download

Matakuliah : W0502 | SEJARAH SENI RUPA INDONESIA
Tahun
: 2009/2010
Pengaruh Islam
pada seni rupa Indonesia :
Arsitektur
Pertemuan 5
MASUKNYA SENI BUDAYA ISLAM KE INDONESIA
Pelabuhan Aceh pada awal
masuknya pengaruh Islam
 Budaya Islam Indonesia dibawa
oleh pedagang Gujarat melalui
kegiatan perdagangan.
 Di antara pedagang banyak yang
lalu menikah dan menetap di
Indonesia, yang mempercepat
proses akulturasi
 Ditandai dengan munculnya
kerajaan Islam pertama pada
abad 13. Kerajaan Islam yang
pertama adalah Samodra Pasai
di Aceh. Diikuti oleh kerajaan
Islam lainnya di pantai utara
Jawa, yang dimulai oleh
kerajaan Majapahit (sebelum
jatuh).
MASUKNYA SENI BUDAYA ISLAM KE INDONESIA
 Pendidikan Islam melalui pondok
pesantren memiliki peran dalam
perkembangan seni budaya Islam
 Penyebarluasan agama Islam
menggunakan kesenian, seperti
pertunjukkan wayang yang digemari
masyarakat.
 Penyebaran agama Islam di Jawa
dilakukan oleh 9 sunan yang disebut
Wali Songo.
MASUKNYA SENI BUDAYA ISLAM KE INDONESIA
Gerbang makam Sunan
Gunung Jati, Cirebon
Dihiasi beragam porselen
Cina
 Budaya Islam Indonesia
merupakan akulturasi antara
budaya Indonesia Pra Islam
dengan budaya Islam dari India
dan Persia.
 Pada periode tersebut budaya
China juga terlibat yang
disebabkan aktivitas
perdagangan dengan pedagang
China Muslim.
SIFAT PERKEMBANGAN SENI BUDAYA ISLAM DI INDONESIA
 Akulturasi berpusat di istana dan
berdasarkan budaya feodal dan
menyebar ke wilayah lain melalui
ceramah dan pengajaran. Raja dan
para bangsawan istana menjadi
pendukung utama perkembangan seni.
 Seni merupakan bentuk pengabdian
terhadap agama (sacral art) dan
terhadap raja.
Mesjid Azizi, Binjai,
Sumatera Utara
SIFAT PERKEMBANGAN SENI BUDAYA ISLAM DI INDONESIA
Masjid Baiturrahman,
Aceh
 Seni budaya asing yang berpadu
dalam budaya Islam Indonesia antara
lain adalah: India, Persia dan China.
Kelak budaya lain seperti Mughal dan
Barat masuk bersama dengan
masuknya bangsa Barat.
 Kebanyakan seni budaya IslamIndonesia adalah kelanjutan seni
budaya Pra Islam (Prasejarah, Hindu
& Buddha), yang digunakan sebagai
dasar perkembangan kreasi baru seni
pada periode Islam.
CIRI KHAS SENI
Masjid P. Penyengat
 Stilasi figur, dilakukan tidak hanya pada
wayang tapi juga pada bentuk-bentuk seni
lainnya, untuk menghindari bentuk realistis
manusia ataupun hewan (misalnya pada batik
dan ukiran).
 Kaligrafi Arab menjadi elemen penting dalam
seni dekoratif Islam, yang muncul pada ukiran
kayu, lukisan ataupun dekorasi arsitektur.
 Selain itu ragam hias yang menonjol lainnya
adalah: floral, pemandangan dan geometris
(meander, pilin, tumpal)
 Masuknya pengaruh ornamen asing, terutama
dari India, Persia, China dan Barat.
CIRI KHAS SENI | pengaruh hindu
Masjid Prasasti,
Ambon
Masuknya seni budaya Islam tidak langsung
merubah kebudayaan yang telah ada.
Beberapa pengaruh budaya Hindu masih
dapat dirasakan, seperti :
 Pengaruh arsitektur Majapahit untuk masjid,
makam maupun istana.
 Kerajinan Hindu masih dilanjutkan (batik,
ukiran, keris, topeng)
 Wayang dari masa Hindu masih
dipertunjukkan. Wayang dari masa Hindu
masih dapat ditemukan di Bali
HASIL SENI BUDAYA
Hasil seni budaya Islam di Indonesia
dapat dijabarkan sebagai berikut :
ARSITEKTUR
Bangunan masjid, istana dan makam
KERAJINAN
Wayang, topeng (juga merupakan seni
pertunjukkan), batik, senjata, ukiran
Mesjid Spirok,
Sumatera Barat
KALIGRAFI & KARYA ILUMINASI
ARSITEKTUR | masjid
Beberapa ciri khas masjid pada masa
awal perkembangan Islam :
 Masjid biasanya memiliki mihrab,
Mihrab dari Masjid
Banten
sebagai tanda kiblat, yang
merupakan arah Kabah, dan juga
menjadi arah hadap umat saat
bersholat. Di Indonesia kiblat
menghadap ke barat laut.
 Selain itu kadang terdapat pula
mimbar tempat berkotbah
ARSITEKTUR | masjid
 Menggunakan konstruksi kayu
Mustaka
dengan tiang-tiang penyangga
mewadahi area pendopo.
 Awalnya menggunakan atap limas
yang bertumpuk seperti meru,
makin ke atas makin kecil yang
pada puncaknya terdapat
‘mustaka’. Baru di kemudian hari
atap kubah digunakan (pengaruh
seni Mughal)
ARSITEKTUR | masjid
Mihrab Masjid
Agung Cirebon
 Pengaruh kuat dari ornamen
Majapahit yang berstilasi serta
gerbang Majapahit. Misalnya
gerbang pada masjid Agung
Cirebon
 Didekorasi dengan motif floral
dan geometrik ataupun kaligrafi
Arab
 Biasanya didirikan satu kompleks
dengan istana ataupun di tempat
yang dikeramatkan atau dekat
kompleks pekuburan
Gerbang
Utama Masjid
Agung Cirebon
ARSITEKTUR | masjid
 Pada awalnya menggunakan
Masjid Agung Demak
dengan atap limas bersusun
bedug dan kentongan untuk
memanggil umat, baru kemudian
dibangunlah menara masjid,
seperti: Masjid Kudus, Masjid
Banten
 Beberapa masjid kuno antara
lain: Masjid Aceh, Masjid Banten,
Masjid Kudus, Masjid Cirebon,
Masjid Demak
ARSITEKTUR | masjid
Menara Masjid Agung Kudus dengan
pengaruh Hindu dan China pada
hiasan piring keramiknya
Masjid Agung Banten dan menara
dengan pengaruh atap Hindu dan
menara mercusuar Barat
MAKAM ISLAM
di
Tombstone in West Sumatra
INDONESIA
ARSITEKTUR | makam
Beberapa ciri khas makam pada masa
awal perkembangan Islam :
Batu nisan Malik Al Saleh –
Aceh
Terdapat dua gaya makam yang
ditemukan, yaitu:
 Gaya Gujarat, seperti makam
peninggalan kerajaan Samodra Pasai
 Gaya Hindu dan Prasejarah, memiliki
dasar berundak, menggunakan
mahkota pada puncak nisannya
seperti candi, ada pula yang nisannya
sangat mirip dengan menhir.
ARSITEKTUR | makam
 Biasanya makam terletak di
tempat yang dianggap keramat,
seperti halaman masjid ataupun
gunung (gunung telah lama
dianggap sebagai kediaman roh)
 Beberapa contoh makam Islam
Kuno adalah makam Malik AlSaleh dan Ratu Nahrasiyah (di
Samodra Pasai, Aceh), kompleks
makam Imogiri, Makam Sunan
Gunung Jati, Cirebon
Nisan Ratu Nahrasiyah – Samodra
Pasai, Aceh
ARSITEKTUR | makam
 Makam (sering disebut kijing/ jirat)
Gerbang makam Sunan
Bonang – Tuban
dan nisan biasanya dibuat dari batu
dan biasanya dilengkapi dengan
pendopo sederhana (disebut cungkup),
yang beratap limas. Pagar juga sering
dibangun mengelilingi makam
 Kompleks makam biasanya memiliki
gapura baik itu yang berbentuk bentar
ataupun kori agung (bagian atasnya
menyambung). Pengaruh Majapahit
tampak masih kuat di beberapat
tempat seperti: Misalnya gerbang pada
makam Sendang Duwur, Tuban.
ARSITEKTUR | makam
 Ornamen nisan sering menggunakan bentuk sulur-
suluran dan tanaman rambat (arabesque)
Nisan di Gresik
Nisan di Majapahit
Nisan di Madura
ARSITEKTUR | makam
Makam Imogiri
– Yogyakarta
Gerbang makam Sendang Duwur
– Tuban
ARSITEKTUR | makam
Makam di Sulawesi Selatan
Makam dengan nisan
menhir di Sumatera Barat
ARSITEKTUR | istana
Beberapa ciri khas istana pada masa
perkembangan Islam :
 Kebanyakan melanjutkan
Arca Dwarapala
perkembangan seni bangunan Hindu
dengan atap limas, gerbang bentar
(gapura), demikian pula dengan patung
raksasa Dwarapala yang menghiasi.
 Istana tidak hanya berfungsi sebagai
kediaman raja dan keluarga tapi juga
pusat kekuasaan politik dan pusat
perkembangan budaya dan tradisi.
ARSITEKTUR | istana
 Berdasarkan konsep kosmos magis, dan
istana merupakan pusat kekuatan
magis.
 Kompleks istana dilengkapi dengan
alun-alun, masjid dan pohon besar
seperti beringin, serta taman dan
kolam. Sekelilingnya dipagari tembok
dan parit, dan memiliki Gerbang utama
 Beberapa contoh istana dengan
pengaruh Islam Kuno antara lain:
Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan
Surakarta, Kanoman Cirebon, dll
ARSITEKTUR | Keraton Yogyakarta
ARSITEKTUR | Keraton Cirebon
ARSITEKTUR | Taman Sari Yogyakarta
ARSITEKTUR
TAMAN
SUNYARAGI
CIREBON
DAFTAR PUSTAKA
• Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1,
2 dan 3. Kanisius. Yogyakarta.
• Miksic, John (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 1 - Ancient
History. Didier Millet. Singapore
• Reid, Anthony (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 3 - Early
Modern History. Didier Millet. Singapore
• Tjahjono, G. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 6 Architecture. Didier Millet. Singapore
• Soemantri, H. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 7 - Visual Art.
Didier Millet. Singapore.
• Fox, James (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 9 – Religion and
Ritual. Didier Millet. Singapore
• McGlynn, J.H. (ed)(1998). Indonesian Heritage vol. 10 - Language
and literature. Didier Millet, Singapore