BAB IV TRANPORTASI VERTIKAL “…’Near’ is a place to which I can get quickly on my feet, not a place to which the train or the air-ship will take me quickly. ‘Far’ is a place to which I cannot get quickly on my feet … Man is the measure. That was my first lesson. Man’s feet are the measure for distance, his hands are measure for ownership, his body is the measure for all that lovable and desirable and strong…” E.M. Forster Pada abad 19, tambang dan katrol digunakan untuk mengangkut orang dan barang pada bangunan bertingkat. Peralatan ini digerakkan oleh tenaga air atau uap yang selanjutnya berkembang dengan ditemukannya motor listrik. Pada tahun 1852 Otis mendemonstrasikan lif untuk pertama kali dengan memperhatikan aspek-aspek keselamatan manusia dan gedung pencakar langit yang pertama menggunakan lif dengan mesin traksi yang diletakkan di puncak bangunan adalah gedung Woolworth yang dibangun di New York tahun 1914. Dewasa ini, ada dua jenis lif yang umum digunakan, yaitu jenis dengan motor penggerak (‘traction lift’) dan jenis dengan dongkrak hidrolik (‘hydraulic lift’). Untuk lif dengan motor penggerak, perletakan mesin dapat berada di atas ruang luncur (di ‘penthouse’) atau di basemen (di samping ruang luncur). Kedua jenis ini dapat terlihat pada Gambar 4.1. dan Gambar 4.2. Piston Tertanam Piston Di atas Tanah Gambar 4.1. Lif Hidrolik Kecepatan lif hidrolik antara 0,30 sampai 0,90 meter/detik dan mempunyai kapasitas angkut maksimum 10 ton (dengan tuas tunggal) dan dapat mengangkut sampai dengan beban 50 ton (dengan tuas ganda). Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 59 Lif hidrolik ini mempunyai karakteristik: a. b. c. d. e. f. g. h. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif Sangat baik untuk mengangkut beban berat Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat Tidak membutuhkan beban pengimbang (‘counter weight’) Menimbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan dengan lif yang digerakkan oleh motor traksi. Motor Di Atas Motor Di Bawah Gambar 4.2. Lif dengan Motor Traksi Kecepatan lif dengan penggerak motor di atas antara 2,5 sampai 9 meter/detik. Lantai kereta lift mempunyai perbedaan sekitar 6 mm dengan permukaan lantai bangunan. Pergerakan lif sangat halus dan sangat efisien dalam penggunaan energi listrik, namun harganya termasuk yang termahal dibandingkan sistem lif lainnya. Pada lif dengan motor di bawah hanya dapat digunakan untuk melayani paling banyak delapan lantai dan biayanya sekitar 50% lebih mahal dibandingkan dengan yang bermesin di atas. Di samping itu, kecepatannya juga terbatas (sekitar 1 meter/detik). IV.1. Tata Letak Lif Ruang luncur lif ditentukan dari jumlah dan konfigurasi tata letak lif dengan jumlah maksimal empat buah dalam satu deretan. Diagram pada Gambar 4.3. menunjukkan tata letak sekelompok lif yang baik dan alternatif lain yang masih dapat dilakukan. Perlu diingat bahwa semua hambatan yang dapat mengganggu arus lalu lintas perlu dihilangkan. Tata Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 60 letak lain yang juga sering dijumpai adalah bentuk ‘Cul-de-Sac’ dan melingkar (Gambar 4.4). BAIK ALTERNATIF LAIN LOBI LOBI LOBI LOBI LOBI LOBI LOBI LOBI Gambar 4.3 Tata Letak Konfigurasi Lif LOBI LOBI Gambar 4.4. Tata Letak Lif ‘Cul de-Sac’ dan Melingkar Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 61 Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani, ‘konsep zona’, di mana tiap zona dilayani oleh sejumlah lif tertentu. Jika pembagian zona ini masih mengakibatkan jumlah lif tetap banyak, dapat digunakan sejumlah lif dengan ‘pintu masuk’ (‘entrance’) terpisah dan ditempatkan pada lantai transfer yang disebut ‘sky lobby’. ‘Sky lobby’ ini digunakan untuk tempat transfer dari zona yang lebih rendah ke zona di atasnya. Di samping itu, areal ‘sky lobby’ ini dapat digunakan untuk tempat penampungan sementara pada kondisi darurat (kompartemen kebakaran) dan kebutuhan aktivitas lainnya, seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin pengkondisian udara dan pompa air), bak penampungan air (‘reservoir’), restoran, lobi hotel, ruang pengelola, ruang rapat/konprensi, kolam renang, dan lain-lain. Mengingat ‘sky lobby’ memuat peralatan mekanikal dan elektrikal, maka secara struktural lantainya sangat kaku dan kokoh, sehingga menambah ketahanan bangunan terhadap gaya-gaya lateral yang diakibatkan oleh angin atau gempa bumi. Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat sebanding dengan jumlah lantai yang dilayani. Dengan demikian, jika mencapai suatu ketinggian tertentu, maka areal luas yang digunakan untuk menempatkan lif menjadi meningkat dan melebihi ketentuan ekonomis (di atas 20% luas lantai). Jadi, pada umumnya sebuah lif hanya melayani sekitar 12 – 15 lantai, agar tidak melampaui batas tunggu dan jumlah waktu perjalanan yang disyaratkan. Jika hal tersebut dijumpai dalam suatu bangunan tinggi, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan: a. Sejumlah lantai dibagi atas beberapa zona: group I melayani sejumlah lantai zona bawah, group II melayani sejumlah lantai zona tengah, dan group III melayani sejumlah lantai zona atas. Dengan pembagian zona tersebut beban lif menjadi berkurang. Namun pembagian zona tidak memberi dampak pada pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada di lantai yang sama, yang letaknya di atas group III (di ‘penthouse’). b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai-lantai bagian atas, gedung dibagi atas beberapa lobi (‘lobby’) yang ditempatkan pada lantai-lantai tertentu. Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan berkecepatan tinggi melayani penumpang dari lobi utama di lantai dasar ke ‘sky lobby’, atau dari ‘sky lobby’ yang satu ke ‘sky lobby’ berikutnya. Dari ‘sky lobby’ orang dapat pindah dengan menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang melayani zona di atasnya (Gambar 4.5.). Konsep ini memungkinkan dikuranginya ruang yang digunakan untuk lubang lift, sebab alur perjalanan lif tidak perlu setinggi bangunan. Penggunaan ‘sky lobby’ ini memungkinkan bangunan berfungsi ganda: Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 62 apartemen atau hotel di bagian atas, perkantoran di bagian tengah, dan fasilitas perbelanjaan serta parkir di bagian bawah. Ruang Mekanikal ZONA 2 ATAS Pit Lift Ruang Mekanikal 1-2 h Ruang Mekanikal / Transfer h Eskalator ZONA 1 ATAS Ruang Mekanikal ‘SKY LOBBY’ ‘SKY LOBBY’ Ruang Mekanikal / Transfer Ruang Mekanikal ZONA 2 BAWAH Ruang Mekanikal ZONA 2 Transfer Level Ruang Mekanikal ZONA 1 ZONA 1 BAWAH LOBI LIFT EKSPRES LOBI ‘Pit’ Lif ‘Pit’ Lif Pit Lift TANPA 'SKY LOBBY' Gambar 4.5. Zona Lift dan ‘Sky Lobby’ c. Jika penggunaan ‘sky lobby’ belum juga dapat memenuhi ketentuan luas inti yang disyaratkan, maka dapat digunakan ‘double decker’ lif (Gambar 4.6). Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 63 Lantai Ganjil Lantai Genap Lobi Lantai Satu Lif Lantai Ganjil Eskalator Lif Lantai Genap Lobi Lantai Dasar LIF 'DOUBLE-DECKER' DUA LOBI UTAMA Lantai Ganjil Lantai Genap Lif Lantai Ganjil Eskalator Lif Lantai Genap LIF 'DOUBLE-DECKER' Lobi Utama SATU LOBI UTAMA Gambar 4.6. Lif ‘Double Decker’ Pengaturan tata lif pada lobi yang dikaitkan dengan pembagian zona layanan lif dapat dilihat pada Gambar 4.7. Tiap zona lif biasanya melayani 10 – 15 lantai, dan 4 zona merupakan batas maksimum. Jika memerlukan zona lif lebih dari empat, maka harus menggunakan ‘sky lobby’ (minimum dua lantai). Dan di atas ‘sky lobby’ masih dimungkinkan untuk ditambah 2 – 3 lantai tambahan untuk ruang mekanikal/elektrikal. Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 64 Gambar 4.7. Tata Letak Lif pada Lobby dan Zona Layanan Lif IV.2. Perancangan Lif Rancangan, instalasi dan pemeliharaan dari berbagai jenis peralatan lif sangat tergantung dari peraturan dan ketentuan daerah setempat. Di Indonesia rekomendasi penggunaan lif diberikan oleh Departemen Ketenagakerjaan, karena menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja orang yang ada pada bangunan tersebut. Ketentuan rancangan juga menyangkut pada dimensi ruang mesin, akses yang diperlukan, pencahayaan dan ventilasi. Persyaratan dan peraturan mungkin berbeda antar daerah yang satu dengan yang lainnya, tetapi pada dasarnya menganjurkan untuk disediakannya suatu sistem peralatan baik yang manual maupun yang otomatis, sehingga dapat secara aman dioperasikan untuk kepentingan umum. Kapasitas atau daya angkut suatu sistem lift harus cocok dengan kebutuhan transportasi vertikal pada bangunan tertentu yang secara konsisten mengacu pada kriteria rancangan kualitas bangunan. Rancangan yang tepat dapat dilakukan berdasarkan jumlah mesin, ukuran dan kecepatannya. Namun demikian perhitungan perjalanan penumpang dilakukan berdasarkan anggapan yang diperoleh dari pengalaman atau pengamatan terdahulu. Perhitungan harus dilakukan secara realistik terhadap kebutuhan sekarang dan perkiraan di masa yang akan datang, mengingat sangat sulit untuk melakukan modifikasi setelah sistem lif terpasang. Penyempurnaan hanya mungkin dilakukan dengan meningkatkan sistem pengendalian, atau mungkin menambah kecepatan mesin lif. Secara ideal lif dirancang pada waktu beban puncak (‘peak atau rush hour’). Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 65 IV.2.1. Waktu Perjalanan Bolak Balik (T) Waktu perjalanan bolak balik lif (‘Round Trip Time’ – RTT) adalah waktu yang dibutuhkan seseorang untuk secara penuh, mulai dari masuk di lobi sampai ke lantai yang dituju. Untuk itu, perlu diperhitungkan dan dijumlahkan waktu yang diperlukan selama perjalanan tersebut: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Lif berhenti di lobi Pintu lif terbuka Orang/Penumpang masuk ke dalam lif Pintu lif tertutup Lif bergerak sampai kecepatan maksimum Lif melaju dalam kecepatan maksimum yang tetap Laju kecepatan lif menurun untuk berhenti Pintu lif terbuka Orang/Penumpang ke luar Pintu lif tertutup Pada bangunan yang tidak begitu tinggi, sulit terjadi lif melaju dalam kecepatan maksimum yang tetap, karena sebelum mencapai kecepatan maksimum, laju kecepatan lif sudah menurun untuk berhenti di lantai tertentu. Buka tutup pintu lif merupakan bagian terbesar dari waktu yang diperlukan dalam RTT, karenanya akan lebih baik untuk menggunakan pintu dengan kecepatan buka-tutup yang tinggi atau menggunakan dua daun pintu. Dari hal tersebut di atas, maka RTT untuk satu zona pelayanan, secara pendekatan terdiri dari: a. Pintu buka di lobi lantai dasar, membutuhkan 2 detik b. Orang/Penumpang masuk dengan kecepatan 1,5 detik/orang. Jadi jika kapasitas lif adalah ‘m’, maka dibutuhkan 1,5 m detik. c. Pintu lif tertutup, membutuhkan waktu 2 detik. d. Pintu lif buka di setiap lantai, membutuhkan 2(n –1) detik e. Orang/Penumpang ke luar di setiap lantai 1,5 m detik f. Pintu lif tutup di setiap lantai, membutuhkan 2(n –1) detik g. Perjalanan bolak balik 2h(n – 1 )/s detik Maka jumlah waktu yang dibutuhkan: T di mana (2h 4s )( n 1) s (3m 4) detik s :h s n m Persamaan 4.1. adalah jarak lantai ke lantai (m) adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) adalah jumlah lantai yang dilayani lif adalah daya angkut / kapasitas lif (orang) Kecepatan lif untuk berbagai ketinggian bangunan dapat dilihat pada Tabel 4.1., sedang untuk kapasitas lif dapat dilihat pada Tabel 4.2. Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 66 Tabel 4.1. Kecepatan Lif yang Direkomendasi (m/det) -----------------------------------------------------------------------------------------------------Jumlah Lantai Kecil Menengah Besar Lif Barang ------------------------------------------------------------------------------------------------------Kantor 2– 5 5 – 10 10 – 15 15 – 25 25 – 35 35 – 45 45 – 60 Di atas 60 1,5 – 2 2 2 – 2,5 2,5 – 3,5 4–5 5–6 6–7 -- 1,25 2 2 2,5 ----- 2 2,5 2,5 – 3,5 3,5 5 6 7–8 9 1 1,5 2 2,5 2,5 3,5 4 4 ------------------------------------------------------------------------------------------------------Gedung Parkir 2– 5 5 – 10 10 – 15 1,25 1–2 1,5 – 2,5 ------------------------------------------------------------------------------------------------------Hotel 2– 6 6 – 12 12 – 20 20 – 25 25 – 30 30 – 40 40 – 50 0,5 – 1,5 1 – 2,5 2 – 2,5 2,5 – 3,5 3,5 – 4 3,5 – 5 5–6 1 1,5 2 2,5 2,5 3,5 4 -----------------------------------------------------------------------------------------------------Apartemen, Asrama/Rumah Sakit 2– 6 0,5 6 – 12 1 12 – 20 1,5 – 2,5 20 – 25 2 – 2,5 25 – 30 2,5 1 1 1 1,5 1,5 -----------------------------------------------------------------------------------------------------Tabel 4.2. Rekomendasi Kapasitas Lif (kg) ------------------------------------------------------------------------------------------------------Jenis Bangunan Kecil Menengah Besar Lif Barang ------------------------------------------------------------------------------------------------------Kantor 1250/1500 Parkir 1250 Komersial 1600 Hotel 1500 Apartemen 1000/1250 Rumah sakit 1000 1500/1600 1500 1600 1600 1250 1500 1600/2000 1600 2000 1600 1500 2000 2000/3200 --2000/4000 2000 --2000 ------------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan: Kapasitas Lif (kg) 1000 1250 1500 1600 2000 Kapasitas Penumpang (orang) 12 17 20 23 28 Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 67 Meskipun tersedia kecepatan lif 9m/detik, tetapi pada umumnya penggunaan lif dibatasi pada kecepatan 7 m/detik, agar tidak mendekati kecepatan gravitasi bumi (9,8 m/detik). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rasa tidak nyaman (mual) bagi penumpang lif. IV.2.2. Beban Puncak Lif Beban puncak lif dilakukan berdasarkan perhitungan empiris terhadap jumlah penghuni gedung yang harus dapat diangkut oleh lif yang tersedia dalam lima menit pada waktu tersibuk di bangunan tersebut. Sebagai batasan, biasanya ditentukan dalam prosentase (%) jumlah penghuni gedung, sebagaimana tertera dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3. Prosentase Beban Puncak Lif di Indonesia ---------------------------------------------------------------------------------------Jenis Bangunan % x Penghuni Prakiraan Bangunan (P) Penghuni Bangunan (PB) ----------------------------------------------------------------------------------------Kantor 4 4 m2 lantai netto/orang Apartemen 3 3 m2 lantai netto/orang Hotel 5 5 m2 lantai netto/orang -----------------------------------------------------------------------------------------Catatan: Nisbah antara Luas Netto dan Luas Bruto dapat dilihat pada Tabel 2.1 Dua kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas kinerja lif: a. Waktu Tunggu (WT) Waktu Tunggu (‘Waiting Interval’) adalah waktu maksimum, yang diukur dalam detik, antara pemanggilan lif (menekan tombol lif) di lobi utama lantai dasar pada beban puncak dan datangnya lif (terbukanya pintu lif). WT T N Persamaan 4.2. di mana : N adalah jumlah lif Ketentuan perkiraan batas waktu tunggu tertera pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Waktu Tunggu yang Ideal ----------------------------------------------------------------------Jenis Bangunan WT (detik) ----------------------------------------------------------------------Kantor /Rumah Sakit 25 – 45 Apartemen 50 – 70 Hotel 40 – 70 Asrama 60 – 80 Kampus 40 – 60 -----------------------------------------------------------------------Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 68 b. Kapasitas Daya Angkut (‘Handling Capacity’ – HC) Kapasitas lif tergantung dari kapasitas muat lif dan frekuensi masuk/keluarnya penumpang, yang diukur untuk jangka waktu lima menit waktu tersibuk bangunan itu. Daya angkut satu lif dalam lima menit ditentukan berdasarkan: HC 5.6.m 5.60.m.N 300.m.N WT T T Persamaan 4.3 di mana : m adalah daya angkut/kapasitas lif (75 kg/orang) WT adalah waktu tunggu (detik) N adalah jumlah lif T adalah waktu perjalanan bolak balik lif (detik) IV.2.3. Jumlah Lif a. Jumlah Lif untuk Satu Zona Pelayanan (‘Single Zone Service’) Jika beban puncak lif dalam suatu bangunan dihitung berdasarkan perkiraan P% dari jumlah penghuni gedung (lihat Tabel 4.3)., maka beban puncak lif (BPL): BPL PLbruto Lint i .n PB di mana :P Lbruto Linti Lnetto n PB Persamaan 4.4. adalah % beban puncak lif (Lihat Tabel 4.3.) adalah luas bruto per lantai (m2) adalah luas inti bangunan (m2) adalah luas netto adalah jumlah lantai bangunan adalah perkiraan penghuni bangunan (Tabel 4.3.) Jumlah lif yang dibutuhkan: N BPL HC Persamaan 4.5. dengan mensubstitusikan Persamaan 4.3. dan Persamaan 4.4. ke dalam Persamaan 4.5., maka diperoleh: N Lnetto .n.P.T 300.PB.m Persamaan 4.6. Sebagai perkiraan, jumlah lif untuk kantor adalah satu lif untuk tiap 5.000 m2 luas lantai bruto, dan tambahan satu lif barang untuk 5 – 6 lift penumpang. Jumlah dan kapasitas lift untuk bangunan perkantoran dapat juga diperoleh dengan bantuan Tabel 4.5. Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 69 Tabel 4.5. perkiraan Jumlah dan Kapaisitas Lif (Bangunan Perkantoran) ------------------------------------------------------------------------------------------------------Lantai yang Luas Lantai bruto (x 100 m2) Dilayani 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 ------------------------------------------------------------------------------------------------------18 4c 5c 5d 6d 17 4b 4d 5c 5e 6d 16 4b 4c 5c 5d 6d 6e 15 3c 4b 4d 5c 5d 6d 6e 14 3b 4b 4c 4d 5c 5d 6d 6e 13 3b 4b 4c 4d 4d 5d 5e 6d 6e 12 3b 3c 4b 4c 4d 4e 5d 5e 6d 6e 11 3b 3b 3c 4b 4c 4d 4e 5b 5d 5e 6d 6d 10 2e 3b 3c 4b 4c 4c 4d 5c 5d 6e 6c 6d 9 2c 2d 3b 3c 3d 4b 4b 4c 4d 4e 5c 5d 8 2a 2c 2d 3a 3b 3b 3c 3d 4b 4b 4c 4d 7 2a 2a 2b 2c 2e 3a 3b 3b 3c 3d 4b 6 2a 2a 2a 2a 2b 2c 2d 2e 3a 3b 5 1c 1c 2a 2a 2a 2a 2a 2a 2a 2b 4 1b 1b 1b 1c 1c 1c 1c 2a 2a ------------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan: a = kapasitas lif 10 orang b = kapasitas lif 12 orang c = kapasitas lif 16 orang d = kapasitas lif 20 orang e = kapasitas lif 24 orang Untuk bangunan yang tingginya kurang dari empat lantai harus dilengkapi dengan minimal dua buah tangga, ‘ramp’, eskalator, atau lif untuk penyandang cacat/tuna daksa. Untuk luas lantai bruto > 25000 m 2, perlu ada satu lif barang. ------------------------------------------------------------------------------------------------------Untuk hotel Tabel 4.5 dapat digunakan dengan pertimbangan klasifikasi hotel, dan hal-hal sebagai berikut: 1) untuk setiap 100 kamar perlu disediakan satu lif barang. 2) Untuk pelayanan yang memuaskan setiap 75 kamar dilayani oleh satu lif. 3) Kapasitas lif yang digunakan minimal untuk 16 orang. 4) Lif yang digunakan harus mampu mengangkut barang bawaan tamu yang berat (koper atau meja saji makanan) 5) Ruang kamar tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lif. Untuk apartemen, perlu diperhatikan: 1) Untuk setiap 300 unit perlu disediakan satu lif barang 2) lif barang diperlukan jika blok hunian di mana pintu utama berada ditempatkan pada ketinggian dua lantai dari lantai dasar. 3) Kapasitas lif yang digunakan minimal untuk 12 orang 4) Unit hunian tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lif. Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 70 b. Jumlah Lif untuk Banyak Zona Pelayanan (‘Multi Zone Service’) Perhitungan Jumlah lif dilakukan untuk tiap zona pelayanan: 1) Perhitungan untuk zona 1, dengan n1 lantai yang dilayani: Waktu perjalanan bolak balik zona 1 (T1) adalah: T 1 (2h 4s1 )(n1 1) s1 (3m 4) s1 di mana :h s1 n1 m Persamaan 4.7. adalah jarak lantai ke lantai (m) adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) pada zona 1 adalah jumlah lantai yang dilayani lif pada zona 1 adalah daya angkut / kapasitas lif (orang) dan jumlah lif yang dibutuhkan pada zona 1 (N1) adalah: N1 Lnetto .n1 .P.T1 300.PB.m Persamaan 4.8. dengan waktu tunggu di zona 1 (WT1) adalah: T1 N1 WT1 Persamaan 4.9. 2) Perhitungan untuk zona 2, dengan n2 lantai yang dilayani: Waktu perjalanan bolak balik zona 2 (T2) adalah: T 2 2h.n1 1 (2h 4s 2 )( n2 1) s 2 (3m 4) s2 s2 di mana :h s2 n2 m Persamaan 4.10. adalah jarak lantai ke lantai (m) adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) pada zona 2 adalah jumlah lantai yang dilayani lif pada zona 2 adalah daya angkut / kapasitas lif (orang) dan jumlah lif yang dibutuhkan pada zona 2 (N2) adalah: N2 Lnetto .n2 .P.T2 300.PB.m Persamaan 4.11. dengan waktu tunggu di zona 2 (WT2) adalah: WT2 T2 N2 Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal Persamaan 4.12. 71 Dengan pendekatan yang sama, dapat dihitung waktu perjalanan bolak balik (T), jumlal lif (N) dan waktu tunggu (WT) untuk bangunan dengan pembagian zona lebih dari dua (dengan maksimum empat zona): Waktu perjalanan bolak balik zona 3 (T3) adalah: T 3 2{n1 n2 1h} (2h 4s3 )( n3 1) s3 (3m 4) s3 s3 Persamaan 12.a Waktu perjalanan bolak balik zona 4 (T4) adalah: T 4 2{n1 n2 n3 1h} (2h 4s4 )( n4 1) s4 (3m 4) s4 s4 Persamaan 4.12.b c. Lif Ekspres Untuk bangunan yang menggunakan ‘sky lobby’, maka bangunan dilengkapi dengan lif ekspres yang melayani oramg/penumpang dari lobby utama ke ‘sky lobby’ di atasnya, atau dari ‘sky lobby’ yang satu ke ‘sky lobby’ lainnya. Waktu perjalanan bolak balik untuk mencapai ‘sky lobby’ adalah: Te 3m 8 di mana 2h(ne 2) se Persamaan 4.13. : h adalah jarak lantai ke lantai (m) se adalah kecepatan rata-rata lif ekspres (m/detik) ne adalah jumlah lantai yang dilalui lif ekspres m adalah daya angkut / kapasitas lif ekspres (orang) dan jumlah lif ekspres yang dibutuhkan adalah: Ne Lnetto .ne .P.Te 300.PB.m Persamaan 4.14. dengan waktu tunggu lif ekspres adalah: WTe Te Ne Persamaan 4.15. IV.2.4. Kebutuhan Ruang Lif Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 72 a. Ruang luncur Lif (‘Lift Shaft’) Secara umum kebutuhan luas ruang lif adalah: 1) Luas ruang luncur, antara 0,30 – 0,36 m2/orang Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,36 m2/orang. 2) Luas kereta lif (‘car lift’), antara 0,18 – 0,22 m2/orang Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,20 m2/orang, dengan jarak antar kereta kurang lebih 0,30 meter (Gambar 4.8.) 0,15 m BEBAN PENGIMBANG ('COUNTER WEIGHT’) W 0,30 m 0,30 m 0,15 m 0,30 m KERETA LIF ('CAR LIFT') D + 0,55 m D (Lebar Sisi Dalam Kereta) 0,25 m 0,15 m W + 0,60 m 1,0 - 1,2 m 0,15 m Gambar 4.8. Dimensi Ruang Luncur Lif b. Ruang Lobi Lif Jarak bebas koridor dan bukaan lif dapat dilihat pada Gambar 4.9. Kapasitas Jarak (m) Lif (orang) A B C -----------------------------------------------------8 1,9 2,0 0,9 10 2,1 2,0 0,9 12 2,2 2,2 0,9 16 2,7 2,3 1,1 20 2,7 2,6 1,1 24 2,7 2,8 1,2 ---------------------------------------------------------------- Gambar 4.9. Dimensi dan Jarak Bebas Lobi Lif c. Dimensi Ruang Mesin Lif / Pit Lif Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 73 Dimensi ruang mesin yang perlu disediakan untuk motor penggerak traksi yang ditempatkan tepat di atas ruang luncur lif, dan pit yang perlu disediakan di dasar ruang luncur untuk menahan mendaratnya lif di lantai dasar (Gambar 4.10.) Ruang Mesin Lif (m2) -------------------------------------------Kap. Jumlah Lif Lif 1 2 3 4 5 6 -------------------------------------------8 7 15 32 32 41 41 10 10 20 42 42 54 54 12 11 26 51 51 63 63 16 18 32 64 64 84 84 20 21 37 72 72 94 94 24 23 40 75 75 99 100 -------------------------------------------- Tinggi Ruang Mesin & Pi -------------------------------------------Banyak X Y H Lantai (m) (m) (m) -------------------------------------------5– 7 4,3 1,7 2,7 8 – 10 4,5 1,9 2,7 11 – 14 6,7 2,8 3,0 15 – 30 7,6 3,4 3,0 -------------------------------------------- Gambar 4.10. Dimensi Ruang Mesin dan ‘Pit’ Lif IV.3. ‘Dumbwaiter’ Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 74 Penggunaan ‘dumbwaiter’, sejenis lif yang berfungsi untuk memindahkan barang-barang yang relatif kecil dan ringan dari lantai yang satu ke lantai yang lain. Di pusat perbelanjaan, misalnya, unit ini biasa digunakan untuk memindahkan persediaan barang dari gudang ke kios (‘counter’) penjualan, atau di rumah sakit untuk mengantarkan makanan, obat-obatan, keperluan ruang rawat inap (sprei, selimut, dll.), atau pada restoran berlantai banyak untuk mengantarkan pesanan makanan dari dapur dan memindahkan peralatan bekas pakai/kotor ke tempat cuci. Mesin Di Atas Mesin Di Bawah Gambar 4.11. ‘Dumbwaiter’ dengan Ruang Luncur Ruang luncur yang dibutuhkan oleh ‘dumbwaiter’ relatif kecil, sekitar 1,00 m2 dengan tinggi maksimum 1,25 meter. Kecepatannya antara 0,20 sampai 0,75 m/det. dengan kapasitas daya angkut maksimum 250 kg. Seperti halnya dengan lift, ‘dumbwaiter’ mempunyai motror pergerak yang letaknya di atas (motor traksi) atau di bawah (motor silinder) (Gambar 4.11.). Rekomendasi dimensi ‘dumbwaiter’ dan kapaitas daya angkutnya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Rekomendasi Ukuran ‘Dumbwaiter’ Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 75 ------------------------------------------------------------------------------------------------------Kapasitas ‘Dumbwaiter’ (kg) Kereta (m) Ruang Luncur (m) ------------------------------------------------------------------------------------------------------Traksi Silinder w d W D D 0,5 m/det 0,25 m/det 0,2 m/det tanpa pintu dengan pintu ------------------------------------------------------------------------------------------------------200 250 200 0,65 0,80 1,05 0,95 1,00 200 250 200 0,65 1,00 1,05 1,10 1,15 200 250 200 0,80 0,80 1,20 0,95 1,00 200 250 200 0,80 1,00 1,20 1,10 1,15 200 250 200 1,00 0,80 1,35 0,95 1,00 200 250 200 1,00 1,00 1,35 1,10 1,15 200 250 200 1,15 0,80 1,55 0,95 1,00 ------------------------------------------------------------------------------------------------------- IV.4. Tangga Berjalan (Eskalator) IV.4.1. Karakteristik Eskalator Eskalator pertama kali ditemukan pada awal abad 20 dalam upaya memenuhi keinginan untuk dapat mengangkut manusia dalam jumlah banyak secara berkesinambungan dari lantai bawah ke lantai di atasnya. Sedang ramp berjalan atau ‘travelator’ (‘moving walks’) baru diperkenalkan pada sekitar tahun 1950-an, peralatan yang sanggup menghantarkan manusia ke tempat yang jaraknya cukup jauh dan relatif mendatar (sudut kemiringan yang kecil). Pemilihan eskalator dan ramp berjalan didasarkan pada jumlah maksimum orang yang perlu dipindahkan dalam waktu lima menit (sama halnya dengan lift). Kemampuan sekelompok eskalator umtuk mengangkut orang harus cocok dengan waktu tersibuk yang direncanakan. Hal ini perlu dilakukan secara cermat, terutama untuk aplikasi tertentu seperti stasiun kereta api (‘sub way’) yang pada saat yang bersamaan sejumlah penumpang ke luar dari kereta api dan ingin secara cepat ke luar. Eskalator dan ramp berjalan digerakkan oleh motor listrik yang berputar secara tetap dan dilengkapi dengan pegangan tangan yang bergerak sama kecepatannya dengan kecepatan bergeraknya anak tangga/ramp. Kecepatan yang biasa digunakan antara 0,45 – 0,60 meter/detik, tetapi dengan rancangan khusus kecepatan eskalaror dapat dipercepat di atas 0,70 meter/detik. Eskalator hanya mempunyai dua jenis, jalur tunggal (untuk satu orang berdiri) dengan lebar 60 cm – 81 cm., dan jalur ganda (untuk dua orang berdiri bersamaan dalam satu anak tangga) dengan lebar 100 cm – 120 cm. Kemiringan maksimum yang dapat 35o dengan ketinggian maksimum 20 meter. Sedang ramp berjalan hanya mampu mempunyai ketinggian maksimum 15o, dengan kecepatan antara 0,60 sampai 1,33 meter/detik. Kemampuan eskalator mengangkut orang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 76 Tabel 4.7. Daya Angkut dalam Waktu Lima Menit -----------------------------------------------------------------------------------------------Jenis Eskalator Kecepatan Jumlah Penumpang -----------------------------------------------------------------------------------------------Tunggal 0,45 m/det 170 orang Tunggal 0,60 m/det 225 orang Ganda 0,45 m/det. 340 orang Ganda 0,60 m/det. 450 orang -----------------------------------------------------------------------------------------------Eskalator atau ramp berjalan sangat efektif, jika: a. Dibutuhkan keseragaman kecepatan lalu lintas orang b. Kesinambungan arus manusia c. Mesin pergerak dapat diubah arah pergerakannya Baik eskalator maupun ramp berjalan: a. Mempunyai kapasitas untuk memindahkan orang dalam jumlah banyak b. Dapat menggantikan fuungsi tangga c. Tidak membutuhkan waktu tunggu, kecuali pada kondisi lalu lintas manusia yang sangat padat d. Sangat bermanfaat untuk kebutuhan lalu lintas yang dapat meningkat dalam waktu-waktu tertentu e. Dapat mengarahkan arus manusia ke jalur tertentu f. Memudahkan orang untuk melihat-lihat sekelilingnya g. Perpindahan dari lantai ke lantai berlangsung secara lancar h. Dapat digunakan di ruang terbuka, jika digunakan yang tahan air (‘waterproofed escalator/moving ramp’) i. Menjamin arus lalu lintas pada kecepatan tertentu j. Menjadikan lantai basement aksesibel, sama halnya dengan lantai di permukaan tanah. k. Menyediakan titik pemeriksaan (‘check point’) yang efektif l. Digunakan untuk penggunaan ‘lift double decker’. m. Digunakan untuk penggunaan lif dengan layanan ganjil/genap n. Sangat baik untuk jarak vertikal yang tidak terlalu panjang.. Jika dibandingkan dengan eskalator, ramp berjalan: a. b. c. d. Lebih mahal sekitar 50% Membutuhkan luasan ruang yang lebih besar untuk pemasangannya Dapat digunakan untuk kereta barang belanjaan (‘trolleys’) Jika berhenti bergerak, gangguan pada arus pergerakan orang tidak begitu besar. e. Lebih cocok bagi penyandang tuna daksa. f. Membutuhkan rangka struktur penopang yang lebih besar. IV.4.2. Perancangan dan Tata Letak Eskalator Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 77 Untuk bangunan kantor dan pusat perbelanjaan yang jumlah tingginya kurang dari enam lantai, penggunaan eskalator untuk naik-turun orang sangat dianjurkan: - Sepasang eskalator beralur tunggal untuk luas lantai 10.000 m2 Sepasang eskalator beralur ganda untuk luas lantai 20.000 m 2 Untuk kompleks pertokoan, di samping perlu disediakan satu lift untuk setiap 10.000 m2 lantai, juga perlu disediakan satu eskalator (alur tunggal) untuk setiap 3.000 m2 atau satu eskalator (alur ganda) untuk setiap 5.000 m 2 luas lantai. Ada tiga macam tata letak eskalator yang sering digunakan: bersilangan (Gambar 4.10), sejajar dengan arus manusia yang berputar (Gambar 4.11), dan sejajar dengan arus manusia menerus (Gambar 4.12). Gambar 4.12. Tata Letak Bersilangan Gambar 4.13. Tata Letak Sejajar (Alur Berputar) Gambar 4.14. Tata Letak Sejajar (Alur Menerus) Tata letak eskalator yang bersilangan merupakan konfigurasi yang paling sering digunakan, karena menggunakan luasan lantai yang paling sedikit, Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 78 efisien dalam penggunaan strukturnya, sehingga biayanya paling murah. Tata letak paralel lebih mahal dan kurang efisien, namun umumnya digunakan pada kondisi di mana orang yang ingin diarahkan jumlahnya sangat banyak, seperti halnya pada terminal udara atau stasiun kereta api. Kapasitas eskalator dapat dihitung dengan: N di mana 3600.P.V . cos L : Persamaan 4.16. N adalah jumlah orang yang diangkut per jam P adalah jumlah orang per anak tangga V adalah kecepatan eskalator dalam meter/detik Cos adalah sudut kemiringan eskalator L adalah lebar anak tangga (‘antrede’) dalam meter IV.4.3. Kebutuhan Ruang Eskalator Kebutuhan ruang untuk pemasangan eskalator dapat dilihat pada Gambar 4.15. Balok Lantai Atas Elevasi Elevasi (m) L(m) Perkiraan Dimensi: 3,5 11,0 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 12,0 12,8 13,7 14,5 25,4 Tinggi Pegangan Tangan : A = 0,85 m Tinggi Rangka Struktur : B = 0,95 m Lebar Alur : C = 1,40 m (alur tunggal) C = 1,70 m (alur ganda) Tinggi Ruang Bebas: D = 2,30 m Gambar 4.15 Ruang Eskalator IV.5. Tangga Kebakaran dan Pintu Keluar Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 79 IV.5.1 Persyaratan Umum Tangga Kebakaran dan Pintu Keluar Fungsi sistem pintu keluar (‘egress’) baik berupa tangga kebakaran maupun pintu darurat dimaksudkan untuk memberikan akses bagi penghuni/pengguna bangunan untuk dapat menuju tempat yang aman dengan selamat. Tempat yang paling aman adalah ruang terbuka yang besar pada elevasi permukaan tanah. Untuk penghuni/pengguna pada lantai atas suatu bangunan tinggi, untuk orang penyandang cacat/tuna daksa atau orang sakit dan orang lanjut usia, maka tempat yang aman adalah suatu ruangan di dalam bangunan itu yang dapat menahan bahaya api untuk jangka waktu tertentu. Dindingnya harus dapat menahan api sekurang-kurangnya selama 2 jam, dan pintu darurat yang digunakan harus dapat menahan api sekurang-kurangnya selama 1,5 jam. Peraturan tentang tangga kebakaran dan pintu darurat berbeda antara satu daerah (negara) dengan wilayah lainnya, namun pendekatan bagi sistem pintu keluar pada dasarnya sama, yaitu memberi kemudahan bagi penghuni/ pengguna bangunan untuk dapat selamat keluar dari bangunan yang terkena musibah/bencana. 76 - 86 cm 1 0 , 2 - 1 7 ,8 c m m in . 2 7 ,9 c m m ax. 35 o m in . 3 0 c m TURUN A A B = m in . 0,5 A m in . 4 0 c m Gambar 4.16. Tipikal Tangga Kebakaran Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 80 Persyaratan tangga kebakaran, khususnya yang terkait dengan kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak, tinggi pegangan tangga dan lebar serta ketinggian anak tangga, dapat dilihat pada Gambar 4.16. Pintu pada tangga kebakaran hanya terbuka ke arah dalam tangga, kecuali pintu di lantai dasar, pintu hanya terbuka ke arah luar. Jika bangunan mempunyai basement, maka tangga turun dari lantai 1 dan tangga naik dari basemen harus disekat, agar orang yang ingin ke lantai dasar tidak tersesat (Gambar 4.17). NAIK DARI BASEMEN LANTAI DASAR TURUN DARI LANTAI 1 Gambar 4.17. Tipikal Tangga Kebakaran di Lantai Dasar Jarak antar pintu yang disyaratkan dapat dilihat pada Gambar 4.18, dengan jarak maksimum 30 meter (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 meter (untuk bangunan dengan sprinkler). Adapun lebar pintu keluar minimum adalah 80 cm, sedang lebar tangga kebakaran dan koridor minimum 120 cm. D' d ' = 0,5 D ' K eluar D K eluar d = 0,5 D Gambar 4.18. Jarak Antar Pintu Keluar Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 81 IV.5.2. Jumlah Tangga dan Lebar Tangga Kebakaran Pada bangunan bertingkat yang digunakan untuk kepentingan umum, maka jumlah tangga yang perlu disediakan minimal dua buah untuk sirkulasi manusia, dengan lebar minimal 1,20 meter. Untuk bangunan dengan ketinggian kurang dari 8 lantai (< 25 meter), tangga sirkulasi dapat dipergunakan sebagai tangga kebakaran, sedang untuk bangunan di atas delapan lantai (> 25 meter) perlu dilengkapi dengan tangga kebakaran dan persyaratan evaluasi darurat lainnya. Untuk dapat menentukan jumlah dan lebar tangga darurat perlu ditentukan jenis fungsi bangunan, sehingga dapat ditentukan perkiraan penggunaan per m2 per orang dan leber per mm per orang (Tabel 4.8.) Pembahasan tentang konfigurasi tangga kebakaran dalam bangunan akan dijelaskan pada Bab VIII. Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Tabel 4.8. Komponen Penentuan Lebar Pintu Keluar ------------------------------------------------------------------------------------------------------Jenis Bangunan Beban Okupansi Lebar (mm per orang) 2 (m /orang) Pintu/Koridor Tangga/Ramp ------------------------------------------------------------------------------------------------------Pertemuan dengan kursi sejumlah kursi 9,2 9,2 Pertemuan 0,75 9,2 9,2 Pertemuan (bentuk Arena) 0,60 9,2 9,2 Pertemuan (Terbuka) 0,40 berdiri 0,60 duduk 1,8 2,4 Institusi (Tertutup) 11,6 18,4 18,4 Rumah Sakit 10,0 18,4 18,4 Hunian 4,6 9,2 9,2 Perkantoran 9,3 umum 4,6 pribadi 9,2 9,2 Komersial 3,7 basemen 5,6 lantai lain 9,2 9,2 Gedung Parkir 46,0 9,2 9,2 ------------------------------------------------------------------------------------------------------- Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 82 Jadi, untuk menetukan secara tepat lebar koridor, jumlah dan lebar pintu keluar dan tangga, maka : a. Tentukan jenis bangunan b. Dengan menggunakan Tabel 4.8., diperoleh beban okupansi dan lebar per orang. c. Tentukan ada berapa zona pintu ke luar yang disediakan d. Bagi luasan lantai dengan jumlah zona pintu keluar e. Gunakan Diagram pada Gambar 4.19, di mana nilai butir ‘d’ dicari pada sumbu Y diagram. f. Tarik garis horizontal dari titik di sumbu Y hingga berpotongan dengan garis miring (‘lebar per orang’) tertentu. g. Tarik garis vertikal ke bawah, sehingga memotong daftar yang ada di bawah diagram. h. Lebar koridor dan tangga ada pada baris teratas, sedang di bawahnya adalah pilihan tentang jumlah dan lebar pintu yang ingin digunakan. Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 83 Orang per Pintu Keluar 800 1,8 mm per orang 2,4 mm per orang 700 600 500 400 300 9,2 mm per orang 200 100 18,4 mm per orang 0 1,10 1,20 1 1,60 2 1 2,40 2,80 3 2 1 2,00 3,60 4,00 5 4 3 3 2 Lebar Bersih Koridor dan Tangga (m) Jumlah Pintu dengan Lebar 91,50 cm 4 2 1 3,20 5 Jumlah Pintu dengan Lebar 101,50 cm 4 Jumlah Pintu dengan Lebar 122,00 cm 3 Jumlah Sepasang Pintu dengan Lebar 2 x 91,50 cm (tanpa tiang tengah) Gambar 4.19 Lebar Koridor dan Tangga – Jumlah dan Lebar Pintu Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Transportasi Vertikal 84
© Copyright 2024 Paperzz