download

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi
Tahun
: 2008
Pertemuan 21
STRATIFIKASI SOSIAL
MATERI:
Pengertian Stratifikasi Sosial
Kelas-Kelas Dalam Lapisan Masyarakat
Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat
Prinsip-Prinsip Umum Lapisan Masyarakat
Power, Prevelege, Prestige dan Stratifikasi Sosial
Dukungan Ideologi Stratifikasi Sosial
Learning Outcome
Mahasiswa dapat menunjukan contoh lapisan sosial (stratifikasi
sosial) dalam masyarakat
Bina Nusantara
I.
Bina Nusantara
Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi merupakan suatu fenomena sosial yang telah menjadi ciri
dari setiap masyarakat di manapun dan dari dulu sampai sekarang.
Plato (Russell, 2004:147) seorang filsuf klasik Yunani misalnya
membagi warga negara menjadi tiga kelas yakni rakyat biasa, kaum
serdadu dan golongan para pemimpin. Gololangan para pemimpin
memiliki kekuasaan politik. Jumlahnya lebih sediri dari dua golongan
di bawahnya. Golongan para pemimpin ini pada mulanya dipilih oleh
legislator, tetapi kemudian diganti berdasarkan keturunan. Seorang
filsuf yang lain – masih dari Yunani - Aristoteles (Russell, 2004; 236)
menagatakan bahwa setiap orang harus dicintai sesuai dengan
kelebihannya, yang lebih rendah harus mencintai yang lebih tinggi dari
pada yang tinggi mencintai yang lebih rendah; para isteri, anak-anak,
rakyat, harus memberikan cinta kepada suami, orang tua, monarkhi
secara lebih dari pada suami, orang tua, monarkhi berikan kepada
mereka.
Deskripsi singkat di atas hanya mau menunjukan bahwa tidak
semua hal dalam masyaakat diakui memiliki nilai yang sama.
Terlepas dari persoalan apakah nilai itu merupakan suatu konstruksi
sosial untuk mempertahankan status quo dari kelas tertentu dalam
suatu masyarakat, sistem stratifikasi nampaknya tidak bisa dihindari
dari kehidupan sosial.
Pitirim A. Sorokin ( Soekanto, 2006; 197) mengatakan bahwa sistem
lapisan sosial merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap
masyarakat yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu
yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak dianggap
masyarakat memiliki kedudukan dalam lapisan atas. Mereka hanya
memiliki sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang berharga
dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.
Setelah kita melihat bahwa sistem stratifikasi merupakan sesuatu
yang sangat umum dan selalu ada dalam setiap masyarakat, kita
coba melihat defenisi dari stratifikasi sosial.
Bina Nusantara
Menurut Pitirim A. Sorokin (Soekanto, 2006:198) stratifikasi berasal dari
kata stratum yang berari lapisan. Lebih lanjut Sorokin menjelaskan bahwa
stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat. Dasar dari pembedaan ini adalah tidak
adanya keseimbangan dalam distribusi hak dan kewajiban.
2. Sifat Stratifikasi Sosial
Sifat dalam stratifikasi sosial dapat bersifat tertutup dan terbuka (Soekanto,
2006:202). Lapisan tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang
dari satu lapisan ke lapisan yang lain baik yang perpindahan horisontal
maupun vertikal. Sebaliknya dalam lapisan yang terbuka setiap masyarakat
mempunyai kesempatan untuk berusaha sesuai dengan kecakapannya
sendiri untuk naik ke lapisan atas.
Lapisan tertutup lebih didasarkan pada faktor-faktor yang bersifat ascribed,
suatu lapisan yang terjadi bukan karena usaha atau kegagalan seseorang
melainkan karena berdasarkan kelahiran. Menjadi putra mahkota di Jepang,
pangeran di Inggris atau di kerajaan Yogyakarta bukan karena pendidikan,
melainkan karena kelahiran berdasarkan tradisi masyarakat itu sendiri. Ini
berarti bahwa tidak setiap warga negara Inggris dapat menjadi pangeran
Inggris, dan tidak setiap warga Jepang akan dapat menjadi putra mahkota
Jepang. Lapisan sosial yang tertutup ini banyak dijumpai dalam sistem
kasta.
Bina Nusantara
Lapisan terbuka lebih didasarkan oleh faktor-faktor prestasi atau
usaha seseorang. Lapisan terbuka dianuti oleh hampir semua
masyarakat modern dewasa ini.
3. Kelas-Kelas Dalam Masyarakat
Kelas sosial (Soekanto, 2006:207) adalah semua orang dan
keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan,
dan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh masyarakat
umum. Kelas sosial ini bisa didasari oleh ukuran kekayaan, ukuran
kekuasaan,
kehormatan dan penguasaan terhadap ilmu
pengetahuan.
Ada pula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang
berdasarkan atas unsur ekonomis. Sementara itu, lapisan yang
berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan
(status group).
Bina Nusantara
Menurut Joseph Schumpeter, kelas-kelas dalam masyarakat
terbentuk karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat
dengan keperluan-keperluan yang nyata.
Berdasarkan hal tersebut di atas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas
hidup yang tertentu bagi anggotanya. Misalnya, keselematan atas
hidup dan harta benda, kebebasan, standar hidup yang tinggi
sesuai dengan kedudukan yang dalam arti tertentu tidak dipunyai
oleh warga kelas yang lainnya.
Selain itu, kelas juga memengaruhi gaya dan tingkah laku hidup
masing-masing warganya karena kelas-kelas yang ada dalam
masyarakat mempunyai perbedaan dalam kesempatan-kesempatan
menjalani jenis pendidikan atau rekreasi tertentu.
Bina Nusantara
4. Kriteria Menggolongkan Anggota Masyarakat Dalam Suatu Lapisan
4.1. Ukuran Kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk
dalam lapisan atas. Kekayaan tersebut dapat dilihat pada bentuk
rumah, mobil pribadi, cara menggunakan pakaian dan kebiasaankebiasaan lainnya.
4.2. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang
terbesar menempati lapisan atas.
4.3. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran
kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan
dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran ini banyak dijumpai
dalam masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah
golongan tua atau yang pernah berjasa.
Bina Nusantara
5. Prinsip-Prinsip Umum Stratifikasi Sosial
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
Stratifikasi sosial merupakan karakteri dari setiap komunitas
masyarakat.
Stratifikasi sosial bersifat universal dan berubah-ubah
Stratifikasi sosial akan selalu ada pada setia generasi
Stratifikasi sosial didukung oleh pola-pola kepercayaan.
6. Distribusi Kekuasaan, Hak-Hak Istimewa dan Prestise yang Tidam
Merata
Kekuasaan didefenisikan sebagai kemungkinan individu atau
kelompok untuk memaksakan keinginan meraka kepada yang lainnya,
bahkan bila mendapat penolakan dan pertentangan dari orang lain.
Pada saat anda memaksakan keinginan anda terhadap orang lain
yang tidak ingin dikontrol oleh anda, anda berarti memiliki kekuasaan.
Penggunaan paksaan merupakan manifenstasi yang paling nyata dari
kepemilikan kekuasaan.
Bina Nusantara
Privilege
Privilege mengacu pada hak, keuntungan dan kekebalan yang
diasosiasikan dengan suatu posisi hirarki. Distribusi privilege
membagi masyarakat ke dalam kelompok yang memiliki dan yang
tidak memiliki. Kelompok strata atas memiliki kekebalan, pendapatan,
dan hak-hak prerogatif, kebebasan, dan pilihan-pilihan yang kurang
sesuai dengan strata bawah. Privilege memiliki dua aspek utama
yakni ekonomi dan kultural. 1) beberapa privilege secara langsung
dihubungkan dengan posisi ekonomi individual. Orang-orang dengan
kesejahteraan yang lebih besar dapat memperoleh banyak
keuntungan seperti pelayanan kesehatan yang baik dan dapat
menghindari setiap kesulitan hidup. 2) norma-norma budaya dapat
meberikan keuntungan atau ketidakberuntungan kepada orang-orang
tertentu.
Prestige
Prestige mengacu pada distribusi kehormatan dan status sosial.
Dalam masyarakat pada umumnya ada kelompok yang memiliki
prestige yang tinggi, namun ada pula kelompok masyarakat dengan
prestige yang rendah.
Bina Nusantara