PERSPEKTIF TEORI PERUBAHAN SOSIAL: TEORI SIKLUS Robert H. Lauer, Bab I; Ritzer. Bab I; Ibn Khaldun, Muqaddimah Perspektif Teori Perubahan Sosial: Teori Siklus Asumsi Teori Siklus Tokoh-Tokoh Teoritisi Sikulus: Ibn Khaldun Arnold Toynbee Pitirim Sorokin Asumsi Teori Siklus Toeritisi Siklus membangun asumsi bahwa perubahan di dunia ini berjalan melingkar: “Lahir, tumbuh, dewasa, stagnan, menurun, dan mati” (Ibn Khaldun) Bahwa di dunia ini tidak ada yang baru, yang ada hanyalah pengulangan-pengulangan (Ibn Khaldun) Sambungan . . . Orang China seperti yang digambarkan Yen Fu, bahwa orang China mengabaikan masa sekarang karena kecintaan mereka pada zaman kuno; Orang Barat berjuang pada masa sekarang untuk menguasai masa lalu; Orang China yakin, bahwa “periode teratur dan kacau, periode yang makmur dan suram, adalah perjalanan yang wajar dan normal” Orang Barat yakin bahwa kemajuan dari hari ke hari tidak akan pernah berakhir Ibn Khaldun Ibn Khaldun, lahir di Tunisia, Afrika Utara, pada 27 Mei 1332 (Ritzer, 1999: 8), dengan nama Abdel Rahman Ibn Khaldun. Ibn Khaldun menjelaskan pandangannya tentang Teori Siklus dalam karyanya : Muqaddimah Ibn Khaldun meneliti pengaruh lingkungan fisik terhadap manusia, bentuk-bentuk organisasi sosial primitif dan modern, hubungan antar kelompok, dan berbagai fenomena kultural (kesenian, kerajinan, ilmu pengetahuan dan Perspektif Teori Siklus Ibn Khaldun Stagnan Dewasa Menurun/Tua Tumbuh Mati lahir Penjelasan gambar Prinsip perubahan sosial menurut Ibn Khaldun, memiliki enam tingkatan, mengikuti siklus kehidupan manusia: (1) Lahir; (2) Tumbuh; (3) Dewasa; (4) Stagnan; (5) Menurun dan (6) Mati. Asumsi siklus ini juga berlaku dalam kehidupan peradaban manusia Prinsip-prinsip sosiologi Ibn Khaldun: 1. 2. 3. Fenomena sosial mengikuti pola-pola yang sah menurut hukum. Pola ini mencerminkan pandangan yang bertolak dari ide bahwa kehidupan sosial mengikuti kemauan abadi Tuhan. Hukum-hukum perubahan itu berlaku pada tingkat kehidupan masyarakat, bukan pada tingkat individual. Hukum-hukum proses sosial dapat diketahui melalui pengamatan hubungan Prinsip Ibn Khaldun . . . 4. Hukum-hukum yang serupa, berlaku dalam masyarakat yang sama strukturnya. 5. Masyarakat ditandai dengan perubahan, walaupun dalam tingkat perubahan yang berbeda. 6. Hukum-hukum yang berlaku terhadap perubahan itu bersifat sosiologis, bukan bersifat biologis atau alamiah. Ibn Khaldun juga berpandangan bahwa Beberapa Premis Ibn Khaldun Salah satu premis yang dibangun Ibn Khaldun adalah “manusia adalah mahluk sosial” Olehnya itu, “organisasi sosial manusia adalah faktor penting” Olehnya itu, manusia harus “mempunyai organisasi sosial” yang disebutnya sebagai “kota” “Solidaritas” adalah kata kunci untuk Siklus Peradaban Ibn Khaldun 1. 2. 3. 4. 5. Nomaden berhasil mendirikan kerajaan baru Konsolidasi kekuatan Tingkat kesenangan dan kesentosaan Tingkat kedamaian yang terus berlanjut, ditandai dengan pemeliharaan kebudayaan Tingkat kehancuran. Raja menghamburhamburkan uang negara untuk Arnold Toynbee (1889-1975) Toynbee sependapat dengan Ibn Khaldun dalam melihat proses sosial, yakni: “proses kelahiran, pertumbuhan, dan kemandekan dalam kehidupan sosial” (dalam Lauer, 2002: 49). Tesis yang dikemukakan Toynbee adalah “mengapa peradaban dapat lahir dari masyarakat primitif?” Pada dasarnya, peradaban muncul sebagai tanggapan atas tantangan. Toynbee . . . 1. 2. 3. 4. Tantangan yang dapat diatasi, akan melahirkan peradaban; Toynbee membagi lima perangsang berbeda bagi munculnya peradaban, yakni: Kawasan ganas Kawasan baru Kawasan yang diperebutkan Kawasan yang ditindas Pertumbuhan Peradaban Menurut Toynbee Peradaban disebut Toynbee sebagai proses penghalusan Proses penghalusan adalah “pergeseran penekanan dari perilaku yang lebih rendah ke taraf yang lebih tinggi” (dalam Lauer, 2003: 52). Perkembangan masyarakat/peradaban, dikaitkan dengan adanya “minoritas kreatif” atau “elit kreatif” sebagai Asumsi pertumbuhan peradaban Toynbee Pertama, tidak ada peradaban yang terus menerus tumbuh tanpa batas. Peradaban akan hancur jika elit kreatif tidak berfungsi secara baik. Kedua, pertentangan kelas. Sistem buruh dan Serikat Buruh, bagi Toynbee dapat mematikan kreatifitas masyarakat. Ketiga, pertambahan penduduk dan ketimpangan kelas. Toynbee meramalkan, ketimpangan ekonomi di Pitirim Sorokin (1889-1968) Sorokin memperkenalkan sekaligus menggunakan metode yang disebut “logika penuh arti” atau logico meaningful (dalam Lauer, 2003: 58). Metode ini melahirkan 3 sistem sosial atau supersistem Sejarah sosio-kultural menurut Sorokin, merupakan lingkaran yang bervariasi antara ketiga supersistem tersebut. Sorokin . . . Perbedaan utama antara Sorokin dengan Ibn Khaldun maupun Toynbee, adalah Sorokin menunjukkan manfaat pendekatan historis dalam strudi perubahan sosial. Sorokin juga membahas perubahan sebagai sesuatu yang normal dibanding sebagai penyimpangan Ia dipandang kurang pesimis dibanding dengan Khaldun maupun Toynbee. Baginya, kehancuran sistem sosiokultural tidak kembali ke kebiadaban, tetapi merupakan awal Konstruk Teori Sorokin Logika Penuh Arti yang menjadi landasan teori Sorokin, mencakup tiga supersistem, yakni: Pertama, Sistem Ideasional. Yakni prinsip berpikir bahwa Tuhan sebagai realitas tertinggi Kedua, Sistem Inderawi. Dengan prinsip dasar bahwa dunia nyata yang tercerap pancaindera adalah realitas tertinggi. Ketiga, Sistem Campuran. Adalah gabungan dari kedua mentalitas budaya di atas. Artinya, jika realitas dan nilai, sebagian dapat tercerap indera, sebagian transenden, tidak tercerap
© Copyright 2024 Paperzz