Cost of Goods Sold and Inventory: Identification and Valuation What is Inventory ? Istilah inventory, menunjukkan : • Goods yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan • Untuk perusahaan manufaktur, goods in production atau ditempatkan ke dalam proses produksi Sifat goods yang diklasifikasikan sebagai inventory sangat bervariasi menurut sifat aktivitas perusahaan, dan dalam beberapa hal meliputi assets yang biasanya tidak anggap sebagai inventory. Sebagai contoh: Land, building yang dimiliki untuk dijual kembali di masa mendatang oleh perusahaan kontruksi selayaknya diklasifikasikan sebagai persediaan oleh perusahaan bersangkutan. Classes of Inventory Istilah inventory atau merchandise inventory pada umumnya diterapkan untuk goods yang dimiliki oleh perusahaan dagang, jika good yang diperoleh dalam keadaan siap untuk dijual kembali. Istilah raw materials, goods in process dan finished good berkaitan dengan inventory perusahaan manufaktur. Bahan Baku (Raw Material) Merupakan goods yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Istilah raw materials dapat mencakup seluruh bahan baku yang digunakan dalam produksi. Istilah factory supplies atau manufacturing supplies digunakan untuk menyebut bahan tambahan yaitu materials yang diperlukan dalam proses produksi tapi secara tidak langsung dimasukkan ke dalam produk. Raw materials yang secara langsung digunakan dalam produksi barang disebut direct materials. sedangkan bahan penolong (factory supplies) disebut indirect material. Barang Dalam Proses (Goods In Process) Kadang di sebut Work In Process, terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu dikerjakan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Persediaan barang dalam proses meliputi 3 unsur biaya yaitu: 1. Bahan langsung 2. Upah langsung 3. Overhead Pabrik / Overhead Produksi Overhead pabrik terdiri dari seluruh biaya produksi selain bahan langsung dan upah langsung, meliputi bahan penolong yang digunakan dan biaya tenaga kerja yang tidak secara langsung dikaitkan dengan proses pengerjaan produk tertentu. Barang Jadi (Finished Goods) Merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual. Pada saat produk ini diselesaikan biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi ditransfer dari barang dalam proses ke perkiraan persediaan barang jadi. Inventory Systems Catatan persediaan dapat diselenggarakan dengan: 1. Basis periodik 2. Basis perpetual Sistem persediaan periodik memerlukan inventarisasi fisik, yaitu penghitungan, pengukuran, atau penimbangan barang pada akhir periode akuntansi untuk menetapkan kuantitas yang ada dalam perusahaan. Sistem persediaan perpetual: • Memerlukan pengelolaan catatan yang menyajikan ikhtisar berlanjut atas pos-pos persediaan yang ada pada perusahaan. • Masing-masing kelompok barang memiliki perkiraan sendiri. • Penambahan dan penurunan persediaan dicatat dalam perkiraan masing-masing, saldo yang dihasilkan merupakan jumlah yang ada dalam perusahaan. • Hanya mencatat kuantitas saja atau dengan mencatat kuantitas dan harga • Memerlukan pencatatan setiap pergerakan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Contoh: Persediaan, 1 januari 2000 Barang jadi Barang dalam proses Bahan baku 45.000.000 29.400.000 21.350.000 Pembebanan selama 2000 Pembelian bahan baku Bahan baku yang digunakan Upah langsung Overhead pabrik 107.500.000 106.500.000 96.850.000 134.055.000 Harga pokok produksi tahun 2000 340.305.000 Harga pokok penjualan tahun 2000 334.305.000 Persediaan 31 des 2000 Barang jadi Barang dalam proses Bahan baku 51.000.000 26.500.000 22.350.000 Ikhtisar ayat jurnal untuk mencatat data tersebut untuk tahun 2000 adalah sebagai berikut: Raw Material 107.500.000 Account Payable 107.500.000 Mencatat pembelian bahan baku Goods in Process Raw Materials Mencatat bahan baku yang digunakan dalam produksi 106.500.000 Goods in Process 96.850.000 Payroll Mendistribusikan biaya upah langsung ke Goods in Process 106.500.000 96.850.000 Factory Overhead Various Account (e.g, liabilities, accumulated depreciation and prepaid expenses) Mencatat beban biaya factory overhead 134.055.000 Goods in Process Factory overhead Membebankan overhead pabrik ke barang 134.055.000 Finished Goods Goods ini Process Mentransfer barang yang telah diselesaikan 340.305.000 Cost of Goods Sold Finished Goods Mencatat Cost Goods Sold 334.305.000 134.055.000 134.055.000 340.305.000 334.305.000 Setelah di posting, maka saldo untuk masing-masing perkiraan yaitu: Raw Materials Goods in Process Finished Goods Cost of Goods Sold Rp 22.350.000 Rp 26.500.000 Rp 51.000.000 Rp 334.305.000 PT XX Schedule of Cost of Goods Manufactured For the Year ended Dec, 31 xxxx Bahan langsung: Persediaan bahan baku, 1 januari xxxx Pembelian Biaya bahan baku yang tersedia utk digunakan -/- persediaan bahan baku, 31 dec xxxx Bahan baku yang digunakan dalam produksi Upah langsung Overhead Pabrik: Upah tak langsung Supervisi pabrik Beban penyusutan – bangunan dan peralatan pabrik Penerangan, pemanasan dan pembangkit tenaga Bahan pembantu (perbekalan) pabrik Overhead pabrik rupa-rupa Total biaya pabrikasi +/+ persediaan barang dalam proses 1 jan xxxx 21.350.000 107.500.000 128.850.000 22.350.000 106.500.000 96.850.000 40.000.000 29.000.000 20.000.000 18.000.000 15.000.000 12.055.000 -/- persediaan barang dalam proses, 31 des Harga pokok produksi 134.055.000 337.405.000 29.400.000 366.805.000 26.500.000 340.305.000 Diasumsikan bahwa suatu penghitungan fisik persediaan bahan baku menghasilkan nilai yang lebih rendah yaitu sebesar Rp 2.500.000 daripada persediaan yang tercatat. Jurnal untuk menyesuaikan perkiraan persediaan yaitu: Inventory adjustment Raw Materials Inventory 2.500.000 2.500.000 Penyesuaian normal karena kesusutan / pengkerutan barang dan kerusakan dilaporkan sebagai penyesuaian harga pokok penjualan. Kekurangan abnormal atau pencurian dapat dilaporkan secara terpisah sebagai beban operasi. Whose Inventory Is It ? Barang-Barang dalam Perjalanan (Goods in Transit) Jika syarat penjualan adalah franko gudang penjualan FOB (Free on Board) shipping point, maka hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang di muat ke alat angkuta ketika akan diangkut. Karena hak itu berpindah pada saat pengangkutan, barang-barang dalam perjalanan pada akhir tahun harus dimasukkan dalam persediaan pembeli, meskipun barangnya belum tiba. Jika syarat penjualannya franko gudang pembeli (FOB destination) maka penerapan aturan hukum tidak memerlukan pengakuan transaksi sebelum barang di terima pembeli. Karena agak sulit dalam menentukan apakah barang-barang telah mencapai tujuannya pada akhir tahun atau belum, maka pihak penjual akan lebih suka mengabaikan aturan hukum dan menggunakan saat pengangkutan sebagai dasar pengakuan penjualan dan penurunan persediaan. Jika suatu barang diproduksi berdasarkan pesanan pembeli, maka penjualan bisa langsung diakui segera setelah barang diselesaikan dan dipisahkan dari persediaan biasa. Jika penjualan diakui pada saat pemisahan persediaan dilakukan oleh penjual, maka harus diperhatikan bahwa barang-barang tersebut dikeluarkan dari perjalanan sebagai suatu pembelian dan dengan demikian merupakan bagian dari persediaan. Barang Konsinyasi (Goods on Consignment) Barang-barang di transfer ke Pedagang penyalur di sebut consignee (konsinye) dengan basis konsinyasi. Pengirim disebut consignor (konsinyor) tetap menahan hak atas barang dan mencantumkan nilai barang tersebut dalam persediaan sebelum di jual oleh konsinye. Barang konsinyasi dilaporkan sebesar harga pokoknya ditambah biaya penanganan dan biaya pengangkutan yang terjadi dalam pentransferannya kepada konsinye. Barang konsinyasi dinyatakan terpisah pada neraca. Konsinye tidak memegang hak miliki atas barang konsinyasi, maka dari itu baik barang konsinyasi dan kewajiban atas barang tersebut tidak dilaporkan pada laporan keuangan pedagang konsinyasi. Penjualan bersyarat dan Penjualan Cicilan (Conditional and Installment Sales) Kontrak penjualan bersyarat dan penjualan cicilian dapat mempersyaratkan penahanan hak oleh penjual sampai harga jual dibayar seluruhnya. Pihak penjual yang menahan hak tersebut dapat menyajikannya sebagai persediaan dengan dikurangi kekayaan pembelian barang menurut jumlah angsuran yang telah dilakukan. Pihak pembeli melaporkan suatu bagian pemilikan atas barang sesuai dengan pembayaran yang dilakukan. What is Inventory Cost ? Setelah barang-barang dimasukkan sebagai persediaan diidentifikasi, maka akuntan harus menetapkan nilai (rupiah/dollar) atas unit fisiknya. Tujuannya untuk mengidentifikasikan unsur-unsur yang membentuk harga pokok dan untuk mencapai suatu pertimbangan bagaimana menetapkan porsi biaya historis yang ditahan sebagai jumlah persediaan yang dilaporkan di neraca dan jumlah yang dibebankan atas pendapatan periode berjalan. Unsur-unsur yang dimasukkan sebagai biaya (Items Included in Cost) Inventory cost meliputi dari semua pengeluaran baik langsung maupun tak langsung yang berkaitan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan inventory untuk dijual. Harga pokok (Cost) untuk bahan baku atau barang yang diperoleh meliputi purchase price, ongkos angkut (freifht), biaya penerimaan (receiving), biaya penyimpanan (storage) dan lainnya yang terjadi sampai siap dijual. Pengeluaran-pengeluaran yang relatif kecil dan sulit untuk dialokasikan dikeluarkan dari perhitungan inventory cost dan dibebankan seluruhnya ke pendapatan periode berjalan sebagai biaya periode (period cost) Diskon sebagai pengurang biaya (Discount as Reduction in Cost) Discount yang diperlakukan sebagai pengurang cost dalam pencatatan pembelian barang juga harus diperlakukan sebagai pengurang biaya persediaan. Diskon dagang (Trade Discounts) merupakan potongan dari daftar harga yang berlaku menjadi harga yang benar-benar dibebankan kepada pembeli (buyer). Diskon tunai (Cash Discounts) merupakan potongan harga yang diberikan untuk faktur-faktur yang dibayar dalam periode tertentu. Cash Discount biasanya ditetapkan sebagai suatu persentase harga yang tidak perlu dibayar sebagaimana faktur dibayar dalam beberapa hari tertentu dan jumlah penuh harus dibayar jika pembayaran melampaui periode diskon. Contoh: 4/10, n/60 berarti 4% diberikan sebagai diskon tunai jika faktur dibayar dalam waktu 10 hari setelah tanggal faktur, tapi jumlah penuh atau jumlah bersih dapat dibayar dalam waktu 60 hari. Syarat 4/10, “eom” berarti bahwa diskon 4% dapat diberikan jika faktur dibayar dalam waktu 10 hari setelah akhir bulan pembuatan faktur. Secara teori, Inventory harus dicatat sebesar harga faktur setelah dikurangi dengan discount yang diperoleh. Metode bersih (net method) ini menunjukkan bahwa discount yang tidak diambil sebenarnya merupakan pengeluaran atau beban kredit yang terjadi karena ketidakmampuan untuk membayar dalam periode discount. Jumlah ini dicatat dalam perkiraan discount yang tidak diambil dan dilaporkan sebagai suatu pos terpisah pada perhitungan rugi laba. Discount yang tidak diambil menunjukkan suatu suku bunga yang relatif tinggi. Contoh: Pembelian sebesar Rp 1.000.000 mensyaratkan pembayaran 2/10, n/30. Berarti jika pihak pembelil membayar pada hari ke sepuluh, maka hanya membayar sebesar Rp 9.800.000. Jika membayar dalam waktu 30 hari kemudian, maka harus membayar penuh yaitu sebesar Rp 1.000.000. Jadi discount sebesar Rp 200.000 diperoleh karena pembayaran dilakukan lebih cepat 20 hari. Suku bunga tahunan implisit dalam hal ini adalah 36% (360/20 * 2%), yang merupakan suku bunga tahunan implisit yang cukup besar sekali. Dengan metode kotor (Gross method), cash discount yang diambil disajikan dengan memakai suatu perkiraan kontra pembelian yaitu purchases discount, bilamana digunakan sistem persediaan periodik. Dalam sistem persediaan perpetual, discount dikredit langsung ke inventory. Jika pembayaran dilakukan dalam periode yang sama dengan penjualan persediaan, maka pemakaian metode bersih dan kotor akan menghasilkan laba bersih yang sama. Tapi jika persediaan dijual pada periode tertentu dan pembayarannya dilakukan pada periode berikutnya, maka laba bersih akan terpengaruh dan penandingan biaya terhadap pendapatan tidak akan terwujud. Jika digunakan metode bersih, pada akhir periode harus dibuat ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat diskon yang tidak diambil atas faktur-faktur yang belum dibayar tapi periode diskonya sudah lewat. Contoh (diasumsikan memakai persediaan perpetual) Pembelian barang dagang seharga Rp 2.500.000 dikurangi diskon dagang 30/20 dan diskon tunai 2%. Rp 2.500.000 dikurangi 30% = 1.750.000 Rp 1.750.000 dikurangi 20% = 1.400.000 Rp 1.400.000 dikurangi 2% = 1.372.000 Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih Inventory Account Payable 1.372.000 Pembelian dilaporkan dalam jumlah kotor Inventory Account Payable 1.372.000 1.372.000 1.372.000 Diasumsikan bahwa pembayaran faktur dilakukan dalam periode diskon Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih Account Payable Cash 1.372.000 1.372.000 Pembelian dilaporkan dalam jumlah kotor Account Payable Inventory Cash 1.400.000 28.000 1.372.000 Diasumsikan bahwa pembayaran faktur dilakukan setelah periode diskon Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih Account Payable Discount loss Cash 1.372.000 28.000 Pembelian dilaporkan dalam jumlah kotor Account Payable Cash 1.400.000 28.000 1.400.000 Penyesuaian yang diperlukan pada akhir periode dengan mengasumsikan bahwa faktur belum dibayar dan periode diskon telah lewat Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih Discount loss Account Payable 28.000 Pembelian dilaporkan dalam jumlah kotor Tidak ada jurnal 28.000 Retur Pembelian dan Pengurangan Harga (Purchase Returns and Allowances) Penyesuaian atas harga faktur juga perlu dibuat jika: • Barang ternyata rusak • Kualitiasnya lebih rendah daripada yang di pesan Hutang akan berkurang dan dilakukan pengkreditan ke inventory account (perpetual) atau purchases return (periodik) jika: • Pembeli (Buyer) mengembalikan barang yang dibeli ke supplier • Buyer diberi credit note oleh supplier untuk mengkompensasi kerusakan atau kualitas barang yang rendah Inventory Valuation Methods Ada 4 metode alokasi yang dapat diterapkan untuk persedian yaitu: 1. Identifikasi khusus 2. First in First out 3. Rata-rata tertimbang 4. Last in First out Kecuali metode identifikasi khusus, semua metode alokasi biaya persediaan metode persediaan tersebut sering dipakai. Identifikasi Khusus (Specific Identification) Metode ini memerlukan pengidentifikasian biaya historis dari masing-masing unit persediaan sampai saat penjualannya. Dalam metode ini arus biaya yang tercatat ditandingkan dengan arus fisik barang. Metode identifikasi khusus sulit untuk diterapkan karena: • Jika persediaan terdiri dari barang yang beragam, atau barang yang sejenis diperoleh pada waktu yang berbeda dan dengan harga yang berbeda, maka akan memakan waktu, menjemukan dan mahal. • Jika unit barangnya sejenis dan dapat dipertukarkan, maka akan memberikan peluang dilakukannya manipulasi laba dengan jalan melakukan pemilihan unit-unit tertentu untuk dikirimkan. Akhirnya perubahan biaya yang besar selama suatu periode akan dapat mengakibatkan pembebanan pendapatan dengan dasar yang berbeda dari biaya masa lalu yang dapat diidentfikasikan. Metode First in First Out (FIFO) Didasarkan pada asumsi bahwa harus dibebankan ke pendapatan sesuai dengan urutan terjadinya, yang dengan demikian persediaan akan dinyatakan berdasarkan biaya terbaru. Contoh tidak diberikan karena materi ini merupakan review dari matakuilah pengantar akuntansi-1 FIFO dianggap sebagai suatu pendekatan yang logis dan realistik mengenai arus biaya jika identifikasi khusus biaya tidak praktis atau tidak mungkin dilaksanakan. FIFO mengasumsikan suatu arus biaya yang paralel dengan arus fisik barang sehari-hari. Pendapatan dibebani dengan biaya yang dianggap berkaitan dengan barang yang benar-benar dijual. Persediaan akhir dilaporkan menurut biaya terbaru dan biaya yang paling mendekati nilai berjalan persediaan pada tanggal neraca. FIFO tidak memberi peluang untuk memanipulasi laba karena harga pokok ditentukan menurut terjadinya biaya. Metode Biaya Rata-rata (Average Cost Method) Didasarkan pada asumsi bahwa barang yang dijual harus dibebani dengan biaya rata-rata, dimana rata-rata itu dipengaruhi atau ditimbang menurut jumlah unit yang diperoleh pada masing-masing harga. Persediaan dinyatakan dengan biaya rata-rata tertimbang per unit yang sama. Contoh tidak diberikan, karena materi ini merupakan review dari matakuliah pengantar akuntansi-1 Perlu dicatat bawah nilai yang dihasilkan jika berdasarkan sistem periodik berbeda dengan sistem perpetual. Pendekatan biaya rata-rata dapat didukung sebagai suatu pendekatan yang realistik dan menyelaraskan arus fisik barang, khususnya jika unit-unit persediaan yang identik ternyata tercampur baur. Metode ini memberikan harga pokok yang sama untuk barang serupa yang memiliki kegunaan yang sama dan tidak memberi peluang terjadinya manipulasi laba. Keterbatasan metode ini yaitu nilai persediaan yang selalu mengandung unsur biaya yang paling dini, dan nilai persediaan yang dapat jauh berbeda dengan nilai periode berjalan jika terjadi kenaikan atau penurunan harga secara drastis. Metode Last in First Out (LIFO) Didasarkan pada asumsi bahwa biaya terakhir dari suatu unsur barang tertentu harus dibebankan ke harga pokok penjualan. Dengan demikian, maka persediaan akan dilaporkan sebesar biaya terlama yang paling dini. Contoh tidak diberikan, karena materi ini merupakan review dari matakuliah pengantar akuntansi-1 Perlu dicatat bahwa nilai-nilai LIFO yang dihasilkan berdasarkan sistem periodik berbeda dari yang dihasilkan berdasarkan sistem perpetual. Likuidasi sementara atas persediaan sering kali terjadi selama tahun berjalan, khususnya untuk suatu perusahaan musiman yang mengakibatkan laporan bulanan yang disusun berdasarkan LIFO menjadi tidak realistik dan kurang bermanfaat. Karena itu banyak perusahaan yang menggunakan LIFO di mana menyelenggarakan catatan internalnya dengan menggunakan metode persediaan lainnya seperti FIFO atau rata-rata tertimbang dan menyesuaikan laporan LIFO pada akhir tahun dengan suatu perkiraan penyisihan LIFO (LIFO Allowance). Contoh untuk ayat jurnal penyisihan : Harga Pokok Penjualan Kelebihan biaya FIFO atas LIFO xx xx Ayat jurnal penyesuaian untuk mengurangi perkiraan penyisihan (Alllowance) yaitu : Kelebihan biaya FIFO atas LIFO Harga Pokok Penjualan xx xx Penerapan LIFO pada kelompok barang tertentu Untuk persediaan yang berjumlah besar dan beragam, aplikasi metode LIFO pada setiap jenis barang akan terlalu memberatkan. Karena cukup rumit dan memerlukan biaya, perusahaan sering kali hanya memilih beberapa pos persedian yang sangat penting saja, biasanya bahan baku untuk aplikasi metode LIFO. Guna menyederhanakan proses penilaian dan memperluas daya terapnya pada persediaan yang terdiri dari banyak jenis, penggunaan LIFO dilakukan dengan penetapan kelompok persediaan (inventory pools) yang terdiri dari barang-barang yang sangat identik. Pada akhir periode, kuantitas setiap jenis barang dalam kelompok tersebut ditentukan dan biaya barang dihitung. Unit-unit yang sama dengan kuantitas awal dalam kelompok diberi biaya awal per unit. Jika jumlah unit persediaan akhir melampaui jumlah persediaan awal, maka unit-unit tambahannya dianggap sebagai suatu lapisan tambahan (incremental layer0 dalam kelompok. Biaya per unit yang digunakan untuk barang-barang dalam lapisan yang baru dapat didasarkan pada 3 ukuran yaitu: 1. Biaya akrual dari perolehan yang paling dini dalam periode bersangkutan (LIFO) 2. Biaya rata-rata tertimbang dari perolehan dalam periode bersangkutan atau 3. Biaya aktual dari perolehan yang paling akhir dalam periode bersangkutan (FIFO) Kenaikan dalam periode selanjutnya akan membentuk lapisan persediaan berikutnya. Penurunan jumlah unit dalam suatu kelompok persediaan selama suatu periode di anggap sebagai pengurangan lapisan yang ditambahkan belakangan, di mulai dari lapisan terakhir dan bergerak menuju lapisan pertama. Sekali suatu lapisan khusus dikurangi atau dihapuskan maka tidak dapat dikembalikan lagi. Contoh: Diasumsikan bawah ada 3 kelompok persediaan, dan perubahan dalam ke 3 kelompok tersusun seperti dibawah ini. Kalkulasi persediaan yang mendasari daftar tersebut didasarkan pada asumsi bahwa biaya ratarata tertimbang digunakan dalam penilaian lapisan yang bertambah setiap tahunnya. Lapisan baru ditambahkan pada persediaan kelompok A setiap tahun. Lapisan-lapisan yang diterapkan sebelumnya dikurangkan dalam tahun 1998 untuk persediaan kelompok B dan tahun 1997 untuk persediaan kelompok c. Kenaikan dan likuidasi (penurunan) kelompok persediaan: Persediaan Kelompok A Persediaan 31 des, 1996 Pembelian - 1997 3.000 3.000 1.000 7.000 3.000 4.000 1.000 3.000 8.000 3.500 4.500 Total tersedia untuk dijual Penjualan - 1997 Persediaan 31 des 1997 Pembelian - 1998 Total tersedia untuk dijual Penjualan - 1998 Persediaan – 31 des 1998 Persediaan Kelompok B Rp 6 Rp 7 Rp 9 Rp 8 Rp 10 3.000 2.000 5.000 1.000 4.000 2.000 Persediaan Kelompok C Rp 5 Rp 6 2.000 3.000 Rp 10 Rp 11 Rp 6 5.000 3.500 1.500 3.000 Rp 11 6.000 2.500 3.500 4.500 2.000 2.500 Penilaian persediaan dengan memakai kelompok LIFO untuk barang tertentu: Persediaan Kelompok A Persediaan Kelompok B Persediaan kelompok C Persediaan 31 des 1996 3.000 Rp 6 18.000 3.000 Rp 5 15.000 2.000 Rp 10 20.000 Persediaan 31 des 1997 3.000 1.000 4.000 Rp 6 Rp 7.5 18.000 7.500 25.500 3.000 1.000 4.000 Rp 5 Rp 6 15.000 6.000 1.500 Rp 10 15.000 3.000 1.000 500 4.500 Rp 6 Rp 7.5 Rp 9.5 18.000 7.500 4.750 30.250 3.000 500 Rp 5 Rp 6 Persediaan 31 des 1998 3.500 1.500 15.000 3.000 1.500 1.000 18.000 2.500 15.000 Rp 10 Rp 11 15.000 11.000 26.000 penjelasan: Biaya dari unit-unit yang diperoleh tahun 1997, Rp 30.000 dibagi dengan unit yang diperoleh 4.000 atau sama dengan Rp 7.5 Biaya dari unit-unit yang diperoleh tahun 1998, Rp 38.000 di bagi dengan jumlah unit yang diperoleh 4.000 atau sama dengan Rp 9.50 Perbandingan Berbagai Metode Alokasi Biaya Persediaan (Comparison of Cost Allocation Methods) Dengan memakai metode FIFO, persediaan dilaporkan pada neraca kira-kira sebesar harga pokok saat ini. Dengan LIFO persediaan yang tidak banyak berubah kuantitasnya dilaporkan dengan jumlah yang kira-kira tetap seperti dulu yang dikaitkan dengan pembelian yang paling dini. Penggunaan metode rata-rata umumnya menghasilkan nilai persediaan yang sangat paralel dengan nilai FIOF karena pembelian selama suatu periode biasanya beberapa kali lebih banyak dari persediaan awal dan dengan demikian biaya rata-rata amat dipengaruhi oleh biaya periode berjalan. Metode identifikasi khusus dapat menghasilkan berbagai hasil tergantung pada keinginan manajemen. Jika harga yang dibayarkan atas barang tidak banyak berfluktuasi, maka metode-metode persediaan lainnya tidak akan menimbulkan banyak perbedaan pada laporan keuangan. Penggunaan FIFO dalam suatu periode kenaikan harga berarti akan menandingkan persediaan FIFO dalam suatu periode kenaikan harga jual yang meningkat, jadi memperbesar marjin laba kotor. Dalam periode di mana terjadi penurunan harga, persediaan terlama yang berbiaya tinggi ditandingkan dengan harga jual yang menurun, jadi merendahkan marjin laba kotor. Dengan menggunakan metode rata-rata, marjin laba kotor cenderung mengikuti pola yang sama dalam kaitannya dengan perubahan harga. Di lain pihak, penggunaan LIFO dalam suatu periode kenaikan harga akan mengaitkan harga pokok periode berjalan yang tinggi dari perolehan barang dengan harga jual yang meningkat. Jadi LIFO cenderung mengstabilkan marjin laba kotor. Evaluasi Atas Lifo Sebagai Metode Alokasi Biaya Persediaan (Evaluation of LIFO as a Cost Allocation Method) Manfaat Utama LIFO (Major Advantages of LIFO): Manfaat LIFO dapat diikhtisarkan sebagai berikut: Manfaat pajak (Tax Benefits)Æ penangguhan sementara atau permanen atas income taxes dapat dicapai dengan memakai LIFO, yang menghasilkan penghematan dari cash berjalan. Penangguhan ini terus berlanjut sepanjang tingkat harga terus meningkat dan kuantitas Pengukuran laba yang lebih baik (Better Measurement of Income) Æ karena LIFO mengalokasikan cost yang terjadi paling belakangan terhadap cost of sales, metode ini menghasilkan suatu gambaran income yang cenderung hanya melaporkan operating income dan menangguhkan pengakuan holding gain sampai harga atau kuantitas menurun. Kelemahan utama LIFO (Major Disadvantages of LIFO) Memperkecil laba (Reduced Income) Æ penerapan harga terbaru terhadap revenue periode berjalan akan menghasilkan penurunan net income dalam suatu periode inflasi. Saldo persediaan yang tidak realistis pada neraca (Unrealistic Inventory Balances on the Balance Sheet) Æ alokasi older inventory cost pada balance sheet dapat mengakibatkan nilainilai inventory ditetapkan terlalu rendah. Dengan berlalunya waktu, mka berbagai lapisan LIFO akan terbentuk dan jika harga meningkat tajam, nilai inventory yang dilaporkan akan jauh lebih rendah daripada nilai replacement periode berjalan. Laba yang tidak diantisipasikan karena kuantitas persediaan tidak dipertahankan (Unanticipated Profits Created by Failing to Maintain Inventory Quantities) Æ manfaat income akan menjadi kenyataan hanya jika tingkat kuantitas inventory dipertahankan. Jika kuantitas ending inventory ternyata menurun, lapisan biaya LIFO yang terhapus akan dibebankan ke akhir ternyata menurun, lapisan biaya LIFO yang terhapus akan dibebankan ke pendapatan periode berjalan. Jika biaya persdiaan pada lapisan ini jauh lebih rendah daripada nilai ganti saat ini, laba dilaporkan secara semu akan meningkat karena tingkat persediaan tidak dipertahankan. Asumsi arus tidak realistis (Unrealistic Flow Assumptions) Æ pembebanan biaya yang dihasilkan dari pengguna LIFO biasanya tidak dapat dijadikan alat untuk memperkirakan gerakan fisik barang dalam perusahaan. Pemilihan Metode Persediaan (Selection of an Inventory Method) Pedoman pemilihan suatu metode yang tepat akan terlalu luas, dan perusahaan dapat membenarkan hampir setiap metode yang diterima. Keputusan mengenai metode mana yang akan digunakan tergantung tidak saja kepada konsekuensi pajak, tetapi juga pada sifat persediaan itu sendiri. Jika inventory merupakan pos yang cukup penting, maka perubahan inventory method yang dilakukan oleh perusahaan akan dapat merusak daya banding (komparabilitas) financial statement perusahaan tersebut dengan laporan tahun-tahun sebelumnya dan dengan financial statements badan usaha lainnya. Pendapatan yang ditekankan oleh APB dalam opinion no 20, dinyatakan “ Dasar pembenaran untuk perubahan lainnya terletak pada entitas atau badan yang menyarankan perubahan tersebut”. Jika suatu perubahan dilakukan, FASB menekankan agar nampak perubahan itu diungkapkan selengkapnya.
© Copyright 2024 Paperzz