download

Matakuliah
Tahun
: F0422 - Pengantar Hukum Perdata dan Dagang
: 2009
PAILIT
PERTEMUAN 11
Learning Outcomes
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa
akan mampu :
• Menjelaskan pailit secara hukum, aspek kepailitan dan syarat penundaan pembayaran (C2)
Bina Nusantara University
2
Outline Materi
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
SUMBER HUKUM
PERNYATAAN PAILIT
AKIBAT HUKUM PERNYATAAN PAILIT
BALAI HARTA PENINGGALAN
PEMBERESAN HARTA PAILIT
SUMBER HUKUM PENUNDAAN PEMBAYARAN
SEBAB PENUNDAAN PEMBAYARAN DAN PAILIT
PROSEDUR PENUNDAAN
PEMELIHARA
IZIN PENUNDAAN
AKIBAT HUKUM
Sejarah dan Dasar Hukum:
• Sebelum tahun 1998 Kepailitan diatur dalam Faillissement Verordening Stb. Tahun
1905 No. 217 jo Stb Tahun 1906 No. 348, tetapi sejak tahun 1998 Kepailitan diatur
dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1998 tentang Kepailitan.
• Undang-undang No. 1 Tahun 1998 merupakan perlindungan bagi kepentingan
para kreditor umum atau kreditor konkuren yang didasarkan pada Pasal 1131 dan
Pasal 1132 KUH Perdata, dimana dalam Pasal 1131 KUH Perdata menentukan
bahwa seluruh harta benda seseorang baik yang telah ada sekarang maupun yang
akan ada, baik bergerak maupun tidak bergerak menjadi jaminan bagi seluruh
perikatannya, sedangkan Pasal 1132 KUH Perdata, menyatakan kebendaan
menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan kepadanya,
pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan yang
menurut besar kecilnya piutang masing-masing kecuali apabila di antara para
berpiutang itu ada alasan yang sah untuk didahulukan.
Pengertian :
• Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1998, tentang Kepailitan
memberikan pengertian bahwa seorang kreditor dapat mengajukan
kepailitan kepada Pengadilan Niaga apabila telah memnuhi 2 (dua) yaitu:
1. Dalam keadaan berhenti membayar, yaitu apabila seorang
debitor sudah tidak mampu lagi atau tidak membayar utangutangnya, dan
2. Harus ada lebih dari seorang kreditor di mana salah satu dari
mereka piutangnya sudah dapat ditagih.
Pengertian :
• Permohonan pernyataan pailit dan penundaan pembayaran kewajiban
pembayaran utang, diperiksa dan diputuskan oleh Pengadilan Niaga
yang berada di lingkungan Peradilan Umum. Pengadilan Niaga akan
memeriksa dan memutuskan perkara pada tingkat pertama dengan
hakim majelis.
• Keputusan Pengadilan Niaga di tingkat Pertama yang menyangkut
permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran
utang, hanya dapat diajukan Kasasi kepada Mahkamah Agung, dan
dapat diajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung.
Tujuan Kepailitan :
• Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para kreditur
atas kekayaan debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan
menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur
dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing.
• Lembaga kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang memberikan
suatu solusi terhadap para pihak apabila debitur dalam keadaan berhenti
membayar/tidak mampu membayar. Lembaga kepailitan pada dasarnya
mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu :
Tujuan Kepailitan :
• Pertama, kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditur
bahwa debitur tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab
terhadap semua hutang-hutangnya kepada semua kreditur.
• Kedua, kepailitan sebagai lembaga yang juga memberi perlindungan
kepada debitur terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh krediturkrediturnya. Jadi keberadaan ketentuan tentang kepailitan baik sebagai
suatu lembaga atau sebagai suatu upaya hukum khusus merupakan satu
rangkaian konsep yang taat asas sesuai dengan ketentuan sebagaimana
diatur dalam pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata.
Syarat-Syarat Kepailitan :
Dalam undang-undang kepailitan, persyaratan untuk dapat dipailitkan sungguh sangat
sederhana. Pasal 1 ayat (1) UUK, menentukan bahwa yang dapat dipailitkan adalah debitur
yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri maupun
atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.
Syarat-Syarat Kepailitan (2):
1.
2.
•
•
Dari paparan di atas, maka telah jelas, bahwa untuk bisa dinyatakan pailit,
debitur harus telah memenuhi dua syarat yaitu :
Memiliki minimal dua kreditur;
Tidak membayar minimal satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Kreditur yang tidak dibayar tersebut, kemudian dapat dan sah secara hukum
untuk mempailitkan debitur, tanpa melihat jumlah piutangnya.
Undang-Undang Kepailitan kita, sekali lagi memang sangat mempermudah
proses kepailitan. Sebagai contoh, Pasal 6 ayat (3) UUK menentukan bahwa
permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan
pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) telah terpenuhi.
Syarat-Syarat Kepailitan (3) :
Bunyi pasal di atas dengan tegas menyatakan bahwa Hakim harus
mengabulkan, bukan dapat mengabulkan, jika telah terbukti secara
sederhana. Yang dimaksud terbukti secara sederhana adalah kreditur
dapat membuktikan bahwa debitur berutang kepadanya, dan belum
dibayarkan oleh debitur kepadanya padahal telah jatuh tempo dan dapat
ditagih. Kemudian kreditur tersebut dapat membuktikan di depan
pengadilan, bahwa debitur mempunyai kreditur lain selain dirinya. Jika
menurut hakim apa yang disampaikan kreditur atau kuasanya benar,
tanpa melihat besar kecilnya jumlah tagihan kreditur, maka hakim harus
mengabulkan permohonan kepailitan yang diajukan oleh kreditur
tersebut.
Pihak-Pihak yang Berhak Mengajukan Pailit :
1.
2.
3.
4.
Dalam Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1998, yang berhak mengajukan
kepailitan adalah:
Debitor sendiri,
Seorang atau lebih Kreditor,
Kejaksaan mewakili untuk kepentingan umum,
Bank Indonesia, apabila menyangkut debitur merupakan Bank
Akibat Hukum Pernyataan Pailit :
• Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam), apabila menyangkut dg Pasal
6 ayat (4) putusan atas permohonan pernyataan pailit harus ditetapkan
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan.
• Putusan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu,
meskipun terhadap putusan diajukan suatu upaya hukum.
Akibat Hukum Pernyataan Pailit (2):
•
1.
2.
Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum ditetapkan,
setiap kreditor atau kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepada
Pengadilan untuk:
Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan
debitor, atau,
Menunjuk kurator sementara untuk:
• Mengawasi pengelolaan usaha debitor, dan
• Mengawasi pembayaran kepada kreditor, pengalihan atau
penggunaan kekayaan debitor dalam rangka kepailitan
memerlukan persetujuan kurator.
Akibat Dari Pernyataan Pailit (3): Balai Harta Peninggalan dan
Pemberesan Harta Pailit
• Pernyataan pailit, mengakibatkan debitur demi hukum kehilangan hak
untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam
kepailitan, terhitung sejak pernyataan putusan kepailitan.
• Dengan ditiadakannya hak debitur secara hukum untuk mengurus
kekayaannya, maka oleh Undang-Undang Kepailitan ditetapkan bahwa
terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, KURATOR
berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan atas
harta pailit, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau
peninjauan kembali. Kurator tersebut ditunjuk bersamaan dengan Hakim
Pengawas pada saat putusan pernyataan pailit dibacakan.
Akibat Dari Pernyataan Pailit (4): Balai Harta Peninggalan dan
Pemberesan Harta Pailit
• Dengan demikian jelaslah, bahwa akibat hukum bagi debitur setelah dinyatakan
pailit adalah bahwa ia tidak boleh lagi mengurus harta kekayaannya yang
dinyatakan pailit, dan selanjutnya yang akan mengurus harta kekayaan atau
perusahaan debitur pailit tersebut adalah Kurator.
• Untuk menjaga dan mengawasi tugas seorang kurator, pengadilan menunjuk
seorang hakim pengawas, yang mengawasi perjalan proses kepailitan
(pengurusan dan pemberesan harta pailit).
Tugas Kurator (1):
• Deskripsi tugas seorang kurator maupun pengurus dalam kepailitan tersebar
dalam pasal-pasal di Undang-undang Kepailitan (UUK). Namun tugas kurator
dan pengurus yang paling fundamental (sebagaimana diatur dalam ps. 67(1)
UUK), adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit.
• Dalam melakukan tugas ini kurator maupun pengurus memiliki satu visi utama,
yaitu mengambil keputusan yang terbaik untuk memaksimalkan nilai harta pailit.
Tugas Kurator (2):
•
Lebih jauh lagi tugas kurator pengurus dapat dilihat pada job description
dari kurator pengurus, karena setidaknya ada 3 jenis penugasan yang
dapat diberikan kepada kurator pengurus dalam hal proses kepailitan,
yaitu :
1. Sebagai Kurator Sementara
• Kurator sementara ditunjuk dengan tujuan untuk mencegah
kemungkinan debitur melakukan tindakan yang mungkin dapat
merugikan hartanya, selama jalannya proses beracara pada pengadilan
sebelum debitur dinyatakan pailit. Tugas utama kurator sementara
adalah untuk :
A. Mengawasi pengelolaan usaha debitur; dan
B. Mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau pengagunan
kekayaan debitur yang dalam rangka kepailitan memerlukan kurator (ps.
7 UUK).
Tugas Kurator (3):
• secara umum tugas kurator sementara tidak banyak berbeda dengan
pengurus, namun karena pertimbangan keterbatasan kewenangan dan
efektivitas yang ada pada kurator sementara, maka sampai saat ini sedikit
sekali terjadi penunjukkan kurator sementara.
Tugas Kurator (4):
2. Sebagai Pengurus
• Pengurus ditunjuk dalam hal adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU). Tugas pengurus hanya sebatas menyelenggarakan
pengadministrasian proses PKPU, seperti misalnya melakukan
pengumuman, mengundang rapat-rapat kreditur, ditambah dengan
pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan usaha yang dilakukan oleh
debitur dengan tujuan agar debitur tidak melakukan hal-hal yang
mungkin dapat merugikan hartanya.
• Perlu diketahui bahwa dalam PKPU debitur masih memiliki kewenangan
untuk mengurus hartanya sehingga kewenangan pengurus sebatas
hanya mengawasi belaka.
Tugas Kurator (5):
3. Sebagai Kurator
• Kurator ditunjuk pada saat debitur dinyatakan pailit, sebagai akibat dari
keadaan pailit, maka debitur kehilangan hak untuk mengurus harta
kekayaannya, dan oleh karena itu kewenangan pengelolaan harta pailit
jatuh ke tangan kurator.
• Dari berbagai jenis tugas bagi Kurator dalam melakukan pengurusan dan
pemberesan, maka dapat disarikan bahwa kurator memiliki beberapa
tugas utama, yaitu :
Tugas Kurator (6):
A. Tugas Administratif
• Dalam kapasitas administratifnya Kurator bertugas untuk
mengadministrasikan proses-proses yang terjadi dalam kepailitan,
misalnya melakukan pengumuman (ps. 13 (4) UUK); mengundang rapatrapat kreditur; mengamankan harta kekayaan debitur pailit; melakukan
inventarisasi harta pailit (ps. 91 UUK); serta membuat laporan rutin
kepada hakim pengawas (ps. 70 B (1) UUK).
• Dalam menjalankan kapasitas administratifnya Kurator memiliki
kewenangan antara lain a) kewenangan untuk melakukan upaya paksa
seperti paksa badan (ps. 84 (1) UUK), b) melakukan penyegelan (bila
perlu) (ps. 90 (1) UUK)
Tugas Kurator (7):
B.
•
Tugas Mengurus/mengelola harta pailit
Selama proses kepailitan belum sampai pada keadaan insolvensi (pailit), maka
kurator dapat melanjutkan pengelolaan usaha-usaha debitur pailit
sebagaimana layaknya organ perseroan (direksi) atas ijin rapat kreditur (ps. 95
(1) UUK). Pengelolaan hanya dapat dilakukan apabila debitur pailit masih
memiliki suatu usaha yang masih berjalan.
Tugas Kurator (8):
• Kewenangan yang diberikan dalam menjalankan pengelolaan ini
termasuk diantaranya a) kewenangan untuk membuka seluruh
korespondensi yang ditujukan kepada debitur pailit (ps. 14 jo ps. 96 UUK)
b) kewenangan untuk meminjam dana pihak ketiga dengan dijamin
dengan harta pailit yang belum dibebani demi kelangsungan usaha (ps. 67
(3)-(4) UUK) c) kewenangan khusus untuk mengakhiri sewa, memutuskan
hubungan kerja, dan perjanjian lainnya.
C. Tugas Melakukan penjualan-pemberesan
• Tugas yang paling utama bagi Kurator adalah untuk melakukan
pemberesan. Maksudnya pemberesan di sini adalah suatu keadaan
dimana kurator melakukan pembayaran kepada para kreditor konkuren
dari hasil penjualan harta pailit.
Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Pengurusan Harta Pailit :
Dalam penguasaan dan pengurusan harta pailit yang terlibat tidak
hanya kurator, tetapi masih terdapat pihak-pihak lain yang terlibat
yaitu:
1. Hakim Pengawas.
2. Kurator.
3. Panitia Para Kreditor.
4. Rapat Para Kreditor.
Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Pengurusan Harta Pailit :
Dalam penguasaan dan pengurusan harta pailit yang terlibat tidak
hanya kurator, tetapi masih terdapat pihak-pihak lain yang terlibat
yaitu:
1. Hakim Pengawas.
2. Kurator.
3. Panitia Para Kreditor.
4. Rapat Para Kreditor.
Penundaan Pembayaran (1):
•
•
Pasal 212 Undang-Undang No. 1 Tahun 1998 memberikan kesempatan
kepada seorang debitor yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia
tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah
jatuh waktu dan dapat ditagih untuk meminta penundaan pembayaran
(surseance van betaling) kepada pengadilan Niaga.
Penundaan pembayaran diajukan oleh debitor kepada Pengadilan Niaga
bilamana debitor dalam keadaan masih maupun membayar utangutangnya akan tetapi memerlukan waktu untuk membayar.
Penundaan Pembayaran (2): Izin Penundaan dan Akibat
Hukum
•
•
Didalam penundaan pembayaran, debitor tidak hilang haknya untuk
menguasai dan mengurus harta kekayaan, namun demikian dalam
mengurus harta kekayaannya debitur harus dibantu oleh seorang atau
lebih pengurus.
Pengurus berkewajiban untuk memberi laporan kepada Pengadilan
Niaga tentang keadaan harta kekayaan debitor setiap triwulan.
Penundaan Pembayaran (3): Izin Penundaan dan Akibat Hukum
•
•
Dengan adanya penundaan pembayara yang bersifat definitive, gugurlah
semua penyitaan dan penyanderaan, akan tetapi penundaan pembayaran tidak
menahan jalannya diadakan perkara perkara yang sedang bergantung dan tidak
menghalangi diadakan perkara-perkara baru.
Oleh karena itu selama penundaan pembayaran debitor tidak dapat dipaksa
untuk membayar utang-utangnya yang dikenakan penundaan pembayaran.
DISKUSI DAN TANYA JAWAB