut dikurangkan dari cost of goods available for sale guna memperoleh estimasi inventory balance. Gross Profit Method akan bermanfaat jika: 1. Sistem periodik digunakan dan inventories diperlukan untuk laporan intern, dan cost untuk melakukan stock opname mahal untuk tujuan tersebut 2. Inventory telah rusak atau musnah karena terbakar, pencurian, atau bencana lain dan data yang diperlukan untuk menilai inventory tidak ada lagi. 3. Pihak bersangkutan ingin menguji atau mengecek keabsahan angka inventory yang dihitung dengan cara lain. Penghitungan cost of goods sold dan inventory tergantung pada apakah persentase gross profit tersebut dihitung dan ditetapkan dari term of sales atau dari term of cost. Contoh: Laba kotor sebagai persentase penjualan (Gross Profit as a Percentage of Sales) Sales sebesar Rp 100.000 dan barang dijual dengan gross profit sebesar 40% dari sales. Jika goods available for sale adalah sebesar Rp 85.000, maka estimasi inventory (akhir) sbb: Sales 100.000 100% Cost of Goods Sold Inventory, beginning Purchases Goods available for sale 85.000 Inventory, ending (85.000 - 60.000) (3) 25.000 Cost of goods sold (100.000 - 40.000) (2) 60.000 60% Gross profit (40% * 100.000) (1) 40.000 40% Penjelasan: Bila dikatakan gross profit sebesar 40% dari sales, artinya sales sebesar 100%. Langkah-langkah pengerjaan: 1. Buatlah format income statement hanya sampai gross profit. 2. Isikan data-data soal yang tersedia yaitu: a. Sales 100.000, b. Goods available for sale 85.000 3. Hitung gross profit : 40% dari 100.000 (sales) = 40.000 4. Hitung cost of goods sold = Sales – Gross Profit = 100.000 – 40.000 = 60.000 5. Hitung inventory ending = Goods Available for Sale – Cost of Goods Sold = 85.000 – 60.000 = 25.000 Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Contoh: Laba kotor sebagai persentase harga pokok (Gross Profit as a Percentage of Cost (or Markup on Cost) Sales sebesar Rp 100.000 dan barang dijual dengan gross profit sebesar 60% dari cost. Jika goods available for sales sebesar Rp 85.000, maka estimasi inventory (akhir) sbb: Sales Cost of Goods Sold: Beginning Inventory Purchases Goods available for sale Ending Inventory (85.000 - 62.500) (3) Cost of goods sold (100/160) * 100.000 (1) Gross Profit (100.000 - 62.500) (2) 100.000 160% 62.500 37.500 100% 60% 85.000 22.500 Penjelasan: Bila dikatakan gross profit sebesar 60% dari cost, artinya cost sebesar 100%. Maka sales-nya menjadi 160%. Sales - Cost = Gross profit ? - 100% = 60% Sales = 100% + 60% Sales = 160% Langkah-langkah pengerjaan: 1. Buatlah format income statement hanya sampai gross profit. 2. Isikan data-data soal yang tersedia yaitu: a. Sales 100.000, b. Goods available for sale 85.000 3. Hitung cost of goods sold : 160%-nya = 100.000 Jadi 100%-nya = (100/160) * 100.000 = 62.500 4. Hitung Gross Profit = Sales – cost of goods sold = 100.000 – 62.500 = 37.500 5. Hitung inventory ending = Goods Available for Sale – Cost of Goods Sold = 85.000 – 62.500 = 22.500 Retail Inventory Method Di pakai secara luas oleh perusahaan yang menjual secara eceran, terutama toko serba ada, guna memperoleh estimasi yang andal tentang posisi inventory. Metode ini memungkinkan penghitungan jumlah inventory tanpa memerlukan waktu ataupun biaya untuk melakukan penghitungan fisik atau menyelenggarakan catatan inventory perpetual yang rinci bagi ribuan. Dalam metode ini, catatan atas barang yang dibeli dilakukan dalam 2 jumlah yaitu: 1. Harga pokok (Cost) 2. Harga eceran (Retail) Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Contoh penghitungan retail inventory pada akhir suatu bulan digambarkan sebagai berikut: Inventory, 1 januari Purchases in januari Goods available for sale Cost 30.000.000 20.000.000 50.000.000 Persentase cost (50.000.000 / 80.000.000) *100% = 62.5% Dikurangi sales januari Inventory 31 januari, menurut retail Inventory 31 januari, menurut estimasi cost (55.000.000 * 62.5%) Retail 45.000.000 35.000.000 80.000.000 25.000.000 55.000.000 34.375.000 Langkah-langkah pengerjaan: 1. Hitung goods available for sale (menurut cost dan retail) Menurut cost = 30.000.000 + 20.000.000 = 50.000.000 Menurut Retail = 45.000.000 + 35.000.000 = 80.000.000 2. Hitung persentase cost 50.000.000 --------------- * 100% = 62.5% 80.000.000 3. Hitung inventory 31 januari menurut retail = Goods available for sale – sales = 80.000.000 – 25.000.000 = 55.000.000 4. Hitung inventory 31 januari, menurut estimasi cost = 62.5% * 55.000.000 = 34.375.000 Prosedur di atas menghasilkan penilaian inventory dalam bentuk average cost. Arus biaya (Cost Sequence) seperti LIFO atau FIFO tidak terdapat dalam penghitungan sebelumnya, persentase cost terhadap retail untuk ending inventory sama dengan persentase cost terhadap retail untuk barang yang dijual. Keunggulan penggunaan retail inventory method yaitu: 1. Estimasi inventory intern dapat diperoleh tanpa melakukan perhitungan fisik 2. Menghemat waktu dan biaya 3. Barang yang hilang pada saat orang berbelanja dapat dihitung. Kesalahan dalam penaksiran nilai untuk inventory dengan metode retail ini mungkin saja terjadi, karena itu penghitungan fisik persediaan harus dilakukan paling tidak 1 kali dalam 1 tahun untuk annual financial statement. Accounting entries untuk retail inventory mirip dengan ayat jurnal dalam sistem inventory periodik. Contoh: Purchases 20.000.000 Account Payable 20.000.000 Account Receivable Sales 25.000.000 25.000.000 Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Inventory Cost of Goods Sold Inventory Purchases 34.375.000 15.625.000 30.000.000 20.000.000 Journal di atas merupakan journal untuk mencatat ending inventory dan cost of goods sold untuk tahun itu, dan menutup beginning inventory dan purchases. MARKUP DAN MARKDOWN - ECERAN YANG LAZIM (Markups and Markdowns – Conventional Retail) Dalam perhitungan inventory, kerap kali retail price berubah-ubah karena perubahan tingkat harga, pergeseran permintaan konsumen, atau faktor lainnya. Istilah-istilah berikut digunakan dalam pembahasan retail method: 1. Harga eceran semula (Original retail): harga jual semula, yang mencakup kenaikan permulaan di atas cost yang di sebut markon atau initial markup. 2. Markup tambahan (Additional markups): kenaikan yang menaikkan sales price di atas original retail 3. Pembatalah markup (Markups cancellations) : pengurangan markup yang tidak menurunkan sales price sampai dibawah original retail. 4. Markup bersih (Net Markups) : markup tambahan dikurangi pembatalan markup 5. Markdown (Markdowns): penurunan yang mengurangi sales price di bawah original retail 6. Pembatalan markdown (Markdowns Cancellations) : pengurangan markdown yang tidak menaikkan sales price di atas original retail 7. Markdown bersih (Net Markdowns) : markdown dikurangi pembatalan markdown Selisih antara cost dan selling price sesungguhnya setelah disesuaikan dengan perubahanperubahan yang diterangkan diatas disebut kenaikan harga yang dipertahankan (maintained markup) Contoh: Barang dijual dengan harga 50% di atas cost. Jika merchandise costing Rp 400 per unit kemudian dinaikan sebesar Rp 600, maka nilai Rp 600 disebut Original retail. Karena permintaan barang banyak, maka retail price dinaikkan menjadi Rp 750. Kenaikan sebesar Rp 150 (dari 600 menjadi 750) disebut Additional markups. Pada hari berikutnya, harga diturunkan menjadi Rp 700. Artinya ada selisih Rp 50 (750 - 700) yang disebut Markups cancellations dan bulan markdown karena retail price belum berkurang di bawah original sales price. Tapi misalkan barang tersebut dijual seharga Rp 600 dan kemudian diturunkan menjadi Rp 500, berarti terdapat markdown sebesar Rp 100. (600 - 500) Tidak lama kemudian, harga jual barang tersebut dinaikkan menjadi Rp 525. Dalam hal ini terdapat Markdowns Cancellations sebesar Rp 25 dan bukan merupakan markup, karena sales price tidak melebihi original retail. Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Markdown bersih yang tidak dikurangkan untuk menghitung persentase cost (Conventional Retail) Beginning Inventory Purchases Additional Markups Markup cancellations Goods Available for sale Cost 8.600.000 72.100.000 80.700.000 Persentase cost (80.700.000/134.500.000)* 100% = 60% Dikurangi: Sales Markdowns Markdown Cancellations 108.000.000 4.800.000 (800.000) 112.000.000 22.500.000 Ending Inventory menurut Retail Ending Inventory menurut estimated cost (22.500.000 * 60%) Retail 14.000.000 110.000.000 13.000.000 (2.500.000) 134.500.000 13.500.000 Markup bersih yang dikurangkan untuk menghitung persentase cost Beginning inventory Purchases Net Markups Net Markdwons Goods available for sale Cost 8.600.000 72.100.000 80.700.000 Persentase cost (80.700.000 / 130.500.000) * 100% = 61.84% Dikurangi: Sale 108.000.000 Ending inventory menurut retail Ending inventory menurut estimated cost (22.500.000 * 61.84%) Retail 14.000.000 110.000.000 10.500.000 (4.000.000) 130.500.000 22.500.000 13.914.000 Conventional retail Method menghasilkan persentase cost yang lebih rendah dan karena itu jumlah inventory yang lebih rendah dan cost of goods sold yang lebih tinggi ketimbang yang diperoleh jika markdown bersih dikurangkan dulu sebelum menghitung persentase cost. Markdown mungkin dapat dilakukan untuk special sales atau untuk tujuan cuci gudang atau sebagai akibat fluktuasi pasar dan penurunan replacement cost of goods. Apapun tujuannya markdown ini perlu dihilangkan dalam penghitungan persentase cost guna menilai inventory at the lower of cost or market. Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Contoh: Markdown untuk tujuan special sales Cost 50.000.000 Purchases Retail 100.000.000 Persentase Cost (50.000.000 : 100.000.000) = 50% Dikurangi: Sales Markdowns 20.000.000 5.000.000 25.000.000 75.000.000 Ending inventory menurut retail Ending inventory menurut estimated cost (75.000.000 * 50%) 37.500.000 Contoh: Markdown sebagai akibat penurunan market Diasumsikan merchandise costing Rp 50.000.000, dinaikkan untuk dijual sebesar Rp 100.000.000. Karena berkurangnya replecement cost of merchandise tersebut menjadi Rp 40.000.000, maka sales price diturunkan menjadi Rp 80.000.000. Tiga perempat dari merchandise tersebut dijual. Cost of the ending inventory dihitung sebagai berikut: Cost 50.000.000 Purchases Persentase cost (50.000.000 / 100.000.000) = 50% Dikurangi: Sales Markdowns Ending Inventory menurut retail Ending Inventory menurut estimated cost (20.000.000 * 50%) Retail 100.000.000 60.000.000 20.000.000 80.000.000 20.000.000 10.000.000 Ongkos angkut, Diskon, Retur, dan Pengurangan Harga (Freight, Discounts, Returns, and Allowances) Dalam penghitungan persentase cost, ongkos angkut masuk (freight in) harus ditambahkan ke cost of the purchases. Purchase discount and return dan allowance harus dikurangkan. Purchase Return mempengaruhi penghitungan cost maupun retail. Sementara purchases allowance hanya mempengaruhi total cost jika perubahan retail price tidak terjadi sebagai akibat dari allowance. Sales Return merupakan penyesuaian terhadap gross price karena inventory tersebut dikembalikan. Sedangkan sales discounts dan sales allowance tidak dikurangkan dalam penghitungan estimated ending retail inventory . Pengurangan tidak dilakukan karena sales price suatu barang ditambahkan ke perhitungan retail inventory pada saat dibeli dan dikurangkan pada saat dijual, semuanya pada gross sales. Price adjustmernt berikutnya yang dimasukkan dalam penghitungan akan mengakibatkan adanya saldo perkiraan inventory meskipun inventory tidak ada lagi. Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Contoh: Cost Beginning Inventory Purchases Freight in Purchases Return Purchases Discount Additional Markups Markup Cancellations Goods available for sale 8.600 72.100 3.500 (1.500) (2.000) 80.700 Persentase cost (80.700 / 134.500) * 100% = 60% Dikurangi: Sales Sales Return Markdown Markdown Cancellations Ending Inventory menurut retail Ending Inventory menurut estimated cost (24.500 * 60%) Retail 14.000 110.000 13.000 (2.500) 134.500 108.000 (2.000) 4.800 (800) 110.000 24.500 14.700 Metode LIFO Eceran (Retail-LIFO Method) Retail LIFO method mensyaratkan bahwa angka indeks yang diterapkan pada inventory ditetapkan dengan retail. Setelah lapisan (layer) retail-LIFO diidentifikasi dan ditetapkan harganya berdasarkan indeks lapisan tambahan, maka penyesuaian selanjutnya akan diperlukan untuk menilai inventory menurut cost. Hal ini dilakukan dengan mengalikan retail inventory dari setiap lapisan dengan persentase cost tambahan. Persentase Cost tambahan pada retail-LIFO method dihitung dengan cara yang sedikit berbeda dari conventional retail method. Dua perbedaan utama yaitu: 1. Nilai beginning inventory diabaikan. LIFO inventory terdiri dari base cost dan subsequent cost berikutnya yang tidak dibebankan pada revenue. Karena cost periode sebelumnya tetap tidak berubah, hanya cost lapisan tambahan berjalan saja yang memerlukan kalkulasi. 2. Markdown seperti halnya markup, diperhitungkan dalam kalkulasi persentase cost yang dapat diterapkan pada barang yang ditetapkan dengan retail. Markdown tidak diperhitungkan dalam menghitung persentase cost bilamana tujuannya adalah untuk mendapatkan penilaian yang terendah antara cost atau market. Meskipun demikian, karena pengukuran LIFO memerlukan penilaian inventory menurut cost, sudah selayaknya jika markup maupun markdown diperhitungkan. Meskipun beginning inventory tidak termasuk dalam penghitungan persentase cost, namun beginning inventory ini digunakan untuk menghitung jumlah retail inventory yang harus ada akhir periode. Karena retail inventory disesuaikan terhadap markups dan markdowns, maka ending inventory secara otomatis dinyatakan pada retail price akhir tahun. Contoh Diasumsikan penghitungan persentase cost tambahan retail_LIFO, ending inventory menurut retail price akhir tahun, dan inventory menurut retail-LIFO, misalkan bahwa menurut data lapisan retail-LIFO berikut ini, tersedia pada Sarinah Dept Store per 31 Des, 1999. Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Layer Year 1995 1996 (no layer) 1997 1998 1999 Year-End and incremental Price Index 1.00 Incremental Cost Percentage Inventory at End-ofYear Retail Prices 0.60 60.000 1.05 1.10 1.12 0.62 0.64 0.65 69.300 77.000 77.280 Misalkan indeks harga akhir tahun 2000 adalah 1,08. Persentase cost tambahan dan ending inventory 2000 menurut retail price akhir tahun dihitung sebagai berikut: Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Cost Retail 77.280 63.000 (2.000) (1.000) 2.220 98.000 (3.000) Beginning Inventory, 31 dec. 1999 Purchases Purchases Return Purchases Discounts Freight In Markup, net of cancellations Markdown, net of cancellations Totals untuk menghitung incremental cost percentage – retail-LIFO Incremental cost percentage (62.220 : 102.000) = 61% Goods available for sale Dikurangi : sales Ending inventory at retail (year-end prices) 8.000 (1.000) 62.220 102.000 179.280 100.980 78.300 Dari data ini, worlsheet dapat dibuat guna menentukan retail-LIFO inventory layer. Satu kolom tambahan diperlukan guna mencatat incremental cost percentage yang akan mengurangi retail inventory menjadi cost. Di dalam contoh, situasi ini di ambil pada tahun 1996 ketika tidak ada lapisan (layer) yang ditambahkan. Jika tingkat inventory telah turun, maka tingkat inventory sebelumnya akan turun dengan memakai incremental layer index tahun-tahun bersangkutan dan incremental cost percentage. Date 1.00 Inventory at BaseYear Retail Prices 60.000 69.300 1.05 66.000 60.000 6.000 66.000 1.00 1.05 0.60 0.62 36.000 3.906 39.905 98 77.000 1.10 70.000 60.000 6.000 4.000 70.000 1.00 1.05 1.10 0.60 0.62 0.64 36.000 3.906 2.816 42.722 99 77.280 1.12 69.000 60.000 6.000 3.000 69.000 1.00 1.05 1.10 0.60 0.62 0.64 36.000 3.906 2.112 42.018 00 78.300 1.08 72.500 60.000 6.000 3.000 3.500 72.500 1.00 1.05 1.10 1.08 0.60 0.62 0.64 0.61 36.000 3.906 2.112 2.306 44.324 31 des Inventory at end-of year Retail Prices 95 60.000 96 Tanpa lapisan 97 YearEnd Price Index Layers Incrementa l Layer Index Incrementa l Cost Percentage RetailLifo Cost 60.000 1.00 0.60 36.000 Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Effects of Errors In Recording Inventory Position Jika posisi inventory tidak dilaporkan secara akurat, maka kesalahan pelaporan akan terjadi baik pada balance sheet maupun pada income statement. Pengaruhnya terhadap income statement kadang sulit dievaluasi karena beberapa jumlah bisa dipengaruhi oleh kekeliruan tersebut. Analisis tentang dampak ini dapat di bantu dengan menyusun kembali struktur cost of good sold pada income statament yaitu : Beginning Inventory + Purchases = Goods available for sale Ending Inventory = Cost of Goods Sold Berikut di bawah ini adalah jenis analisis terhadap 4 kesalahan inventory yang sejenis berikut dengan pengaruh pada tahun berjalan dan tahun berikutnya. Jenis Kesalahan pertama Ending inventory dinilai terlalu tinggi karena kesalahan penghitungan goods on hand, pricing (penetapan harga), atau termasuk dalam inventory of goods yang tidak dimiliki atau goods siap dijual. Tahun berjalan (Current Year): Income Statement Overstatement of the ending inventory akan menyebabkan: • Cost of goods sold dinilai terlalu rendah (understated) • Net income dinilai terlalu tinggi (overstated) Balance Sheet Inventory dan owner’s equity di nilai terlalu tinggi (will be overstated) Tahun berikutnya (Succeeding year): Income Statement Overstatement of the beginning inventory akan menyebabkan: • Cost of goods sold dinilai terlalu tinggi (overstated) • Net income dinilai terlalu rendah (understated) Balance Sheet Kesalahan dari tahun sebelumnya telah diimbangi pada income statement tahun berikutnya dan balance sheet akan disajikan dengan benar. Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Jenis Kesalahan kedua Ending inventory dinilai terlalu rendah (understatement) karena kesalahan penghitungan goods on hands, pricing atau tidak memasukkan inventory goods purchases atau barang yang telah dikirimkan (goods transferred) tetapi belum terjual. Merupakan kebalikan dari kesalahan pelaporan yang ditunjukkan pada butir no 1 di atas. Jenis Kesalahan ketiga Overstatement of ending inventory yang disertai dengan tidak diakuinya sales dan receivables yang ditimbulkan pada akhir periode Tahun berjalan (Current Year): Income Statement Sales dinilai terlalu rendah sebesar sales price of the goods dan cost of goods sold dinilai terlalu rendah sebesar cost of goods sold yang berhubungan dengan sales. Dengan demikian gross profit dan net income dinilai terlalu rendah sebesar gross profit atas sales tersebut Balance Sheet Receivable dinilai terlalu rendah sebesar sales price of the goods dan inventory dinilai terlalu tinggi sebesar cost of goods sold yang telah dijual. Dengan demikian current assets dan owner’s equity dinilai terlalu rendah sebesar gross profit on sales. Tahun berikutnya (Succeeding year): Income Statement Sales tahun sebelumnya diakui tahun ini dalam sales dan cost of sales, sebab itu gross profit dan net income dinilai terlalu tinggi sebesar gross profit such sales. Balance Sheet Kesalahan dari tahun sebelumnya diimbangi pada income statement tahun berikutnya dan balance sheet akan disajikan secara benar. Jenis Kesalahan keempat Ending Inventory di nilai terlalu rendah disertai dengan tidak diakuinya purchases dan payables yang ditimbulkannya pada akhir periode. Tahun berjalan (Current year): Income Statement Purchases di nilai terlalu rendah, tapi hal ini diimbangi oleh ending inventory yang di nilai terlalu rendah. Sebab itu gross profit dan net income disajikan secara benar sebagai akibat dari saling pengimbangan kesalahan tersebut Balance Sheet Owner’s equity dilaporkan secara benar, namun baik current assets dan current liabilities di nilai terlalu rendah Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Tahun berikutnya (Succeeding year) Income Statement Beginning inventory dinilai terlalu rendah, tapi hal ini diimbangi oleh purchases yang di nilai terlalu tinggi, karena purchases akhir tahun sebelumnya diakui periode ini, sebab itu gross profit dan net income disajikan secara benar sebagai akibat dari saling pengimbangan kesalahan tersebut. Balance Sheet Kesalahan dari tahun sebelumnya tidak lagi mempengaruhi data balance sheet Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Ikhtisar dampak kesalahan Inventory terhadap Financial Statement (Current Year) Assets 1. Overstatement of ending inventory 2. Understatement of ending inventory 3. overstatement of ending inventory and understatement of sales 4. Understatement of ending inventory and understatement of purchases Current Year Liabilities Equity Sales + 0 + 0 Cost Good Sold - of Net Income - 0 - 0 + - - 0 - - - - - - 0 0 0 0 + Ikhtisar dampak kesalahan Inventory terhadap Financial Statement (Subsequent Year) Assets 1. Overstatement of ending inventory 2. Understatement of ending inventory 3. overstatement of ending inventory and understatement of sales 4. Understatement of ending inventory and understatement of purchases Subsequent Year Liabilities Equity Sales 0 0 0 0 Cost Good Sold + of Net Income 0 0 0 0 - + 0 0 0 + + + 0 0 0 0 0 0 - Cost of Goods Sold and Inventory: Estimation and NonCost Valuation Persediaan di Neraca (Inventory on The Balance Sheet) Trading and manufactoring inventory dilaporkan sebagai current asset, sekalipun dalam beberapa hal inventory memerlukan waktu yang sangat panjang untuk dapat direalisasikan menjadi cash. Perkiraan-perkiraan yang dilaporkan secara terpisah dibawah judul inventories yaitu: • Merchandise Inventory (finished good) • Raw materials • Goods in process • Factory supplies • Goods and materials in transit • Goods in consignment • Goods in the hands of agents an salespersons • • • • • • • • Inventory dilaporkan urut menurut likuidasinya. Pembayaran di muka (advance payments) atas komitmen purchases hendaknya dilaporkan secara terpisah dan tidak boleh di gabung dengan inventory. Uang muka demikian itu sebaiknya ditempatkan setelah inventory dalam seksi current assets karena belum masuk fase inventory dalam siklus operasi. Prosedur penilaian yang di pakai harus diungkapkan di dalam catatan atas financial statement yang mengikhtisarkan semua kebijakan akuntansi penting yang diikuti. Dasar penilaian bersamaan dengan metode penghitungan cost (LIFO, FIFO, rata-rata atau metode lain) harus diperlihatkan. Jika suatu prosedur atau kebijakan tidak diterapkan secara konsisten, maka perubahan metode ini beserta pengaruhnya terhadap financial statement harus dinyatakan di dalam suatu catatan khusus. Jika terjadi penurunan inventory price yang mencolok antara tanggal balance sheet dan tanggal disusunnya laporan, penurunan tersebut harus diungkapkan dengan suatu catatan dalam kurung atau penjelasan. Jika perusahaan telah melakukan pemesanan merchandise yang relatif besar dalam periode di mana terjadi fluktuasi harga yang tajam, tapi hak atas barang-barang tersebut belum berpindah, maka komitmen tersebut harus dijelaskan dalam suatu penjelasan khusus. Replacement cost of inventory dapat diungkapkan dalam suatu catatan atas financial statement. Sebelum penilaian inventory dengan harga pasar diterima secara lazim untuk tujuan pelaporan, yang diizinkan hanyalah pengungkapan current value sebagai pelengkap Jika inventory atau bagian dari inventory telah dicadangkan sebagai jaminan pinjaman dari bank, atau lembaga keuangan lainnya, maka jumlah yang dicadangkan itu harus diungkapkan apakah di dalam kurang pada seksi persediaan pada balance sheet atau di dalam catatan.
© Copyright 2024 Paperzz