download

Matakuliah
Tahun
: <<Kebudayaan Praktis>>
: <<2008-2009>>
Pertemuan kesembilan
Sado
Chanoyu
Upacara minum teh, atau dikenal di Indonesia dengan nama Chanoyu,
dan lebih dikenal oleh masyarakat Jepang dengan nama Sado, yang
mempunyai makna segala sesuatu yang berhubungan dengan tata cara
minum teh, yang disajikan untuk para tamu.
Upacara minum teh sendiri, biasanya diadakan di sebuah ruangan yang
bernama Cashitsu.
Sementara upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut
Nodate.
Bina Nusantara University
3
Ocha
.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh
bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus.
Upacara minumteh menggunakan matcha disebut matchadō,
sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut
senchadō
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum
teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no
keiko bisa berarti belajar mempraktekkan tata krama
penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam
upacara minum teh.
Bina Nusantara University
4
Sejarah Ocha no Keiko
Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian
setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim
ke dinasti Tang. Literatur klasik Nihon Kōki menulis tentang Kaisar
Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta
bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Ōmi di tahun 815.
Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama
tentang tradisi minum teh di Jepang.
Bina Nusantara University
5
Ocha
• Di zaman Kamakura pendeta Eisai dan Dogen
menyebarkan ajaran Zen di Jepang sambil
memperkenalkan matcha yang dibawanya dari Tiongkok
sebagai obat. Teh dan ajaran Zen menjadi populer
sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual.
Penanaman teh lalu mulai dilakukan di mana-mana
sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum teh.
Bina Nusantara University
6
Ocha
.
• Pada jaman Muromachi, perangkat minum teh dari dinasti Tang
dinilai dengan harga tinggi. Kolektor perlu mengeluarkan banyak
uang untuk bisa mengumpulkan perangkat minum teh dari Tiongkok.
Acara minum teh menjadi populer di kalangan daimyo yang
mengadakan upacara minum teh secara mewah menggunakan
perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh seperti ini
dikenal sebagai Karamono suki dan ditentang oleh nenek moyang
ahli minum teh Jepang yang bernama Murata Jukō. Menurut Jukō,
minuman keras dan perjudian harus dilarang dari acara minum teh.
Acara minum teh juga harus merupakan sarana pertukaran
pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak yang
dijamu. Acara minum teh yang diperkenalkan Jukō merupakan asalusul upacara minum teh aliran Wabicha.
Bina Nusantara University
7
Ocha
• Sampai di awal zaman Edo, ahli upacara minum teh sebagian besar
terdiri dari kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang
sangat kaya. Memasuki pertengahan zaman Edo, penduduk kota
yang sudah sukses secara ekonomi dan membentuk kalangan
menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat upacara
minum teh.
• Kalangan penduduk kota yang berminat mempelajari upacara
minum teh disambut dengan tangan terbuka oleh aliran Sansenke
(tiga aliran Senke: Omotesenke, Urasenke dan Mushanokōjisenke)
dan pecahan aliran Senke.
Bina Nusantara University
8
Ocha
• Memasuki akhir zaman Edo, upacara minum teh yang
menggunakan matcha yang disempurnakan kalangan samurai
menjadi tidak populer di kalangan masyarakat karena tata krama
yang kaku. Masyarakat umumnya menginginkan upacara minum teh
yang bisa dinikmati dengan lebih santai. Pada waktu itu, orang
mulai menaruh perhatian pada teh sencha yang biasa dinikmati
sehari-hari. Upacara minum teh yang menggunakan sencha juga
mulai diinginkan orang banyak. Berdasarkan permintaan orang
banyak, pendeta Baisaō yang dikenal juga sebagai Kō Yūgai
menciptakan aliran upacara minum teh dengan sencha (Senchadō)
yang menjadi mapan dan populer di kalangan sastrawan.
Bina Nusantara University
9
Ocha
• Pemerintah feodal yang ada di seluruh Jepang merupakan
pengayom berbagai aliran upacara minum teh, sehingga kesulitan
keuangan melanda berbagai aliran upacara minum teh setelah
pemerintah feodal dibubarkan di awal era Meiji. Hilangnya bantuan
finansial dari pemerintah feodal akhirnya digantikan oleh pengusaha
sukses seperti Masuda Takashi lalu bertindak sebagai pengayom
berbagai aliran upacara minum teh.
• Di tahun 1906, pelukis terkenal bernama Okakura Tenshin
menerbitkan buku berjudul The Book of Tea di Amerika Serikat.
Memasuki awal abad ke-20, istilah sadō atau chadō mulai banyak
digunakan bersama-sama dengan istilah cha no yu atau Chanoyu
Bina Nusantara University
10
詳しくは
• Silakan search di situs resmi milik 3 aliran terkemuka the
di Jepang:
Omotesenke
Urasenke
Mushakojisenke
Bina Nusantara University
11