Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Pertemuan IV Tahun : 2008 Tipe-Tipe Kebudayaan Berdasarkan Tipe Masyarakat Materi: Masyarakat Pemburu dan Pengumpul Masyarakat Peladang dan Pastoral Masyarakat Agraris Masyarakat Industri Learning Outcome • Mahasiswa dapat menunjukan perbedaan kebudayaan berdasarkan tipe-tipe masyarakat Bina Nusantara I. Masyarakat Pemburu dan Pengumpul 1.1. Sumber ekonomi Sampai dengan 10.000 tahun yang lalu manusia dimanapun adalah pengembara. Mereka adalah pemburu dan pengumpul. Mereka berburu binatang di hutan dan mengumpulkan makanan dari persediaan dari alam. Mereka tidak memiliki tempat khusus untuk menetap. Mereka berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat yang lainnya, sesuai dengan ketersediaan binatang buruan dan bahan makanan dari hutan. Conrad Philip Kottak (2006) mengkategorikan masyarakat Pemburu dan Pengumpul ini sebagai masyarakat Pengembara (foraging). Menurut kotak masyarakat pegembara ini tidak memiliki karakteristik yang sama. Perbedaan lingkungan hidup telah menciptakan perbedaan-perbedaan substansial antara kelompok-kelompok pengembara. Bina Nusantara Kottak mencatat bahwa kelompok masyarakat yang hidup di Eropa sepanjang masa es sebagian besar adalah pemburu. Mereka hidup dibagian kutup utara di mana hutan menjadi sesuatu yang sangat langka. Oleh karena itu mereka hanya hidup dari berburu. Biasanya mereka berburu binatang-binatang yang besar. Sedangkan di daerah tropis masyarakat penggembara ini selain hidup dari mengumpul makanan yang dihasilkan oleh hutan mereka juga berburu. Masyarakat pengembara ini (pemburu dan pengumpul) hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Perpindahan yang paling besar terjadi adalah masyarakat pemburu yang hidup di daerah yang lebih dingin. Mereka berpindah mencari daerah yang lebih hangat. Perindahan ini mengakibatkan populasi masyarakat pengembara yang hidup di daerah yang lebih hangat (tropis) mengalami penambahan dalam jumlah spesies. Bina Nusantara 1.2. Organisasi Sosial Masyarakat yang hidupnya bergantung hasil alam (berburu binatang, mengumpulkan makanan di hutan dan ikan dilaut atau air tawar) sering hidup dalam gerombolan masyarakat yang terorganisir. Basis dari unit sosial mereka adalah gerombolan (bands), beberapa kelompok kecil yang memiliki hubungan kekeluargaan (kinship) atau perkawinan (marriage). Ukuran gerombolan ini fleksibel dan bermacam-macam. Setiap kebudayaan memiliki ukurannya masing-masing. 1.3. Mobilitas Sosial Karakteri yang lain dari masyarakat pengembara ini adalah mobilitas sosial mereka. Dalam kebanyakan kelompok anak-anak berpindah dari satu gerombolan ke gerombolan lainnya. Baik gerombolan yang berasal dari keluarga ibu maupun gerombolan yang berasal dari pihak ayah. Atau bahkan mereka berpindah ke gerombolan kakek atau nenek mereka baik dari pihak ibu maupun pihak ayah. Bina Nusantara Apa lagi sifat perkawinan mereka adalah exogami. Mereka menikah dengan anggota suku yang lain.Oleh karena itu setiap anak dapat saja berpindah ke gerombolan lainnya baik yang bersal dari pihak ayah maupun gerombolan yang berasal dari pihak ibu. 1.4. Pembagian Kerja Semua masyarakat manusia memiliki beberapa kesamaan dalam hal pembagian kerja yang didasarkan atas gender. Para pengembara laki-laki biasanya adalah pemburu dan perempuan mengumpulkan makanan dari hutan. Kadang-kadang dari pekerjaannya, perempuan menyumbang lebih banyak bagi ekonomi keluarga dari pada laki-laki yang pemburu atau nelayan. Dalam masyarakat tropis sumber makanan yang paling utama adalah mengumpul makanan di hutan. Oleh karena itu dapat dikatakan perempuan menyumbang lebih banyak hasil pekerjaan dari pada laki-laki. Bina Nusantara 1.5. Distingsi Berdasarkan Usia Semua pengembara membuat distingsi berdasarkan usia. Sering orang tua mendapat penghormatan yang lebih besar. Orang tua dianggap sebagai penjaga tradisi, sejarah, legenda dan mitologi. Orang yakin orangtualah yang paling tahu mengenai ritus-ritus dan cara hidup yang benar. 2. Masyarakat Peladang (Hortikultural) dan Pastoralia 2.1. Hortikultural Masyarakat hortikultural menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul, tongkat untuk menanam benih dan ladang mereka tidak secara permanen di tanam. Setelah ditanam mereka membiarkannya kosong untuk waktu yang lama. Bina Nusantara Masyarakat hortikultural sering menggunakan teknik memotong dan membakar. Mereka membersihkan tanah dengan memotong hutan lalu membakarnya. Benih kemudian ditaburkan, dipelihara dan kemudian dipanen. Mereka tidak menggunakan bidang lahan itu secara terus menerus. Kadang-kadang mereka hanya menggunakannya setahun sekali, kemudian mereka meninggalkan lahan itu dan pergi membersihkan lahan yang lainnya lagi. Lahan yang ditinggalkan kemudian menjadi hutan kembali. Tipe masyarakat seperti ini disebut oleh kotak sebagai shifting cultivation. Namun setelah beberapa tahun kemudian mereka kembali lagi. Bina Nusantara 2.2. Masyarakat Pastoralia (Penggembala) Masyarakat seperti ini pada umumnya hidup di Afrika Utara, Timur Tengah, Eropa dan Asia dan Sub-Sahara Afrika. Masyarakat pastoralia adalah orang-orang yang aktivitasnya berfokus pada binatang-binatang piaraan (domisticated animals) seperti lembu, biribiri, kambing dan unta. Para penggembala di Afrika seperti dibanyak tempat yang lainnya hidup secara simbiosis. Simbiosis adalah relasi yang wajib kelompok manusia di satu sisi dan kelompok binatang pada sisi yang lain. Di sini binatang dan manusia saling memberi keuntungan. Kelompok manusia di satu sisi berusaha melindungi binatang piaraan mereka dan menjamin reproduksinya, dan pada sisi yang lain binatang memberi keuntungan pada manusia karena kulit, daging dan susu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Masyarakat Penggembala terdiri dari dua tipe yakni pastoral nomadism dan transhumance. Pastoral nomadism adalah tipe penggembala di mana semua anggota keluarga dan binatang piaraan mereka ikut berpindah-pindah, sedangkan pastoral transhumance sebagian kelompok saja yang berpindah dengan binatang piaraan sedangkan yang lainnya tinggal di rumah di kampung. Bina Nusantara 3. Masyarakat Agraris Dalam masyarakat agrikultrual proses penanaman lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dari pada hortikultural. Perbedaan lain adalah masyarakat agrikultural menggunakan tanah lebih intensif dan terus menerus. Mereka tidak berpindah. Sifat masyarakat agrikultural seperti ini menimbulkan beberapa permintaan yakni; tenaga kerja yang besar, binatang piraan untuk membajak, irigasi dan pemetakan. • Binatang Piaraan. Kebanyakan agrikulturalis menggunakan binatang piaraan untuk proses produksi; membajak sawah dan sebagai alat angkut. • Irigasi. Hortikultural begantung pada hujan sedangkan agrikultural dapat menanam secara intensif karena mereka dapat mengontrol air. Mereka mengalirkan air dari sungai atau kolam. • Pemetakan. Pada umumnya mereka membuat pemetakan (terracing). Hal ini terutama untuk agrikultur yang berada ditempat yang miring. Teknik ini melindungi agrikulturalis dari bahaya erosi di musim hujan. • Semua teknik diatas tentu membutuhkan tenaga kerja yang banyak yang akan terlibat dalam setiap bidang baik pemeliharaan binatang, irigasi maupun pemetakan sawah. Bina Nusantara 3. Masyarakat Industri • Dalam masyarakat industri para pekerja menghasilkan barang dan terhadap pekerjaan itu mereka memperoleh keuntungan atau profit. • Mereka tidak dapat mengontrol hasil pekerjaan mereka, karena yang mengontrol adalah para pemilik modal. • Oleh karena itu mereka teralienasi dari hasi pekerjaan mereka. Hasil pekerjaan mereka adalah milik orang lain. • Dalam masyarakat industri hubungan antara sesama pekerja bersifat impersonal. Bina Nusantara Berikut adalah tabel yang dibuat oleh Yehudi Cohen yang memperlihatkan perbedaan karakter antara berbagai tipe masyarakat dalam penelitian antropologi. Adaptive strategy Also known As Key features/varietas Foraging Hunting-gathering Mobility, use of natures resources Horticulturals Slash-and-burn, shifting cultivation, swiddening, dry farming Fallow period Agriculture Intensive farming Continous use of land, intensive use of labor Pastoralism Herding Nomadism and transhumance Industrialism Industrial production Factory production, capitalism, socialist production Bina Nusantara
© Copyright 2024 Paperzz