download

Cost of Goods Sold and Inventory:
Identification and Valuation
What is Inventory ?
Istilah inventory, menunjukkan :
• Goods yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan
• Untuk perusahaan manufaktur, goods in production atau ditempatkan ke dalam proses
produksi
Sifat goods yang diklasifikasikan sebagai inventory sangat bervariasi menurut sifat aktivitas
perusahaan, dan dalam beberapa hal meliputi assets yang biasanya tidak anggap sebagai
inventory.
Sebagai contoh: Land, building yang dimiliki untuk dijual kembali di masa mendatang oleh
perusahaan kontruksi selayaknya diklasifikasikan sebagai persediaan oleh perusahaan
bersangkutan.
Classes of Inventory
Istilah inventory atau merchandise inventory pada umumnya diterapkan untuk goods yang dimiliki
oleh perusahaan dagang, jika good yang diperoleh dalam keadaan siap untuk dijual kembali.
Istilah raw materials, goods in process dan finished good berkaitan dengan inventory perusahaan
manufaktur.
Bahan Baku (Raw Material)
Merupakan goods yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi.
Istilah raw materials dapat mencakup seluruh bahan baku yang digunakan dalam produksi.
Istilah factory supplies atau manufacturing supplies digunakan untuk menyebut bahan tambahan
yaitu materials yang diperlukan dalam proses produksi tapi secara tidak langsung dimasukkan ke
dalam produk.
Raw materials yang secara langsung digunakan dalam produksi barang disebut direct materials.
sedangkan bahan penolong (factory supplies) disebut indirect material.
Barang Dalam Proses (Goods In Process)
Kadang di sebut Work In Process, terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu
dikerjakan lebih lanjut sebelum dapat dijual.
Persediaan barang dalam proses meliputi 3 unsur biaya yaitu:
1. Bahan langsung
2. Upah langsung
3. Overhead Pabrik / Overhead Produksi
Overhead pabrik terdiri dari seluruh biaya produksi selain bahan langsung dan upah langsung,
meliputi bahan penolong yang digunakan dan biaya tenaga kerja yang tidak secara langsung
dikaitkan dengan proses pengerjaan produk tertentu.
Barang Jadi (Finished Goods)
Merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual. Pada saat produk ini
diselesaikan biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi ditransfer dari barang dalam
proses ke perkiraan persediaan barang jadi.
Inventory Systems
Catatan persediaan dapat diselenggarakan dengan:
1. Basis periodik
2. Basis perpetual
Sistem persediaan periodik memerlukan inventarisasi fisik, yaitu penghitungan, pengukuran, atau
penimbangan barang pada akhir periode akuntansi untuk menetapkan kuantitas yang ada dalam
perusahaan.
Sistem persediaan perpetual:
• Memerlukan pengelolaan catatan yang menyajikan ikhtisar berlanjut atas pos-pos persediaan
yang ada pada perusahaan.
• Masing-masing kelompok barang memiliki perkiraan sendiri.
• Penambahan dan penurunan persediaan dicatat dalam perkiraan masing-masing, saldo yang
dihasilkan merupakan jumlah yang ada dalam perusahaan.
• Hanya mencatat kuantitas saja atau dengan mencatat kuantitas dan harga
• Memerlukan pencatatan setiap pergerakan bahan baku, barang dalam proses dan barang
jadi.
Contoh:
Persediaan, 1 januari 2000
Barang jadi
Barang dalam proses
Bahan baku
45.000.000
29.400.000
21.350.000
Pembebanan selama 2000
Pembelian bahan baku
Bahan baku yang digunakan
Upah langsung
Overhead pabrik
107.500.000
106.500.000
96.850.000
134.055.000
Harga pokok produksi tahun 2000
340.305.000
Harga pokok penjualan tahun 2000
334.305.000
Persediaan 31 des 2000
Barang jadi
Barang dalam proses
Bahan baku
51.000.000
26.500.000
22.350.000
Ikhtisar ayat jurnal untuk mencatat data tersebut untuk tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Raw Material
107.500.000
Account Payable
107.500.000
Mencatat pembelian bahan baku
Goods in Process
Raw Materials
Mencatat bahan baku yang digunakan dalam produksi
106.500.000
Goods in Process
96.850.000
Payroll
Mendistribusikan biaya upah langsung ke Goods in Process
106.500.000
96.850.000
Factory Overhead
Various
Account
(e.g,
liabilities,
accumulated depreciation and prepaid
expenses)
Mencatat beban biaya factory overhead
134.055.000
Goods in Process
Factory overhead
Membebankan overhead pabrik ke barang
134.055.000
Finished Goods
Goods ini Process
Mentransfer barang yang telah diselesaikan
340.305.000
Cost of Goods Sold
Finished Goods
Mencatat Cost Goods Sold
334.305.000
134.055.000
134.055.000
340.305.000
334.305.000
Setelah di posting, maka saldo untuk masing-masing perkiraan yaitu:
Raw Materials
Goods in Process
Finished Goods
Cost of Goods Sold
Rp 22.350.000
Rp 26.500.000
Rp 51.000.000
Rp 334.305.000
PT XX
Schedule of Cost of Goods Manufactured
For the Year ended Dec, 31 xxxx
Bahan langsung:
Persediaan bahan baku, 1 januari xxxx
Pembelian
Biaya bahan baku yang tersedia utk digunakan
-/- persediaan bahan baku, 31 dec xxxx
Bahan baku yang digunakan dalam produksi
Upah langsung
Overhead Pabrik:
Upah tak langsung
Supervisi pabrik
Beban penyusutan – bangunan dan peralatan pabrik
Penerangan, pemanasan dan pembangkit tenaga
Bahan pembantu (perbekalan) pabrik
Overhead pabrik rupa-rupa
Total biaya pabrikasi
+/+ persediaan barang dalam proses 1 jan xxxx
21.350.000
107.500.000
128.850.000
22.350.000
106.500.000
96.850.000
40.000.000
29.000.000
20.000.000
18.000.000
15.000.000
12.055.000
-/- persediaan barang dalam proses, 31 des
Harga pokok produksi
134.055.000
337.405.000
29.400.000
366.805.000
26.500.000
340.305.000
Diasumsikan bahwa suatu penghitungan fisik persediaan bahan baku menghasilkan nilai yang
lebih rendah yaitu sebesar Rp 2.500.000 daripada persediaan yang tercatat.
Jurnal untuk menyesuaikan perkiraan persediaan yaitu:
Inventory adjustment
Raw Materials Inventory
2.500.000
2.500.000
Penyesuaian normal karena kesusutan / pengkerutan barang dan kerusakan dilaporkan sebagai
penyesuaian harga pokok penjualan.
Kekurangan abnormal atau pencurian dapat dilaporkan secara terpisah sebagai beban operasi.
Whose Inventory Is It ?
Barang-Barang dalam Perjalanan (Goods in Transit)
Jika syarat penjualan adalah franko gudang penjualan FOB (Free on Board) shipping point, maka
hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang di muat ke alat angkuta ketika akan
diangkut.
Karena hak itu berpindah pada saat pengangkutan, barang-barang dalam perjalanan pada akhir
tahun harus dimasukkan dalam persediaan pembeli, meskipun barangnya belum tiba.
Jika syarat penjualannya franko gudang pembeli (FOB destination) maka penerapan aturan
hukum tidak memerlukan pengakuan transaksi sebelum barang di terima pembeli.
Karena agak sulit dalam menentukan apakah barang-barang telah mencapai tujuannya pada
akhir tahun atau belum, maka pihak penjual akan lebih suka mengabaikan aturan hukum dan
menggunakan saat pengangkutan sebagai dasar pengakuan penjualan dan penurunan
persediaan.
Jika suatu barang diproduksi berdasarkan pesanan pembeli, maka penjualan bisa langsung
diakui segera setelah barang diselesaikan dan dipisahkan dari persediaan biasa.
Jika penjualan diakui pada saat pemisahan persediaan dilakukan oleh penjual, maka harus
diperhatikan bahwa barang-barang tersebut dikeluarkan dari perjalanan sebagai suatu pembelian
dan dengan demikian merupakan bagian dari persediaan.
Barang Konsinyasi
(Goods on Consignment)
Barang-barang di transfer ke Pedagang penyalur di sebut consignee (konsinye) dengan basis
konsinyasi.
Pengirim disebut consignor (konsinyor) tetap menahan hak atas barang dan mencantumkan nilai
barang tersebut dalam persediaan sebelum di jual oleh konsinye.
Barang konsinyasi dilaporkan sebesar harga pokoknya ditambah biaya penanganan dan biaya
pengangkutan yang terjadi dalam pentransferannya kepada konsinye.
Barang konsinyasi dinyatakan terpisah pada neraca.
Konsinye tidak memegang hak miliki atas barang konsinyasi, maka dari itu baik barang
konsinyasi dan kewajiban atas barang tersebut tidak dilaporkan pada laporan keuangan
pedagang konsinyasi.
Penjualan bersyarat dan Penjualan Cicilan
(Conditional and Installment Sales)
Kontrak penjualan bersyarat dan penjualan cicilian dapat mempersyaratkan penahanan hak oleh
penjual sampai harga jual dibayar seluruhnya.
Pihak penjual yang menahan hak tersebut dapat menyajikannya sebagai persediaan dengan
dikurangi kekayaan pembelian barang menurut jumlah angsuran yang telah dilakukan.
Pihak pembeli melaporkan suatu bagian pemilikan atas barang sesuai dengan pembayaran yang
dilakukan.
What is Inventory Cost ?
Setelah barang-barang dimasukkan sebagai persediaan diidentifikasi, maka akuntan harus
menetapkan nilai (rupiah/dollar) atas unit fisiknya.
Tujuannya untuk mengidentifikasikan unsur-unsur yang membentuk harga pokok dan untuk
mencapai suatu pertimbangan bagaimana menetapkan porsi biaya historis yang ditahan sebagai
jumlah persediaan yang dilaporkan di neraca dan jumlah yang dibebankan atas pendapatan
periode berjalan.
Unsur-unsur yang dimasukkan sebagai biaya
(Items Included in Cost)
Inventory cost meliputi dari semua pengeluaran baik langsung maupun tak langsung yang
berkaitan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan inventory untuk dijual.
Harga pokok (Cost) untuk bahan baku atau barang yang diperoleh meliputi purchase price,
ongkos angkut (freifht), biaya penerimaan (receiving), biaya penyimpanan (storage) dan lainnya
yang terjadi sampai siap dijual.
Pengeluaran-pengeluaran yang relatif kecil dan sulit untuk dialokasikan dikeluarkan dari
perhitungan inventory cost dan dibebankan seluruhnya ke pendapatan periode berjalan sebagai
biaya periode (period cost)
Diskon sebagai pengurang biaya
(Discount as Reduction in Cost)
Discount yang diperlakukan sebagai pengurang cost dalam pencatatan pembelian barang juga
harus diperlakukan sebagai pengurang biaya persediaan.
Diskon dagang (Trade Discounts) merupakan potongan dari daftar harga yang berlaku menjadi
harga yang benar-benar dibebankan kepada pembeli (buyer).
Diskon tunai (Cash Discounts) merupakan potongan harga yang diberikan untuk faktur-faktur
yang dibayar dalam periode tertentu.
Cash Discount biasanya ditetapkan sebagai suatu persentase harga yang tidak perlu dibayar
sebagaimana faktur dibayar dalam beberapa hari tertentu dan jumlah penuh harus dibayar jika
pembayaran melampaui periode diskon.
Contoh:
4/10, n/60 berarti 4% diberikan sebagai diskon tunai jika faktur dibayar dalam waktu 10 hari
setelah tanggal faktur, tapi jumlah penuh atau jumlah bersih dapat dibayar dalam waktu 60 hari.
Syarat 4/10, “eom” berarti bahwa diskon 4% dapat diberikan jika faktur dibayar dalam waktu 10
hari setelah akhir bulan pembuatan faktur.
Secara teori, Inventory harus dicatat sebesar harga faktur setelah dikurangi dengan discount
yang diperoleh. Metode bersih (net method) ini menunjukkan bahwa discount yang tidak diambil
sebenarnya merupakan pengeluaran atau beban kredit yang terjadi karena ketidakmampuan
untuk membayar dalam periode discount.
Jumlah ini dicatat dalam perkiraan discount yang tidak diambil dan dilaporkan sebagai suatu pos
terpisah pada perhitungan rugi laba.
Discount yang tidak diambil menunjukkan suatu suku bunga yang relatif tinggi.
Contoh:
Pembelian sebesar Rp 1.000.000 mensyaratkan pembayaran 2/10, n/30. Berarti jika pihak
pembelil membayar pada hari ke sepuluh, maka hanya membayar sebesar Rp 9.800.000.
Jika membayar dalam waktu 30 hari kemudian, maka harus membayar penuh yaitu sebesar Rp
1.000.000.
Jadi discount sebesar Rp 200.000 diperoleh karena pembayaran dilakukan lebih cepat 20 hari.
Suku bunga tahunan implisit dalam hal ini adalah 36% (360/20 * 2%), yang merupakan suku
bunga tahunan implisit yang cukup besar sekali.
Dengan metode kotor (Gross method), cash discount yang diambil disajikan dengan memakai
suatu perkiraan kontra pembelian yaitu purchases discount, bilamana digunakan sistem
persediaan periodik.
Dalam sistem persediaan perpetual, discount dikredit langsung ke inventory.
Jika pembayaran dilakukan dalam periode yang sama dengan penjualan persediaan, maka
pemakaian metode bersih dan kotor akan menghasilkan laba bersih yang sama.
Tapi jika persediaan dijual pada periode tertentu dan pembayarannya dilakukan pada periode
berikutnya, maka laba bersih akan terpengaruh dan penandingan biaya terhadap pendapatan
tidak akan terwujud.
Jika digunakan metode bersih, pada akhir periode harus dibuat ayat jurnal penyesuaian untuk
mencatat diskon yang tidak diambil atas faktur-faktur yang belum dibayar tapi periode diskonya
sudah lewat.
Contoh (diasumsikan memakai persediaan perpetual)
Pembelian barang dagang seharga Rp 2.500.000 dikurangi diskon dagang 30/20 dan diskon
tunai 2%.
Rp 2.500.000 dikurangi 30%
= 1.750.000
Rp 1.750.000 dikurangi 20%
= 1.400.000
Rp 1.400.000 dikurangi 2%
= 1.372.000
Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih
Inventory
Account Payable
1.372.000
Pembelian dilaporkan dalam jumlah kotor
Inventory
Account Payable
1.372.000
1.372.000
1.372.000
Diasumsikan bahwa pembayaran faktur dilakukan dalam periode diskon
Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih
Account Payable
Cash
1.372.000
1.372.000
Pembelian dilaporkan dalam jumlah kotor
Account Payable
Inventory
Cash
1.400.000
28.000
1.372.000
Diasumsikan bahwa pembayaran faktur dilakukan setelah periode diskon
Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih
Account Payable
Discount loss
Cash
1.372.000
28.000
Pembelian dilaporkan dalam jumlah kotor
Account Payable
Cash
1.400.000
28.000
1.400.000
Penyesuaian yang diperlukan pada akhir periode dengan mengasumsikan bahwa faktur belum
dibayar dan periode diskon telah lewat
Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih
Discount loss
Account Payable
28.000
Pembelian dilaporkan dalam jumlah kotor
Tidak ada jurnal
28.000
Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
(Purchase Returns and Allowances)
Penyesuaian atas harga faktur juga perlu dibuat jika:
• Barang ternyata rusak
• Kualitiasnya lebih rendah daripada yang di pesan
Hutang akan berkurang dan dilakukan pengkreditan ke inventory account (perpetual) atau
purchases return (periodik) jika:
• Pembeli (Buyer) mengembalikan barang yang dibeli ke supplier
• Buyer diberi credit note oleh supplier untuk mengkompensasi kerusakan atau kualitas barang
yang rendah
Inventory Valuation Methods
Ada 4 metode alokasi yang dapat diterapkan untuk persedian yaitu:
1. Identifikasi khusus
2. First in First out
3. Rata-rata tertimbang
4. Last in First out
Kecuali metode identifikasi khusus, semua metode alokasi biaya persediaan metode persediaan
tersebut sering dipakai.
Identifikasi Khusus
(Specific Identification)
Metode ini memerlukan pengidentifikasian biaya historis dari masing-masing unit persediaan
sampai saat penjualannya.
Dalam metode ini arus biaya yang tercatat ditandingkan dengan arus fisik barang.
Metode identifikasi khusus sulit untuk diterapkan karena:
• Jika persediaan terdiri dari barang yang beragam, atau barang yang sejenis diperoleh pada
waktu yang berbeda dan dengan harga yang berbeda, maka akan memakan waktu,
menjemukan dan mahal.
• Jika unit barangnya sejenis dan dapat dipertukarkan, maka akan memberikan peluang
dilakukannya manipulasi laba dengan jalan melakukan pemilihan unit-unit tertentu untuk
dikirimkan.
Akhirnya perubahan biaya yang besar selama suatu periode akan dapat mengakibatkan
pembebanan pendapatan dengan dasar yang berbeda dari biaya masa lalu yang dapat
diidentfikasikan.
Metode First in First Out
(FIFO)
Didasarkan pada asumsi bahwa harus dibebankan ke pendapatan sesuai dengan urutan
terjadinya, yang dengan demikian persediaan akan dinyatakan berdasarkan biaya terbaru.
Contoh tidak diberikan karena materi ini merupakan review dari matakuilah pengantar
akuntansi-1
FIFO dianggap sebagai suatu pendekatan yang logis dan realistik mengenai arus biaya jika
identifikasi khusus biaya tidak praktis atau tidak mungkin dilaksanakan.
FIFO mengasumsikan suatu arus biaya yang paralel dengan arus fisik barang sehari-hari.
Pendapatan dibebani dengan biaya yang dianggap berkaitan dengan barang yang benar-benar
dijual.
Persediaan akhir dilaporkan menurut biaya terbaru dan biaya yang paling mendekati nilai
berjalan persediaan pada tanggal neraca.
FIFO tidak memberi peluang untuk memanipulasi laba karena harga pokok ditentukan menurut
terjadinya biaya.
Metode Biaya Rata-rata
(Average Cost Method)
Didasarkan pada asumsi bahwa barang yang dijual harus dibebani dengan biaya rata-rata,
dimana rata-rata itu dipengaruhi atau ditimbang menurut jumlah unit yang diperoleh pada
masing-masing harga.
Persediaan dinyatakan dengan biaya rata-rata tertimbang per unit yang sama.
Contoh tidak diberikan, karena materi ini merupakan review dari matakuliah pengantar
akuntansi-1
Perlu dicatat bawah nilai yang dihasilkan jika berdasarkan sistem periodik berbeda dengan
sistem perpetual.
Pendekatan biaya rata-rata dapat didukung sebagai suatu pendekatan yang realistik dan
menyelaraskan arus fisik barang, khususnya jika unit-unit persediaan yang identik ternyata
tercampur baur.
Metode ini memberikan harga pokok yang sama untuk barang serupa yang memiliki kegunaan
yang sama dan tidak memberi peluang terjadinya manipulasi laba.
Keterbatasan metode ini yaitu nilai persediaan yang selalu mengandung unsur biaya yang paling
dini, dan nilai persediaan yang dapat jauh berbeda dengan nilai periode berjalan jika terjadi
kenaikan atau penurunan harga secara drastis.
Metode Last in First Out
(LIFO)
Didasarkan pada asumsi bahwa biaya terakhir dari suatu unsur barang tertentu harus
dibebankan ke harga pokok penjualan.
Dengan demikian, maka persediaan akan dilaporkan sebesar biaya terlama yang paling dini.
Contoh tidak diberikan, karena materi ini merupakan review dari matakuliah pengantar
akuntansi-1
Perlu dicatat bahwa nilai-nilai LIFO yang dihasilkan berdasarkan sistem periodik berbeda dari
yang dihasilkan berdasarkan sistem perpetual.
Likuidasi sementara atas persediaan sering kali terjadi selama tahun berjalan, khususnya untuk
suatu perusahaan musiman yang mengakibatkan laporan bulanan yang disusun berdasarkan
LIFO menjadi tidak realistik dan kurang bermanfaat.
Karena itu banyak perusahaan yang menggunakan LIFO di mana menyelenggarakan catatan
internalnya dengan menggunakan metode persediaan lainnya seperti FIFO atau rata-rata
tertimbang dan menyesuaikan laporan LIFO pada akhir tahun dengan suatu perkiraan penyisihan
LIFO (LIFO Allowance).
Contoh untuk ayat jurnal penyisihan :
Harga Pokok Penjualan
Kelebihan biaya FIFO atas LIFO
xx
xx
Ayat jurnal penyesuaian untuk mengurangi perkiraan penyisihan (Alllowance) yaitu :
Kelebihan biaya FIFO atas LIFO
Harga Pokok Penjualan
xx
xx
Penerapan LIFO pada kelompok barang tertentu
Untuk persediaan yang berjumlah besar dan beragam, aplikasi metode LIFO pada setiap jenis
barang akan terlalu memberatkan. Karena cukup rumit dan memerlukan biaya, perusahaan
sering kali hanya memilih beberapa pos persedian yang sangat penting saja, biasanya bahan
baku untuk aplikasi metode LIFO.
Guna menyederhanakan proses penilaian dan memperluas daya terapnya pada persediaan yang
terdiri dari banyak jenis, penggunaan LIFO dilakukan dengan penetapan kelompok persediaan
(inventory pools) yang terdiri dari barang-barang yang sangat identik.
Pada akhir periode, kuantitas setiap jenis barang dalam kelompok tersebut ditentukan dan biaya
barang dihitung.
Unit-unit yang sama dengan kuantitas awal dalam kelompok diberi biaya awal per unit. Jika
jumlah unit persediaan akhir melampaui jumlah persediaan awal, maka unit-unit tambahannya
dianggap sebagai suatu lapisan tambahan (incremental layer0 dalam kelompok.
Biaya per unit yang digunakan untuk barang-barang dalam lapisan yang baru dapat didasarkan
pada 3 ukuran yaitu:
1. Biaya akrual dari perolehan yang paling dini dalam periode bersangkutan (LIFO)
2. Biaya rata-rata tertimbang dari perolehan dalam periode bersangkutan atau
3. Biaya aktual dari perolehan yang paling akhir dalam periode bersangkutan (FIFO)
Kenaikan dalam periode selanjutnya akan membentuk lapisan persediaan berikutnya. Penurunan
jumlah unit dalam suatu kelompok persediaan selama suatu periode di anggap sebagai
pengurangan lapisan yang ditambahkan belakangan, di mulai dari lapisan terakhir dan bergerak
menuju lapisan pertama.
Sekali suatu lapisan khusus dikurangi atau dihapuskan maka tidak dapat dikembalikan lagi.
Contoh:
Diasumsikan bawah ada 3 kelompok persediaan, dan perubahan dalam ke 3 kelompok tersusun
seperti dibawah ini.
Kalkulasi persediaan yang mendasari daftar tersebut didasarkan pada asumsi bahwa biaya ratarata tertimbang digunakan dalam penilaian lapisan yang bertambah setiap tahunnya.
Lapisan baru ditambahkan pada persediaan kelompok A setiap tahun. Lapisan-lapisan yang
diterapkan sebelumnya dikurangkan dalam tahun 1998 untuk persediaan kelompok B dan tahun
1997 untuk persediaan kelompok c.
Kenaikan dan likuidasi (penurunan) kelompok persediaan:
Persediaan
Kelompok A
Persediaan 31 des, 1996
Pembelian - 1997
3.000
3.000
1.000
7.000
3.000
4.000
1.000
3.000
8.000
3.500
4.500
Total tersedia untuk dijual
Penjualan - 1997
Persediaan 31 des 1997
Pembelian - 1998
Total tersedia untuk dijual
Penjualan - 1998
Persediaan – 31 des 1998
Persediaan
Kelompok B
Rp 6
Rp 7
Rp 9
Rp 8
Rp 10
3.000
2.000
5.000
1.000
4.000
2.000
Persediaan
Kelompok C
Rp 5
Rp 6
2.000
3.000
Rp 10
Rp 11
Rp 6
5.000
3.500
1.500
3.000
Rp 11
6.000
2.500
3.500
4.500
2.000
2.500
Penilaian persediaan dengan memakai kelompok LIFO untuk barang tertentu:
Persediaan Kelompok
A
Persediaan Kelompok
B
Persediaan kelompok
C
Persediaan 31 des 1996
3.000
Rp 6
18.000
3.000
Rp 5
15.000
2.000
Rp 10
20.000
Persediaan 31 des 1997
3.000
1.000
4.000
Rp 6
Rp 7.5
18.000
7.500
25.500
3.000
1.000
4.000
Rp 5
Rp 6
15.000
6.000
1.500
Rp 10
15.000
3.000
1.000
500
4.500
Rp 6
Rp 7.5
Rp 9.5
18.000
7.500
4.750
30.250
3.000
500
Rp 5
Rp 6
Persediaan 31 des 1998
3.500
1.500
15.000
3.000
1.500
1.000
18.000
2.500
15.000
Rp 10
Rp 11
15.000
11.000
26.000
penjelasan:
Biaya dari unit-unit yang diperoleh tahun 1997, Rp 30.000 dibagi dengan unit yang diperoleh
4.000 atau sama dengan Rp 7.5
Biaya dari unit-unit yang diperoleh tahun 1998, Rp 38.000 di bagi dengan jumlah unit yang
diperoleh 4.000 atau sama dengan Rp 9.50
Perbandingan Berbagai Metode Alokasi Biaya Persediaan
(Comparison of Cost Allocation Methods)
Dengan memakai metode FIFO, persediaan dilaporkan pada neraca kira-kira sebesar harga
pokok saat ini.
Dengan LIFO persediaan yang tidak banyak berubah kuantitasnya dilaporkan dengan jumlah
yang kira-kira tetap seperti dulu yang dikaitkan dengan pembelian yang paling dini.
Penggunaan metode rata-rata umumnya menghasilkan nilai persediaan yang sangat paralel
dengan nilai FIOF karena pembelian selama suatu periode biasanya beberapa kali lebih banyak
dari persediaan awal dan dengan demikian biaya rata-rata amat dipengaruhi oleh biaya periode
berjalan.
Metode identifikasi khusus dapat menghasilkan berbagai hasil tergantung pada keinginan
manajemen.
Jika harga yang dibayarkan atas barang tidak banyak berfluktuasi, maka metode-metode
persediaan lainnya tidak akan menimbulkan banyak perbedaan pada laporan keuangan.
Penggunaan FIFO dalam suatu periode kenaikan harga berarti akan menandingkan persediaan
FIFO dalam suatu periode kenaikan harga jual yang meningkat, jadi memperbesar marjin laba
kotor.
Dalam periode di mana terjadi penurunan harga, persediaan terlama yang berbiaya tinggi
ditandingkan dengan harga jual yang menurun, jadi merendahkan marjin laba kotor.
Dengan menggunakan metode rata-rata, marjin laba kotor cenderung mengikuti pola yang sama
dalam kaitannya dengan perubahan harga.
Di lain pihak, penggunaan LIFO dalam suatu periode kenaikan harga akan mengaitkan harga
pokok periode berjalan yang tinggi dari perolehan barang dengan harga jual yang meningkat.
Jadi LIFO cenderung mengstabilkan marjin laba kotor.
Evaluasi Atas Lifo Sebagai Metode Alokasi Biaya Persediaan
(Evaluation of LIFO as a Cost Allocation Method)
Manfaat Utama LIFO (Major Advantages of LIFO):
Manfaat LIFO dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Manfaat pajak (Tax Benefits)Æ penangguhan sementara atau permanen atas income taxes
dapat dicapai dengan memakai LIFO, yang menghasilkan penghematan dari cash berjalan.
Penangguhan ini terus berlanjut sepanjang tingkat harga terus meningkat dan kuantitas
Pengukuran laba yang lebih baik (Better Measurement of Income) Æ karena LIFO
mengalokasikan cost yang terjadi paling belakangan terhadap cost of sales, metode ini
menghasilkan suatu gambaran income yang cenderung hanya melaporkan operating income dan
menangguhkan pengakuan holding gain sampai harga atau kuantitas menurun.
Kelemahan utama LIFO (Major Disadvantages of LIFO)
Memperkecil laba (Reduced Income) Æ penerapan harga terbaru terhadap revenue periode
berjalan akan menghasilkan penurunan net income dalam suatu periode inflasi.
Saldo persediaan yang tidak realistis pada neraca (Unrealistic Inventory Balances on the
Balance Sheet) Æ alokasi older inventory cost pada balance sheet dapat mengakibatkan nilainilai inventory ditetapkan terlalu rendah.
Dengan berlalunya waktu, mka berbagai lapisan LIFO akan terbentuk dan jika harga meningkat
tajam, nilai inventory yang dilaporkan akan jauh lebih rendah daripada nilai replacement periode
berjalan.
Laba yang tidak diantisipasikan karena kuantitas persediaan tidak dipertahankan
(Unanticipated Profits Created by Failing to Maintain Inventory Quantities) Æ manfaat
income akan menjadi kenyataan hanya jika tingkat kuantitas inventory dipertahankan. Jika
kuantitas ending inventory ternyata menurun, lapisan biaya LIFO yang terhapus akan dibebankan
ke akhir ternyata menurun, lapisan biaya LIFO yang terhapus akan dibebankan ke pendapatan
periode berjalan.
Jika biaya persdiaan pada lapisan ini jauh lebih rendah daripada nilai ganti saat ini, laba
dilaporkan secara semu akan meningkat karena tingkat persediaan tidak dipertahankan.
Asumsi arus tidak realistis (Unrealistic Flow Assumptions) Æ pembebanan biaya yang
dihasilkan dari pengguna LIFO biasanya tidak dapat dijadikan alat untuk memperkirakan gerakan
fisik barang dalam perusahaan.
Pemilihan Metode Persediaan
(Selection of an Inventory Method)
Pedoman pemilihan suatu metode yang tepat akan terlalu luas, dan perusahaan dapat
membenarkan hampir setiap metode yang diterima.
Keputusan mengenai metode mana yang akan digunakan tergantung tidak saja kepada
konsekuensi pajak, tetapi juga pada sifat persediaan itu sendiri.
Jika inventory merupakan pos yang cukup penting, maka perubahan inventory method yang
dilakukan oleh perusahaan akan dapat merusak daya banding (komparabilitas) financial
statement perusahaan tersebut dengan laporan tahun-tahun sebelumnya dan dengan financial
statements badan usaha lainnya.
Pendapatan yang ditekankan oleh APB dalam opinion no 20, dinyatakan “ Dasar pembenaran
untuk perubahan lainnya terletak pada entitas atau badan yang menyarankan perubahan
tersebut”.
Jika suatu perubahan dilakukan, FASB menekankan agar nampak perubahan itu diungkapkan
selengkapnya.