download

BAB VIII
PEMIPAAN, SANITASI dan PENGOLAHAN LIMBAH
“… If your structure does nothing more than support
the building, it is being underutilized…”
Edward Allen
VIII.1. Air dan Lingkungan
VIII.1.1. Mutu Air
Sebagian besar bumi kita terdiri dari air, namun demikian hanya sebagian
kecil dari air yang ada itu dapat secara langsung dapat digunakan untuk hidup
manusia dan ketersediaan air yang bersih tergantung dari kondisi lingkungan
alam. Lingkungan alam di negara berkembang dan sedang berkembang,
khususnya di daerah perkotaan dan kawasan pemukiman yang baru dibuka
biasanya condong mengalami kerusakan. Kejadian ini diperburuk dengan
banyaknya pemukiman penduduk yang liar yang tumbuh secara acak,
sporadis dan tidak tertata. Pada umumnya kawasan pemukiman ini tidak
mempunyai pasokan air bersih (dari Perusahaan Daerah Air Minum) dan
sistem sanitasi yang memadai. Hal ini menyebabkan penduduk kawasan
tersebut menggantungkan pasokan air bersih dari sumur dangkal dan/atau
sumur bor/alam, tanpa menyadari bahwa akibat sistem sanitasi yang kurang
baik, air bersih yang dikonsumsikan tersebut tidak memenuhi persyaratan
kesehatan, di satu pihak, dan pemompaan air secara berlebihan dan tak
terkendali akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan ini akan berdampak pada potensi ketersediaan air
tanah, khususnya jika pembangunan pemukiman itu terletak di daerah
resapan air. Hal-hal ini menyebabkan tanah kehilangan daya serap air,
sehingga air hujan yang turun tidak lagi dapat diserap oleh air, tetapi mengalir
di permukaan tanah menuju selokan atau sungai yang kemudian mengalir ke
laut, yang dikenal sebagai aliran air permukaan (‘overland flow’ atau ‘run off’).
Jika hal ini berlangsung untuk periode waktu yang cukup panjang akan
berakibat pada terjadinya erosi, banjir, longsor atau intrusi air laut, yang pada
akhirnya berdampak pada kondisi tanah yang kering dan tandus, sehingga
pada gilirannya akan mengganggu keseimbangan eko sistem yang
berpengaruh pada daur ulang hidrologi (Gambar 8.1.).
Khusus untuk daerah pemukiman padat, akibat parahnya sistem sanitasi,
banyak air yang berasal dari sumur dangkal telah terkontaminasi oleh bakteri
(coliform dan e-coli) yang biasanya banyak dijumpai dalam limbah rumah
tangga (limbah domestik), dan jika lokasi permukiman ini berdekatan dengan
kawasan industri, ada kemungkinan air sumur dangkal tersebut, yang
dikonsumsi oleh penduduk, sudah tercemar oleh limbah industri, yang
biasanya mengadung unsur logam berat (Air raksa/Hg, Timbal/Pb, dan lainlain), intrusi air laut serta unsur-unsur ‘polutan’ lainnya.
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
180
AWAN
AWAN
Hujan
Penguapan
Penguapan
Transpirasi
Aliran air di permukaan tanah
('overland flow')
Aliran di bawah permukaan tanah
('subsurface flow')
Air tanah
('groundwater')
Danau/sungai
Laut
Gambar 8.1. Skema Daur Ulang Hidrologi
VIII.1.2. Polusi Air
Pencemaran air tanah adalah berubahnya tatanan air tanah di bawah
permukaan tanah oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga mutu air
tanah menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tanah
tersebut tidak lagi sesuai dengan pemanfaatannya.
Proses pencemaran ini dapat disebabkan oleh pelarutan bahan limbah cair
atau padat di permukaan tanah dan peresapan air sungai, saluran atau kolam
yang telah tercemar airnya. Penyebab lain yang dapat mengakibatkan
menurunnya mutu air tanah adalah meningkatnya kegaraman air karena
terjadinya penyusupan air laut (air asin) ke dalam lapisan air tawar (intrusi air
laut).
Ciri-ciri air yang tercemar tergantung dari jenis air dan unsur-unsur yang
mengakibatkan terkontaminasinya air (‘polutan’-nya). Air yang terkena polusi
akan mengalami perubahan rasa, bau dan warna serta tanda-tanda lain yang
sukar untuk dideteksi tanpa melalui pemeriksaan laboratorium. Polutan dapat
berupa zat yang dapat menyebabkan penyakit (bakteri, virus, protozoa dan
cacing parasit), bahan-bahan parasit dan bahan organik yang larut dalam air,
seperti asam, garam, logam yang bersifat racun (timah dan merkuri/air raksa).
Selanjutnya, jenis polutan air dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifatnya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Padatan
Bahan buangan yang membutuhkan oksigen
Mikro-organisme
Komponen organik sintetik
Nutrien tanaman
Minyak
Sendawa an-organik dan mineral
Bahan radioaktif
Panas
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
181
Untuk menentukan tingkat polusinya, air diuji dalam laboratorium, yang
selanjutnya dilakukan analisis terhadap parameter air yang ada, seperti:
a.
b.
c.
d.
e.
Nilai pH
Suhu
Warna, bau dan rasa
Jumlah padatan (terendap, tersuspensi dan terlarut) dan kesadahan air
Nilai ‘Biochemical Oxygen Demand’ (BOD) dan ‘Chemical Oxygen
Demand’ (COD)
f. Pencemaran mikroorganisme patogen (bakteri)
g. Kandungan minyak dan lemak
h. Kandungan logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Ni)
i. Kandungan bahan radioaktif
Pola kebiasaan makan, mencuci, tingkat kepadatan penduduk, ketersediaan
sistem jaringan sanitasi dan air bersih, akan menentukan karakteristik limbah
rumah tangga (limbah domestik). Di samping itu, pembuangan sampah dan
limbah, ternak dan binatang peliharaan juga mempengaruhi tingkat
pencemaran air.
Selanjutnya, fasilitas pengumpulan dan pembuangan limbah harus dikaitkan
dengan tersedianya sarana saluran, badan air penerima, dan dampak
penyebarannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat dirancang sumur resapan
yang spesifik di mana kondisi lingkungan lokal dijadikan dasar acuannya.
Sumber dan proses pencemaran air tanah secara skematik dapat dilihat pada
Gambar 8.2. Pencemaran air oleh penduduk (limbah domestik) biasanya
berasal dari rembesan kakus (‘septic tank’) atau saluran air kotor, yang
ditandai dengan tingginya kadar zat organik (BOD, COD, Mn), Nitrat dan
adanya bakteri ‘coli’ serta deterjen (‘surfaktan anion’- MBAS).
Distribusi air bersih melalui pipa-pipa juga tidak luput dari pencemaran, baik
disebabkan oleh kebocoran pipa maupun akibat proses penjernihan yang
kurang sempurna. Dewasa ini banyak pasokan air minum (ditemukan di
Amerika) telah dicemari oleh bakteri Salmonela, sehingga dianjurkan untuk
memasak air terlebih dahulu sebelum diminum.
Persyaratan air bersih yang digunakan adalah ketentuan yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan, yang mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 416 tahun 1990.
Pencemaran oleh kawasan industri terjadi akibat rembesan bak pengolah
limbah dan saluran air limbah atau adanya kebocoran dari tempat
penimbunan limbah padat, yang ditandai dengan meningkatnya kadar logam
berat (Hg, Pb, dan lain-lain) dan zat-zat kimia industri dalam kandungan air.
Pada lahan pertanian/perkebunan, air tanah dapat tercemar melalui proses
perkolasi tanah pertanian dan saluran irigasi, dengan ditandai tingginya zatzat kimia yang digunakan pada pupuk dan pestisida (Nitrat dan Fosfat).
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
182
AWAN
AWAN
Hujan
Penguapan
Transpirasi
Industri
Kakus
Pembuangan
Sampah
Perkolasi Rembesan
Sumur
Resapan
Penguapan
Perkolasi
Muka air tanah
('water table')
Lapisan tidak kedap air
Sumur
Danau/Waduk
Sungai
Laut
Rembesan
Intrusi
Rembesan
Lapisan tidak kedap air
Lapisan tidak kedap air ('aquifer')
Gambar 8.2. Sumber dan Proses Kontaminasi Air Tanah
VIII.2. Sistem Pemipaan pada Bangunan Tinggi
Instalasi pipa pada bangunan tinggi, digunakan untuk mengalirkan air bersih
(panas dan dingin), air es untuk keperluan tata udara, air untuk keperluan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran, pembuangan air kotor,
air buangan, air hujan dan air limbah. Di samping itu, ada pula jaringan pipa
untuk ventilasi dan saluran gas, serta di rumah sakit ada saluran oksigen.
Jenis pipa yang digunakan juga beragam jenisnya: air bersih dialirkan melalui
pipa besi (‘steel pipe’ atau ‘black pipe’), pipa galvanis, pipa ‘Poly Vinyl
Chloride’ (PVC) atau pipa tembaga (‘copper pipe’). Untuk pipa yang
digunakan untuk keperluan pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran (hidran dan sprinkler), disyaratkan yang mampu menahan tekanan
tertentu.
Jaringan pipa diatur menurut arah vertikal (‘riser’, ‘down feed’, atau ‘stand
pipe’) yang disembunyikan dalam saluran di dalam tembok/saf (‘shaft’)
sebagaimana terlihat pada Gambar 8.3., sedang pada arah horizontal,
biasanya ditempatkan di atas langit-langit atau di lantai instalasi (lantai
mekanikal dan elektrikal).
Untuk membedakan pipa yang satu dengan yang lainnya, maka pipa diberi
warna dan diberi arah alirannya (Tabel 8.1.)
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
183
m in . 30 cm
Dari Reservoir Atas
Dari Reservoir Bawah
P ip a Air H u jan
P ip a V en tilasi
P ip a Air K o to r (W C )
P ip a Air B ersih - D in g in
P ip a Air B u an g an
P ip a Air B ersih - P an as
P ip a Air u n tu k Jarin g an S p rin kler
Gambar 8.3. Tipikal Saluran Pipa Air Bersih dan Air Kotor
Tabel 8.1. Warna Pipa yang Digunakan
---------------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Pipa
Warna Pipa
----------------------------------------------------------------------------------------------Air Bersih
Biru
Air Buangan
Kuning
Air Limbah
Coklat
Air untuk Sprinkler
Merah
----------------------------------------------------------------------------------------------VIII.2.1. Jaringan Pipa Air Bersih
Pasokan kebutuhan air bersih pada bangunan tinggi biasanya menggunakan
pompa agar air dapat disalurkan ke tempat yang letaknya jauh dari
permukaan tanah dan jika bangunannya sangat tinggi, maka jaringan
pemipaan dibagi atas beberapa zona.
Diagram distribusi air bersih (air dingin dan air panas), pasokan untuk kotak
hidran dan menara pendingin, serta jaringan air buangan untuk bangunan
tinggi yang dibagi atas beberapa zona (zona utilitas biasanya melayani sekitar
15 lantai), sebagaimana terlihat pada Gambar 8.4.
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
184
Pom pa
T ekan
(P T )
M e n a ra
P e n d in g a in
Pom pa
T angki
A ir
JP
K o ta k
H id ra n
L an tai 45
JP
AD
AB
K o ta k
H id ra n
ZONA 3
JP
AP
K o ta k
H id ra n
T angki
A ir
JP
PA
K o ta k
H id ra n
L an tai 30
JP
AD
AB
K o ta k
H id ra n
ZONA 2
JP
T angki
A ir
K o ta k
H id ra n
AP
PA
K o ta k
H id ra n
J a rin g a n
S p rin k le r
(J P )
JP
L an tai 15
AP
K o ta k
H id ra n
AB
ZONA 1
JP
K o ta k
H id ra n
P e m a n a s A ir
(P A )
Pom pa
PT
N O T AS I:
A D = A ir D in g in
A P = A ir P a n a s
A B = A ir B u a n g a n
T a n g k i A ir
B aw ah T anah
L an tai D asar
A ir
B uangan
Pasokan
U ta m a
M e te r A ir
Gambar 8.4. Skema Pemipaan untuk Bangunan Tinggi.
Pada umumnya ada dua sistem pasokan air bersih dengan sistem pasokan
ke atas (‘up feed’), baik dengan atau tanpa tangki penampung air, dan
pasokan ke bawah (‘down feed’).
Pada sistem pasokan ke atas (‘up feed’) air bersih dialirkan dengan tekanan
pompa (Gambar 8.5.a. dan gambar 8.5.b.), sedang pada pasokan ke bawah
(‘down feed’), pompa digunakan untuk mengisi tangki air di atas atap. Dengan
menggunakan sekakelar pelampung, pompa akan berhenti bekerja, jika air
dalam tangki sudah penuh dan selanjutnya air dialirkan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi (Gambar 8.5.c.). Pompa yang biasa digunakan
untuk bangunan tinggi adalah pompa sentrifugal (Gambar 8.6.).
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
185
Atap
Sekakelar
Pelampung
Atap
Atap
Tangki Air
10
10
10
9
9
9
8
8
8
7
7
7
6
6
6
‘Up feed’
5
‘Down feed’
5
4
4
4
3
3
3
2
2
2
1
1
Panel Pengendali
Pasokan
Utama
‘Up feed’
5
Pompa
‘Basement’
b. Pasokan Ke Atas
(Dengan Tangki Air)
Pasokan
Utama
Sensor
Tekanan
1
Panel Pengendali
Sensor
Tekanan
Tangki Air
‘Basement’
a. Pasokan Ke Atas
(Tanpa Tangki Air)
Pompa
Pasokan
Utama
Pompa
‘Basement’
c. Pasokan Ke Bawah
Gambar 8.5. Sistem Pasokan Air Bersih
Gambar 8.6. Pompa Air untuk Bangunan Tinggi
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
186
Selanjutnya, untuk air panas biasa dihasilkan oleh peralatan pemanas air,
dari yang kapasitasnya kecil (Gambar 8.7.) sampai dengan yang
kapasitasnya besar (Gambar 8.8.). Pemanas air ini ada yang menggunakan
pembakaran gas, pemanas listrik atau tenaga surya (Gambar 8.9).
Gambar 8.7. Pemanas Air Kapasitas Kecil
Gambar 8.8. Pemanas Air Kapasitas Besar
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
187
Gambar 8.9. Pemanas Air Tenaga Surya
Pada bangunan yang membutuhkan pasokan air dengan mutu terjamin
(bebas dari polutan) atau penggunaan air yang didaur ulang, seperti halnya
pada keperluan untuk kolam renang, maka pasokan air perlu disaring melalui
alat penyaring bertekanan (‘pressure filter’) sebagaimana terlihat pada
Gambar 8.10. Selanjutnya, pasokan air tersebut ditambahkan kaporit untuk
mematikan kuman-kuman yang ada melalui alat pemberi kaporit (Gambar
3.11.).
Gambar 8.10. Alat penyaring Air Bertekanan
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
188
Gambar 8.11. Alat Pemberi Kaporit
VIII.2.2. Jaringan Pipa Air Kotor dan Pipa Ventilasi
Gambar 8.12. Diagram Isometrik Saluran Air Kotor dan Ventilasi
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
189
Dalam praktek gambar pemipaan biasanya menggunakan diagram isometrik,
seperti yang terlihat dalam jaringan pemipaan air buangan, air kotor dan
ventilasi (Gambar 8.12.). Penggunaan diagram isometrik dimaksudkan agar
secara rinci dapat diketahui jenis, jumlah dan ukuran pipa beserta alat
penyambungnya.
Untuk lebih menjelaskan bagaimana pipa-pipa pembuangan air kotor dan
pipa ventilasi tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, maka Gambar 8.13.
memperlihatkan salah satu contoh aplikasi yang biasa dilakukan pada
bangunan tinggi.
Gambar 8.13. Percabangan Jaringan Pipa Air Kotor dan Ventilasi
Untuk menghindari masuknya udara yang baunya tak sedap, maka pada
saluran pembuangan dipasang perangkap udara, berupa genangan air yang
tertahan akibat adanya sekat perangkap (menggunakan konsep pipa bejana
berhubungan). Perangkap udara dapat berbentuk pipa, tabung (Gambar
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
190
8.14.), bak kontrol (Gambar 8.15), atau leher angsa (Gambar 8.16).
Perangkap udara ini juga dapat mencegah masuknya binatang kecil (kecoa,
tikus, dll.) ke dalam ruangan melalui pipa.
SP
SP
P eran g kap 'P '
P eran g kap 'S '
S P : S ekat P eran g kap
M asu k
K elu ar
SP
SP
P eran g kap 'U '
P eran g kap 'T ab u n g '
Gambar 8.14. Perangkap Udara Pipa dan Tabung
K elu ar
M asu k
SP
Gambar 8.15. Bak Kontrol
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
191
Gambar 8.16. Leher Angsa
Selanjutnya, untuk air buangan atau air kotor yang mengandung lemak (air
buangan dari dapur), maka perlu digunakan perangkap minyak (‘grease trap’)
seperti terlihat pada Gambar 8.17. Dan untuk memudahkan perbaikan atau
pembersihan saluran pipa, jika terjadi penyumbatan oleh benda-benda atau
kotoran, maka pada saluran pembuangan disediakan lubang kontrol untuk
pembersihan (‘clean out’), yang dapat ditempatkan pada lantai atau berupa
sumbat pada ujung pipa (Gambar 8.18.).
Gambar 8.17. Perangkap Lemak
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
192
Gambar 8.18. Lubang Kontrol untuk Pembersihan
Untuk menghemat penggunaan pipa vertikal, lubang saluran pemipaan
(‘plumbing shaft’)untuk distribusi air bersih, air kotor, air buangan dan pipa
ventilasi, biasanya diletakkan dalam dinding di antara dua ruang WC yang
bersebelah (Gambar 8.19.).
m in. 30 cm
R u an g Jan ito r
(m in . 250 x 135 cm )
Gambar 8.19. Tipikal Letak Lubang Saluran Pemipaan
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
193
VIII.2.3. Peralatan Pengolah Air Limbah
Pada bangunan rumah tinggal, air buangan/air kotor dibuang melalui septik
tank dan selanjutnya dialirkan kembali kedalam tanah melalui rembesan.
Namun pada bangunan tinggi penggunaan septik tank dirasa kurang
memadai, oleh karenanya umumnya digunakan sistem pengolahan air limbah
(‘ SPT - Sewage Treatment Plant’).
Pada dasarnya sistem pengolah limbah terdiri dari dua proses utama, yaitu
proses mekanikal, berupa penyaringan, pemisahan dan pengendapan, serta
proses biologi/kimia, berupa proses aktivitas bakteri yang memanfaatkan O 2
dari udara (‘aerob’) dan proses netralisasi cairan dengan asam atau
memasukkan bahan kimia untuk oksidasi, seperti ‘aerasi’ dengan
menggunakan molekul O2, proses pengolahan endapan aktif (‘activated
sludge process’) dan pemusnahan kuman (‘desinfection’) dengan
menggunakan kaporit (‘chlorine’).
Secara skematik, proses pengolahan limbah dapat dilihat pada Gambar 8.20.
Gambar 8.20. Skema Tipikal Sistem Pengolahan Limbah
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
194
VIII.2.4. Sampah
Corong pembuangan sampah dibuat serong ke bawah agar sampah yang
dibuang dari atas tidak masuk ke lantai dibawahnya. Sampah akan mengisi
bagian bak dan terdesak oleh sampah yang dibuang belakangan. Setelah
penuh sampah akan dipadatkan dan selanjutnya bak penampungan yang
sudah penuh akan dibuang keluar bangunan dengan kendaraan (Gambar
8.21). Untuk mengurangi volume sampah yang dibuang, saluran sampah
dilengkapi dengan alat pembakar sampah (‘incinerator’), di mana sampah
disalurkan melalui pengangkut sampah spiral ke dalam ruang pembakaran,
dan sampah yang dibuang berupa abu (Gambar 8.22). Penampungan
sampah dengan alat pembakaran ini baik untuk sampah yang mengandung
bakteri (seperti yang ada pada rumah sakit).
Gambar 8.21. Saluran Pembuangan Sampah
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
195
Gambar 8.22 Alat Pembakaran Sampah
VIII.2.5. Sumur Resapan
a. Sumur Resapan Biasa
Sebagai salah satu upaya untuk melestarikan air tanah adalah dengan
membuat sumur resapan yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung
dan menyimpan curahan air hujan, sehingga dapat menambah kandungan air
tanah.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 115 tahun 2001,
penempatan sumur resapan dapat dibuat di areal pekarangan, pada daerah
yang tidak mudah longsor dan/atau terjal, dan tidak dibuat pada lokasi
timbunan sampah dan/atau tanah yang mengandung bahan pencemar. Oleh
sebab itu lokasi sumur resapan diharapkan sejauh mungkin dari resapan
septik tank dan hanya boleh diisi oleh air hujan yang langsung atau melalui
atap atau talang bangunan (Gambar 8.23).
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
196
Lubang
P em eriksaan
A ir hujan
R iol K ota
Saluran
Terbuka
Pipa PVC
B uis B eton
Pipa PVC
Ijuk
Filter
(Ijuk, Kerikil, Pasir, dll.)
Kerikil di atas Ijuk
Gambar 8.23. Sumur Resapan Biasa
b. Sumur Resapan ‘Tirta sakti’
Perbedaan yang mendasar antara sumur resapan yang umumnya dikenal
(SRB – Sumur Resapan Biasa) dengan sumur resapan ‘Tirta Sakti’ (SRTS)
terletak pada optimasi dan pendayagunaannya, serta manfaat yang
diperolehnya. SRTS merupakan sumur resapan yang dirancang berdasarkan
kondisi setempat, sehingga tidak dapat dibuat model SRTS untuk
penggunaan umum. Namun demikian secara prinsip SRTS mempunyai
kesamaan dalam gagasan dasar dan proses kerjanya.
Pada SRB (Gambar 8.23.) yang dibuat secara benar, sumur hanya berfungsi
pada musim penghujan di mana pasokan air diperoleh dari curah hujan yang
kemudian dialirkan ke lapisan tidak kedap air melalui sumur resapan. Pada
musim kemarau, di mana pasokan air hujan tidak ada, maka lapisan yang
tadinya terisi air kembali kosong, disebabkan oleh penguapan dan/atau
pemompaan sumur-sumur, sehingga akan mengakibatkan terjadinya ronggarongga di dalam lapisan tidak kedap air dan berpotensi untuk diisi oleh air laut
(intrusi atau kemungkinan terjadinya penurunan muka tanah, yang
disebabkan dari berkurangnya rongga-rongga di dalam tanah akibat tertekan
oleh beban di atasnya, baik yang berasal dari bangunan maupun kendaraan.
Pada SRTS, di kala musim hujan, sebagaimana halnya SRB, pasokan air
diperoleh dari air hujan. Mengingat SRTS mampu mengalirkan air hujan pada
beberapa lapisan tanah di bawahnya, baik pada lapisan tidak kedap air,
maupun lapisan akifer (‘aquifer’), maka permukaan tanah terhindar dari
genangan air yang diakibatkan oleh jenuhnya tanah permukaan dan/atau
perkerasan. Pada musim kemarau, di mana tidak ada/berkurang pasokan air
ke sumur resapan, maka untuk mengganti pasokan air hujan digunakan air
limbah rumah tangga (limbah domestik) yang sudah disaring (difilter). Proses
filtrasi ini dilakukan dengan menggunakan kotak ‘Tirta Sakti’, sebagai bagian
integral dari SRTS. Dengan demikian SRTS dapat berfungsi sepanjang tahun,
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
197
baik pada waktu musim hujan maupun musim kemarau, sehingga ronggarongga dalam lapisan tanah yang tidak kedap air dan lapisan akifer selalu
terisi pengganti air tanah (air tawar) yang hilang akibat pemompaan dan/atau
penguapan.
Untuk menjamin agar air laut tidak mengisi rongga-rongga di dalam lapisan
tanah tidak kedap air dan/atau lapisan akifer, rancangan SRTS yang
dilengkapi dengan bak penampungan air tawar (yang telah difilter). Bak ini
dimaksudkan agar dapat menampung sejumlah air dengan volume yang
cukup besar sebelum dialirkan secara vertikal melalui pipa yang diameternya
jauh lebih lebih kecil dibandingkan dengan diameter bak penampung di
atasnya. Hal ini dimaksudkan agar menghasilkan tekanan hidrostatik yang
cukup tinggi pada lubang bukaan dan/atau ujung pipa yang berada pada
lapisan tanah tidak kedap air dan/atau lapisan akifer di bawahnya. Tekanan
ini diperoleh akibat gaya gravitasi yang berasal dari berat sendiri air dalam
bak penampungan, yang besar tekanannya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus-rumus hidrolika. Akibat tekanan yang cukup besar tadi,
maka tekanan air tawar ini akan berpengaruh hingga radius tertentu.
A ir kotor
B ak
P enam pung
K otak 'Tirta S akti'
Lapisan tidak kedap air
Lapisan tidak kedap air
P ipa
Lapisan tidak kedap air
Lapisan tidak kedap air
Lapisan akifer
('A quifer')
Gambar 8.24. Sumur Resapan ‘Tirta Sakti’
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
198
Mengingat rancangan SRTS mengacu pada kondisi setempat, maka untuk
memperoleh pemanfaatan SRTS yang optimal diperlukan penyelidikan tanah
(‘soil investigation tests’). Dari hasil contoh tanah (‘boring log’) dapat diketahui
secara rinci jenis dan ketebalan lapisan tanah yang dibutuhkan untuk
menentukan koefesien rembesan tanah (pada lapisan tidak kedap air) beserta
kedalaman dan tebal lapisannya. Hal ini diperlukan untuk dapat menentukan
kedalaman pipa yang perlu dipasang, dimensi pipa dan jumlah serta besaran
lubang pada pipa Selanjutnya diperlukan data-data mengenai kebutuhan
debit pasokan air, curah hujan rata-rata dan tingkat penguapan pada musim
kemarau, untuk dapat menentukan volume bak penampungan. Kondisi limbah
domestik, dalam hal ini yang sudah berupa ‘grey water’ perlu dianalisis untuk
menentukan rancangan kotak ‘Tirta Sakti’, baik dalam penentuan jumlah bilik,
dimensi kotak dan bahan filter yang digunakan (Gambar 8.24).
Kotak ‘Tirta Sakti’, seperti diuraikan sebelumnya, berfungsi sebagai tempat
untuk menyaring air kotor/limbah rumah tangga (limbah domestik). Kotak ini
terdiri dari beberapa sekat yang saling berhubungan dengan kapasitas kotak
antara 15 – 20 m3. Pada kotak ini, akibat adanya reaksi dan proses ‘unaerob’, terjadi akumulasi panas yang suhunya mencapai sekitar 50 oC
(‘thermophilic digestion’). Pada suhu sekitar 50oC konsentrasi oksigen yang
terlarut menjadi sangat rendah (5,6 ppm), yang dapat membunuh mahluk
hidup, termasuk bakteri ‘coli’ yang biasanya banyak terdapat dalam air limbah
domestik.
Meskipun air hujan boleh secara langsung diserap ke dalam tanah, namun
mengingat di kota-kota besar yang penuh dengan kendaraan dan sampah
yang berpotensi bagi pencemaran air hujan yang ada dalam selokan, maka
aliran air hujan yang ada dalam selokan, jika hendak dialirkan ke dalam
sumur resapan, perlu melalui proses penyaringan yang dilakukan di dalam
kotak ‘Tirta Sakti’, agar mutu air yang masuk ke dalam tanah tidak tercemar.
Pemeriksaan atas mutu air perlu dilakukan, agar lapisan akifer tidak dicemari
oleh unsur-unsur yang dapat menyebabkan terkontaminasinya sumber daya
air. Pencemaran air pada lapisan akifer harus dihindarkan, mengingat
kontaminasi air pada lapisan tanah ini dapat berdampak buruk di kemudian
hari dan sangat sulit untuk diperbaiki. Persyaratan mutu baku limbah cair
didasarkan pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibu Kota Jakarta
No. 582 tahun 1995 (Baku Mutu Limbah Cair Industri/Perusahaan/Badan) dan
Peraturan
Menteri
Kependudukan
dan
Lingkungan
Hidup
No.
03/MENKLH/1991, sedang persyaratan air bersih yang digunakan adalah
persyaratan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan yang mengacu
pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416 tahun 1990
(Air Bersih).
Pemeriksaan mutu air perlu dilakukan pada dua titik; pertama pada selokan
sebelum air dialirkan ke dalam kotak ‘Tirta Sakti’ (‘inlet’), dan kedua pada bilik
terakhir kotak ‘Tirta Sakti’ (‘outlet’) sebelum air tersebut dialirkan ke bak
kedua, yang merupakan bak penampungan, sebelum air tersebut
‘disuntikkan’ ke dalam lapisan tidak kedap air dan/atau lapisan akifer.
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
199
VIII.2.6. Integrasi Pemipaan
Adakalanya mesin pendingin air yang biasa digunakan untuk sistem tata
udara berfungsi pula sebagai pemanas air, khususnya yang menggunakan
‘Absorption Chiller/Heater’.
Gambar berikut ini menunjukkan integrasi pemipaan yang digunakan untuk air
dingin, air es, air hangat, air panas, pipa pembuangan dan pemasok bahan
bakar, serta cerobong asap (Gambar 8.25).
Gambar 8.25. Integrasi Sistem Pemipaan
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
200
VIII.3. Perancangan Kebutuhan Air Bersih
Perhitungan perkiraan kebutuhan air dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran tentang volume tangki penyimpanan air yang perlu disediakan
dalam suatu bangunan dan kapasitas pompa yang diperlukan.
a. Kebutuhan Keseharian
Kebutuhan air bersih dapat dihitung berdasarkan:
1) Jumlah standar pemakaian rata-rata per hari per unit (orang, tempat
duduk atau tempat tidur, dan lain-lain), seperti terlihat pada Tabel 8.2.
untuk air dingin dan Tabel 8.3. untuk kebutuhan air panas.
2) Jumlah dan jenis peralatan saniter yang digunakan (Tabel 8.5.).
3) Beban peralatan saniter (Tabel 8.6.)
Tabel 8.2. Kebutuhan Air Bersih (Air Dingin) per hari
------------------------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Bangunan
Unit
Kebutuhan (liter)
------------------------------------------------------------------------------------------------------Apartemen
orang
135 – 225
Bioskop
kursi
15
Hotel
orang
185 – 225
Kantor
orang
45 – 90
Restoran
kursi
70
Rumah sakit
tempat tidur
280 – 470
Sekolah
Tanpa asrama
murid
45 – 90
Dengan asrama
murid
135 – 225
-----------------------------------------------------------------------------------------------------b. Kebutuhan ‘Boiler’
Jika kebutuhan akan air panas mencapai jumlah yang cukup besar,
seperti pada hotel, maka air panas yang dihasilkan diperoleh dari
‘boiler’, dengan kebutuhan air:
Vairboiler  20 /liter/PK/jam
Persamaan 8.5.
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
201
Tabel 8.3. Kebutuhan Air Panas per hari
------------------------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Bangunan
Unit
Kebutuhan (liter)
------------------------------------------------------------------------------------------------------Apartemen
Dengan ‘shower’
orang
45
Dengan bak mandi orang
135
Rumah Sakit
Pasien
Paramedis/dokter
Pengunjung
‘Laundry’
orang
orang
orang
kg cucian
180
90
10
20 **)
orang
orang
orang
orang
orang
menu
kg cucian
70 – 90
135
25 – 45
15
45
5 *)
20 **)
Hotel
dengan ‘shower’
dengan bak mandi
Karyawan
Pengunjung
Kolam Renang
Restoran/Dapur
‘Laundry’
Kantor
Karyawan
orang
45
Pengunjung
orang
5 – 10
--------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan : *) 3 x jumlah tempat tidur + 2 x jumlah kursi restoran
**) 3 – 7 kg per tempat tidur (untuk rumah sakit)
3 – 5 kg per kamar (untuk hotel)
Kebutuhan air dapat juga dihitung dengan pendekatan luasan bangunan,
seperti tertera pada Tabel 8.4. berikut ini.
Tabel 8.4. Kebutuhan Air per m2 Bangunan
-------------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Bangunan
Kebutuhan per hari (liter)
-------------------------------------------------------------------------------------------Apartemen
20
Hotel
30
Kantor
10
Pertokoan
5
Rumah Sakit
15
----------------------------------------------------------------------------------------------
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
202
Tabel 8.5. Jumlah Peralatan Saniter Minimum
------------------------------------------------------------------------------------------------------Jenis
Apartemen
Kantor
Hotel
------------------------------------------------------------------------------------------------------Kloset
1 unit/keluarga
< 10 orang = 1 unit 1 unit/kamar
11 – 30 orang = 2 unit
31 – 50 orang = 3 unit
51 – 75 orang = 4 unit
76 – 105 orang = 5 unit
106 – 145 orang = 6 unit
dst. 1 unit untuk setiap
tambahan 40 orang
Wastafel
1 unit/keluarga
Bak Mandi
1 unit/keluarga
2 unit/kantor
1 unit/kamar
‘Shower’
1 unit/keluarga
2 unit/kantor
1 unit/kamar
Bak Cuci
(dapur)
1 unit/keluarga
1 unit/lantai
1 unit/lantai
‘Urinoir’
---
< 20 orang = 1 unit 1 unit/kamar
21 – 40 orang = 2 unit
41 – 60 orang = 3 unit
61 – 80 orang = 4 unit
81 – 100 orang = 5 unit
101 – 125 orang = 6 unit
126 – 150 orang = 7 unit
151 – 175 orang = 8 unit
176 – 205 orang = 9 unit
dst. 1 unit untuk setiap
tambahan 30 orang
< 75 orang = 1 unit
76 – 185 orang = 2 unit
186 – 305 orang = 3 unit
dst. 1 unit untuk setiap
tambahan 120 orang
---
Bak Cuci
(pakaian)
1 unit/keluarga
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
203
Tabel 8.6. Beban Peralatan Saniter
------------------------------------------------------------------------------------------------------Jenis Peralatan Saniter
Daya Buang
Kebutuhan Air
-----------------------------------------------------------------------------------------------------Kloset
120 liter/menit
10,0 liter/menit
Wastafel
60 liter/menit
5,0 liter/menit
Bak Mandi
90 liter/menit
7,5 liter/menit
‘Shower’
60 liter/menit
5,0 liter/menit
Bak Cuci (dapur)
90 liter/menit
7,5 liter/menit
‘Urinoir’
120 liter/menit
10,0 liter/menit
Bak Cuci (pakaian)
60 liter/menit
5,0 liter/menit
Bidet
90 liter/menit
7,5 liter/menit
Pipa Tegak
Diameter 11/4 inci
60 liter/menit
1
Diamater 1 /2 inci
240 liter/menit
Diameter 2 inci
720 liter/menit
Diameter 21/2 inci
1260 liter/menit
Diameter 3 inci
1800 liter/menit
Diameter 4 inci
15000 liter/menit
Diameter 5 inci
33000 liter/menit
Diameter 6 inci
57000 liter/menit
Diameter 8 inci
108000 liter/menit
Diameter 10 inci
168000 liter/menit
Diameter 12 inci
252000 liter/menit
Hidran
Diameter 3 inci
70 liter/menit
Diameter 4 inci
130 liter/menit
Diameter 5 inci
200 liter/menit
Diameter 6 inci
300 liter/menit
------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan : Kebutuhan air adalah 1 liter/menit untuk setiap daya buang
Peralatan saniter sebesar 12 liter/menit.
Atau jika dihitung berdasarkan pendekatan penggunaan peralatan saniter,
maka kebutuhan air dapat ditentukan berdasarkan Tabel 8.7.
Tabel 8.7 Kebutuhan Air Peralatan Saniter
------------------------------------------------------------------------------------------Jenis Peralatan
Volume air tiap penggunaan (liter)
------------------------------------------------------------------------------------------Kloset
20
Wastafel
5
Bak Mandi
110
‘Shower’
40
Bak Cuci (dapur)
25
‘Urinoir’
2
Bak Cuci (pakaian)
75
---------------------------------------------------------------------------------------------
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
204
c. Kebutuhan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Sprinkler dan hidran membutuhkan cadangan air yang diperhitungkan untuk
jangka waktu selama 30 menit. Selang waktu ini diambil dengan asumsi, jika
api belum juga padam, maka petugas pemadam kebakaran sudah tiba di
lokasi.
V airsprinkler  sprinkler .(18).(30)
Vairhidran   hidran.(400).(30)
liter
Persamaan 8.1.
liter
Persamaan 8.2.
d. Kebutuhan Tata Udara
Pada sistem tata udara, air diperlukan untuk air es yang disirkulasikan dari
‘chiller’, ‘AHU’, ‘cooling tower’ dan kembali lagi ke ‘chiller’. Di samping itu, air
juga dibutuhkan untuk menurunkan suhu air pada proses yang terjadi di
‘cooling tower’:
Vairsirkulasi  8  13 liter/menit/TR
Vair pendingin  1,5  2%Vair sirkulasi
Persamaan 8.3.
Persamaan 8.4.
Adapun perkiraan populasi untuk bangunan dapat dilihat pada Tabel 8.8.
Tabel 8.8. Perkiraan Populasi
-----------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Bangunan
Unit
Orang
-----------------------------------------------------------------------------------------Apartemen
unit hunian
4,50 – 5,00
Kantor
Karyawan
m2
0,10 – 0,15
Pengunjung
m2
0,01 – 0,015
Sekolah
Murid
sesuai dengan yang ada
Pengajar
murid
0,05
Karyawan
murid
0,01
Pengunjung
murid
0,02 – 0,05
Hotel
Tamu
tempat tidur
1,00
Karyawan
tempat tidur
2,50 – 3,00
Restoran
kursi
2,00 – 4,00
Pengunjung
tempat tidur
0,02 – 0,05
Rumah Sakit
Pasien
tempat tidur
1,00
Paramedis/dokter pasien
10 – 15
Karyawan
pasien
25 – 30
Pengunjung
pasien
0,50 – 1,00
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
205
Jadi kebutuhan air bersih:
qd V airboilerVairkeseharian  Vairkebakaran  Vair AC
di mana
Persamaan 8.6.
: Vair-keseharian = Vair-dingin + Vair-panas
Vair-kebakaran = Vair-sprinkler + Vair-hidran
Vair-AC = Vair-sirkulasi + Vair-pendingin
Dengan diketahuinya kebutuhan air, qd, maka kapasitas tangki penampungan
air dapat dihitung:
Volume tangki bawah tanah:
Vbt  40%.qd
Persamaan 8.7.
Volume tangki atas:
V a 15%.qd
Persamaan 8.8
Volume tangki penyimpanan air minimal 60 m 3 dan volume tambahan tangki
penyimpanan air bawah tanah berdasarkan pada luas lantai bangunan dapat
pula dilakukan sebagaimana terlihat pada Tabel 8.8.
Tabel 8.8. Prakiraan Volume Tambahan Tangki Bawah Tanah
------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Bangunan
x luas lantai bangunan (m3)
-------------------------------------------------------------------------------------Apartemen
0,012 – 0,015
Hotel
0,015 – 0,020
Perbelanjaan
0,005 – 0,006
Perkantoran
0,008 – 0,010
Rumah Sakit
0,015 – 0,020
---------------------------------------------------------------------------------------Sedang kapasitas pompa diambil pada kebutuhan air pada waktu puncak
(Qmax), yaitu:
Qmax 
di mana
c.qd
T
(m3/menit)
Persamaan 8.9.
: T adalah waktu pemakaian air rata-rata per hari:
T = 8 – 10 jam untuk kantor, hotel, apartemen & rumah sakit
T = 5 – 7 jam untuk restoran, sekolah & gedung pertemuan
c adalah faktor pemakaian pada jam puncak (c = 1,5 – 2,0)
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
206
Dan kapasitas pompa:
P
di mana
0,163. 1,2.Qmax .H t . air

Persamaan 8.10.
: air adalah berat jenis air (= 1 kg/liter)
 adalah efisiensi motor pompa ( = 0,40 – 0,70)
Ht adalah tinggi angkat total
H t  h 
. n 
. 1,3
di mana
(KW)
(meter)
Persamaan 8.11.
: h adalah jarak dari lantai ke lantai
n adalah jumlah lantai bangunan
VIII.4. Perancangan Limbah dan sampah
VIII.4.1. Limbah
Air kotor yang dihasilkan oleh suatu bangunan ditampung dalam septik tank
atau diolah dalam unit pengolahan limbah (‘SPT’). Tabel 8.10. menunjukkan
prakiraan volume yang dihasilkan oleh berbagai jenis bangunan, atau dengan
pendekatan jumlah orang yang ada dalam bangunan dapat pula ditentukan
besar septik tank yang diperlukan (Tabel 8.9.), yaitu rata-rata 0,10 m3/orang.
Tabel 8.9. Dimensi Septik Tank
-----------------------------------------------------------------------------------------------Jumlah orang
Volume (m3)
Ukuran (m3)
------------------------------------------------------------------------------------------------60
4
1,20 x 2,50 x 1,50
120
8
1,50 x 3,50 x 1,90
180
12
1,80 x 4,00 x 1,90
240
16
1,80 x 5,40 x 2,00
300
20
2,20 x 5,40 x 2,00
360
24
2,40 x 6,00 x 1,50
420
28
2,50 x 6,00 x 2,10
480
32
2,50 x 7,00 x 2,10
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
207
Tabel 8.10. Prakiraan Tingkat Aliran Limbah Cair
------------------------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Bangunan
Liter per hari per orang
------------------------------------------------------------------------------------------------------Sekolah
- Hanya wastafel dan WC
56
- Ditambah dengan kafetaria
94
- Ditambah dengan kafetaria dan shower
132
- Pekerja harian
56
Hunian
- Perumahan mewah
567
- Rumah tinggal
283
- Asrama
189
- Hotel (satu kamar dua orang)
378
- Sekolah berasrama
378
- Rumah Sakit Umum
567
- Asrama perawat
283
Institusi lain (bukan rumah sakit)
378
Restoran
94
Pertokoan
1514 per kamar kecil
Ruang pertemuan
8 per tempat duduk
------------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan:
Untuk digunakan pada perancangan unit pengolahan limbah (‘SPT – Sewage
Treatment Plant’)
Sedang perkiraan dimensi ‘SPT’ berdasarkan luas lantai bangunan dapat
dilhat pada Tabel 8.11.
Tabel 8.11. Prakiraan Volume ‘SPT’
------------------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Bangunan
x luas lantai bangunan (m3)
------------------------------------------------------------------------------------------------Apartemen
0,020 – 0,024
Hotel
0,022 – 0,026
Perbelanjaan
0,016 – 0,020
Perkantoran
0,026 – 0,030
Rumah Sakit
0,022 – 0,026
----------------------------------------------------------------------------------------------------
VIII.4.2. Sampah
Prakiraan jumlah sampah untuk keperluan penampungan dan pembakaran
sampah dapat dilihat pada tabel 8.12.
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
208
Tabel 8.12. Prakiraan Jumlah Sampah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------Fungsi Bangunan
Jumlah Sampah per Hari
-----------------------------------------------------------------------------------------------------Apartemen
1.0 kg/orang
Rumah Pribadi
1,5 kg/orang
Restoran
1,5 kg/orang
Rumah Sakit
3,3 kg/tempat tidur
Sekolah
0,3 kg/siswa
Perkantoran
4,5 kg/m2
Kawasan (perkotaan)
1,5 kg/penduduk
-----------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan: Untuk perhitungan bak penampungan sampah dan/atau ‘incinerator’
VIII.5. Penyaluran Air Hujan dan Sumur Resapan
Pada Tabel 8.13. diperlihatkan kebutuhan dimensi pipa pembuangan air
hujan dan volume sumur resapan yang diperlukan.
Tabel 8.13. Pipa Pembuangan Air Hujan dan Sumur Resapan
---------------------------------------------------------------------------------------------------Luas Atap (m2) Diameter Pipa (inci)
Volume Sumur Resapan (m3) *)
---------------------------------------------------------------------------------------------------< 50
2
2
51 – 99
2
4
100 – 149
21/2
6
150 – 199
21/2
8
200 – 299
3
12
300 – 399
4
16
400 – 499
4
20
500 – 599
4
24
600 – 699
5
28
700 – 799
5
32
800 – 899
5
36
900 – 999
5
40
1000 – 1500
6
60
1500 – 3000
8
120
2
Catatan : setiap m penambahan luas bidang atap, diperlukan tambahan
0,40 m3 volume sumur resapan.
*) Untuk penggunaan Sumur Resapan ‘Tirta Sakti’, perlu dilakukan
penyelidikan tanah, agar ukurannya dapat ditentukan.
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
209
Untuk menentukan debit air hujan yang perlu ditampung dalam saluran dan
sumur resapan atau tanah, secara rinci dapat menggunakan rumus:
Qhujan max  0,278.C.I . A
di mana
Persamaan 8.12.
: Qhujan-max adalah debit maksimum (m3/detik)
C adalah koefisien aliran (Tabel 8.14.)
I adalah curah hujan (mm/m2/jam)
A adalah luas area yang dihitung (km2)
Tabel 8.14. Koefisien Aliran
------------------------------------------------------------------------Kondisi Lokasi
Nilai C
-------------------------------------------------------------------------Rumput/tanaman
0,05 – 0,10
Pedesaan
0,10 – 0,25
Pemukiman
0,25 – 0,50
Daerah Sedang
0,50 – 0,70
Daerah Padat
0,70 – 0,90
Jalan Aspal
0,25 – 0,60
Atap
0,70 – 0,95
---------------------------------------------------------------------------
Panduan Sistem Bangunan Tinggi – Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
210