download

Matakuliah
Tahun
: O0042 - Pengantar Sosiologi
: Ganjil 2007/2008
PENYIMPANGAN SOSIAL
PERTEMUAN 07
1. Pengertian Penyimpangan
Penyimpangan (Macionis, 1989:201) sering didefensikan sebagai
pelanggaran terhadap norma-norma budaya yang diakui.
Salah satu jenis dari pelanggaran ini adalah kejahatan. Kejahatan
didefenisikan sebagai penggaran terhadap norma-norma yang telah
ditetapkan dalam hukum formal. Secara yuridis (lihat, Noach,
dkk.,1984:45) kejahatan diartikan sebagai suatu perbuatan melanggar
hukum atau yang dilarang oleh Undang-Undang. Di sini diperlukan suatu
kepastian hukum, karena dengan ini orang akan tahu apa perbuatan jahat
dan apa perbuatan yang tidak jhat. Mengutip Parson Noach, dkk.
Mengemukakan bahwa “suatu aksi yang melanggar hukum dan dapat
dihukum atas perbuatannya dengan hukuman penjara, denda, hukuman
mati dan lain sebagainya”
Bina Nusantara
Secara sosiologis penyimpangan jauh lebih luas dari pengertian
kejahatan, karena tidak semua penyimpangan dianggap sebagai
kejahatan. Sebagai contoh bila seorang pria dalam masyarakat kita
melubangi telinganya dan mengenakan anting, tidak akan dianggap
sebagai kejahatan melanggar hukum, namun secara sosial perbuatan itu
akan menimbulkan prasangka-prasangka tertentu terhadap pria itu,
Singkatnya penyimpangan secara sosiologis termasuk barbagai macam
ketidak sesuaian atau keseragaman. Penyimpangan ini nampak dari yang
paling lunak sampai yang ekstrim. Atau dapat kita katakan bahwa secara
sosiologis, siapa saja yang bertentangan dengan budaya dominan akan
dianggap sebagai peyimpangan.
Bina Nusantara
2. Beberapa Pendekatan Menganalisa Pendekatan
1. Analisa Antropologik
Lambroso (1835-1909) menyatakan bahwa ada penjahat (lihat Stephan Hurwitz
yang disadur oleh Ny.L.Moeljatno, SH, 1986:40) karena kelahiran (born criminals)
yaitu orang-orang yang karena mempunyai praedisposition keturunan, tidak boleh
tidak harus menjadi penjahat bagaimanapun keandaan lingkungan sekelilingnya.
Lambroso (Masionis, 1989: 204)
memandang para penjahat sebagai
keterbelakangan evolusioner pada bentuk kehidupan yang paling rendah. Menurut
Lambroso individu-individu yang memiliki kelainan secara fisik akan berpikir dan
bertindak dengan suatu cara yang primitif seperti melanggar ketentuan-ketentuan
hukum dalam masyarakat. Lambroso melalkukan penelitian terhadap pelaku
kejahatan yang ada dalam penjara. Variabel yang digunakan oleh Lambroso adalah
bentuk-bentuk fisik.
Walaupun pendekatan yang dilakukan oleh Lambroso mendapat berbagai macam
kritikan, namun penelitian-penelitian yang dilakukan pada tahun 1960 telah melihat
hubungan antara sebab-seba biologis dengan perilaku penyimpangan. Penelitianpenelitian itu mengemukakan bahwa dalam perkembangan manusia, seks (male
dan female) ditentukan oleh kromosom-kromosom.
Bina Nusantara
Perempuan memiliki dua kromosom x, sementara laki-laki memiliki satu
kromosom x dan satu kromosom y, tetapai kadang-kadang selalu terjadi
kekecualian di mana terjadi mutasi genetik yang menyebabkan laki-laki
memiliki kromosom ekstra Y sehingga menghasilkan kormosom XYY.
Penelitian menemukan bahwa kromosom XYY ditemukan pada hampir
semua laki-laki yang dipenjara.
2. Analisa Psikologik
Pendekatan psikologik terhadap penyimpangan menganalisa tingkat
furstrasi yang dialami oleh individu dari tekanan-tekanan yang mereka
alamai. Mereka menegaskan bahwa tidak semua orang sanggup
beradaptasi dengan norma dan nilai-nilai sosial. Walter Reckless dan Simon
Diniz pada tahun 1967 (Macionis, 1989: 205) melakukan penelitian terhadap
sifat-sifat kepibadian antara anak-anak yang melakukan kejahtan dengan
anak-anak yang lainnya. Mereka menemukan bahwa anak-anak yang tidak
atau kurang sekali berhadapan dengan polisi cenderung memiliki nilai-nilai
moral yang kuat dan memiliki persepsi tentang diri yang lebih positip di
bandingkan dengan anak-anak yang melakukan kejahatan. Anak-anak yang
melakukan kejahatan cenderung tidak dapat mentoleris tingkat frustrasi
yang mereka miliki dan tidak sanggup mengidentifikasi nilai-nilai dan
norma-norma budaya.
Bina Nusantara
• Analisa Sosiologi
– Penyimpangan Sebagai Suatu Produk Masyarakat (Macionis, 1989:202).
– Penyimpangan ada hanya dalam hubungan dengan norma.
– Orang menjadi penyimpang karena orang lain menganggapnya sebagai
penyimpangan
– Norma dan bagaimana sebuah peristiwa didefenisikan dihubungkan
dengan pola-pola kekuasaan.
• Perspektif Teoretis
– Analisis Struktural-Fungsional
Menurut Durkheim (Macionis, 1989:206) penyimpangan memiliki empat
fungsi:
1. Penyimpangan mempertegas nilai-nilai dan norma-norma budaya
2. Penyimpangan memperjelas ikatan moral
3. Penyimpangan mendorong terjadinya penyatuan sosial.
4. Penyimpangan mendorong perubahan sosial
Bina Nusantara
• Analisis Interaksionis Simbolik Edwin Sutherland (Macionis, 1989:216)
mengemukakan bahwa penyimpangan dipelajari melalui asosiasi dengan orang
lain, khususnya melalui kelompok-kelompok primer. Teori Sutherland ini
dikenal dengan teori differential association. Menurut Sutherland (Sunarto,
2000:184) penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya, di mana
seseorang masuk ke dalam suatu subbudaya menyimpang. Seseorang yang
berasal dari budaya yang baik-baik, tetapi kemudian hidup dan berkembang
dalam kelompok narkoba akan berusaha untuk mengikuti kebiasaan yang baru
dilingkungannya yang baru itu.
Teori interaksi lain yang menjelaskan penyimpangan adalah teori labeling.
Menurut Edwin M. Lemert (Sunarto, 2000: 185) seseorang menjadi
penyimpang karena proses labeling - pemberian julukan, cap, etiket, merek –
yang diberikan masyarakat kepadanya. Mula-mula orang melakukan
penyimpangan primer, namun setelah itu masyarakat terus memberinya
stigma, label sebagai penyimpang. Stigma atau label ini akan mendorong
orang yang telah melakukan penyimpangan untuk mengulangi perbuatan
menyimpangnya.
Bina Nusantara
• Analisa Sosial Konflik
Analisa sosial konflik menekankan hubungan yang tidak
seimbang antara kelompok sosial dalam masyarakat.
Sebagian kelompok masyarakat memiliki kekuasaan untuk
mengontrol sementara sebagian yang lain tidak memiliki
kekuasaan. Bila perilaku orang yang tidak memiliki
kekuasaan, tidak sesuai dengan kepentingan orang yang
memiliki kekuasaan, perilaku itu akan dianggap sebagai
perbuatan menyimpang, tetapi tidak sebaliknya. Pendekatan
ini juga melihat bahwa hukum dan norma dalam masyarakat
lebih cenderung merefleksikan kepentingan orang-orang
kaya dari pada orang-orang miskin.
Bina Nusantara
3. Penyimpangan dan Kontrol Sosial
Kontrol sosial (Schaefer, 2006: 174-175) mengacu pada teknik dan strategi untuk
mencegah prilaku menyimpang manusia dalam masyarakat. Kontrol sosial dapat
terjadi pada semua level dalam masyarakat, mulai dari unit sosial yang kecil
seperti keluarga sampai dengan unit sosial yang besar seperti negara atau
pemerintah. Di keluarga kita diajar untuk taat pada orang tua, karena mereka
adalah orang tua kita, di sekolah dikembangkan standar-standar perilaku yang
harus dipenuhi oleh anak sekolah demikiapun halnya di dalam birokrasi
pemerintahan. Kontrol sosial tidak hanya memuat sejumlah norma yang mengatur
apa yang boleh dan seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dan tidak
seharusnya dilakukan, tetapi juga, norma mengandung sejumlah hukuman dan
penghargaan bagi orang. Setiap pelanggaran akan diberi hukuman dan setiap
perbuatan yang sesuai dengan norma akan diberi penghargaan. Dalam
pandangan struktural fungsional norma berfungsi agar setiap kelompok atau
masayarakat tetap survive.
Bina Nusantara
4. Konformitas dan penyimpangan
Manusia pada umumnya bersifat konformis (Sunarto, 2000:182). Muzafer
Sherif menyatakan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderung
membentuk suatu norma sosial. Dalam suatu eksperimennya mengenati
bagaimana sekelompok mahasiswa menaggapi sebuah pertannyaan,
Sherif menyimpulkan bahwa setelah mengetahui pendapat orang lain,
sejumlah individu yang semula memberikan pendapat sendiri kemudian
terdorong untuk menjalankan konformitas atau menyesuaikan diri dengan
pendapat orang lain.
Walaupun masyarakat telah berusaha agar setiap anggota berperilaku
sesuai dengan harapan masyarakat, namun dalam tidak masyarakat itu
selalu kita jumpai adanya anggota yang menyimpang atau tidak
konformis.
Bina Nusantara