download

Aspek Hukum Dalam Ekonomi
LECTURE NOTES
ASPEK HUKUM DALAM
EKONOMI
GIOFEDI RAUF, S.H.,M.H
[email protected],[email protected]
Aspek Hukum Dalam Ekonomi
LEARNING OBJECTIVES
Pertemuan XXVI = PEMBUBARAN PERUSAHAAN
C–4
Mahasiswa dapat membandingkan pembubaran perusahaan dengan metode biasa (dikehendaki
para pihak) dengan metode pembubaran perusahaan yang tidak diinginkan oleh para pihak yakni
kepailitan disertai dengan pemahaman yang utuh akan syarat pengajuan kepailitan.
OUTLINE MATERI :
1. Kepailitan
2. Syarat pailit
3. Jangka Waktu
4. Upaya Hukum
5. Akibat kepailitan
6. PKPU
7. Jangka waktu PKPU
8. Akibat PKPU
9. Dikecualikan dari PKPU
Aspek Hukum Dalam Ekonomi
MATERI
PERTEMUAN XXVI – PEMBUBARAN PERUSAHAAN
Setelah pada pertemuan sebelumnya dibahas tuntas mengenai metode pembubran perusahaan
yang diinginkan oleh para pihak seperti penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan
pemisahan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, sekarang kita akan
membahas pembubaran perusahaan yang pada dasarnya tidak dikehendaki oleh para pihak yakni
kepailitan dan PKPU atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004.
Pailit dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan PKPU disebutkan
sebagai Sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas. Secara sederhana dapat dikatakan
bawa pailit adalah kehilangan segala hak untuk melkukan pengurusan terhadap harta yang
dimilikinya menurut undang-undang.
Sementara syarat-syarat kepilitan itu sendiri sebagaimana diatur dalam Undang-undang adalah
sebagi berikut :
•
(1) Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau
lebih kreditornya.
•
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga diajukan oleh kejaksaan
untuk kepentingan umum.
•
(3) Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan
oleh Bank Indonesia.
•
(4) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
Aspek Hukum Dalam Ekonomi
•
(5) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana
Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik,
permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Secara sederhana pailit dapat diajukan apabila minimal ada 2 (dua) keditor yang memiliki utang,
telah jatuh tempo dan ketika ditagihkan tidak dapat dibayarkan.
Proses kepailitan termasuk dalam ranah hukum yang khusus (lex specialis) sehingga dalam
undang-undangnya pun diatur hingga dengan hukum acara nya tersendiri, hingga pengadilan nya
pun khusus yakni pengadilan niaga. Jangka waktu pengajuan proses pailit itu sendiri juga cukup
singkat sebagaimana diatur dalam Undang-undang yakni hanya diberikan waktu 60 hari dari
mulai pengajuan hingga dengan putusan. Upaya hukm yang dapat dilakukan terhadap putusan
pailit itu sendiri juga cukup istimewa yakni hanya dapat dilakukan kasasi dalam jangka waktu
hanya 7 hari setelah putusan diucapkan.
Sementara itu akibat kepailitan sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang nomor 37 tahun
2004 adalah sebagai berikut :
•
Pasal 21
•
Kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan pernyataan pailit
diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.
•
Pasal 22
•
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 tidak berlaku terhadap:
•
a. benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh Debitor sehubungan dengan
pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan,
tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh Debitor dan keluarganya, dan
bahan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi Debitor dan keluarganya, yang terdapat di
tempat itu;
•
b. segala sesuatu yang diperoleh Debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian
dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan,
sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; atau
Aspek Hukum Dalam Ekonomi
•
c. uang yang diberikan kepada Debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah
menurut undang-undang.
•
Pasal 23
•
Debitor Pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 meliputi istri atau
suami dari Debitor Pailit yang menikah dalam persatuan harta.
•
Pasal 24
•
(1) Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya
yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
•
(2) Tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak pukul 00.00
waktu setempat.
•
(3) Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer
dana melalui bank atau lembaga selain bank pada tanggal putusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), transfer tersebut wajib diteruskan.
•
(4) Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan Transaksi
Efek di Bursa Efek maka transaksi tersebut wajib diselesaikan.
Dapat dilihat dari ketentuan tersebut debitor yang diajukan pailit benar-benar kehilangan hak nya
untuk melakukan pengurusan terhadap hartanya kecuali benda, termasuk hewan yang benarbenar dibutuhkan oleh Debitor sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat
medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang
dipergunakan oleh Debitor dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi
Debitor dan keluarganya, yang terdapat di tempat itu, segala sesuatu yang diperoleh Debitor dari
pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang
tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; atau uang yang
diberikan kepada Debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut undangundang.
Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Sementara PKPU adalah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yakni proses penjadwalan
kembali utang ditengah proses kepailitan yang sedang diajukan. Dalam undang-undang sendiri
disebutkan bahwa PKPU adalah Ketika Proses kepailitan berlangsung ada pilihan hukum lain
yang dapat ditempuh oleh para pihak yakni PKPU atau penundaan kewajiban pembayaran utang.
Sementara jangka waktu PKPU adalah tidak boleh melebihi 270 hari setelah PKPU disepakati
dan diputuskan oleh majelis hakim.
Akibat dari dicapainya kesepakatan PKPU ditengah proses kepilitan yang sedang berlangsung
adalah debitor tidak dapat dipaksa membayar utang, sebagaimana yang didalilkan dalam gugatan
kepailitan serta Eksekusi lain yang telah dimulai harus ditangguhkan.
Ada beberapa hal yang dikecualikan dari PKPU, yakni :
•
Tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tangungan, hipotek atau hak
agunan atas kebendaan lainnya.
•
Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan atau pendidikan yang sudah harus dibayar dan
hakim pengawasa harus menentukan jumlah tagihan yang sudah ada dan belum dibayar
sebelum PKPU dan bukan merupakan tagihan dengan hak yang di istimewakan
•
Tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik debitor maupun terhadap
seluruh harta debitor.
Sementara itu upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap PKPU hanyalan Peninjauan Kembali
dalam jangka waktu 180 hari.
Aspek Hukum Dalam Ekonomi
SIMPULAN
Selalin dari pembubaran perusahaan yang diinginkan oleh para pihak, ada juga pembubaran
perusahaan yang pada dasarnya tidak dinginkan oleh para pihak, yakni pailit dalam ranah hukum
kepailitan. Syarat dan akibat kepailitan begitu jelas diatur dalam undang-undang nomor 37 tahun
2004 tentang kepailitan dan PKPU sehingga sanat penting dipahami bagi para pelaku usaha dan
calon pelaku usaha.
Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Daftar Pustaka/Referensi
Boerhanoedin Sutan Batoeah et al, Kamus Istilah Hukum Fockema andreae, Bina Cipta,
Bandung, 19830
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai
Pusataka, Jakarta, 2003.
Garner A Bryan (ed) Black’s Law Dictionary Seventh Edition, West Group, St Paul
Minnessota, 1999.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepilitan dan PKPU.