Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 25 POPULASI DAN URBANISASI MATERI: Kependudukan Sejarah dan Teori Pertumbuhan Populasi Urbanisasi Learning Outcome Mahasiswa dapat menghubungkan faktor perkembangan penduduk dengan fenomena urbanisasi Bina Nusantara I. Kependudukan 1.1. Pengertian Penduduk Penduduk (Lawang,1986) adalah sejumlah atau sekumpulan orang yang memiliki satu karakteristik atau lebih yang sama untuk orang itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar konsep mengenai penduduk. Penduduk sebagai konsep yang kita pelajari dalam sesi ini adalah penduduk dalam pengertian sosiologik dan bukan dalam pengertian penduduk sebagai konsep sosial. Penduduk sebagai konsep sosial erat berkaitan dengan konsep warga, atau penghuni suatu wilayah yang dalam bahasa inggris disebut inhabitant atau zitizen. Konsep penduduk yang kita maksudkan di sini sebagaimana yang telah dirumuskan di atas adalah konsep sosiologik statistik. Dari defenisi di atas ada beberap elemen yang perlu kita uraikan lebih lanjut. Bina Nusantara a) Bahwa dalam konsep penduduk (population) selalu ada artian jumlah atau kumpulan b) Jumlah atau kumpulan ini selalu ditandai oleh adanya karakteristik (boleh satu karakteristik, boleh lebih dari satu) yang membedakan mereka dari orang lain yang tidak memiliki karakteristik itu. Salah satu karakteristik itu adalah pola atau sistem interaksi, perasaan-perasaan subjektif yang ada hubungannya dengan individu. Itu berarti statistik membantu menghitung jumlah populasi sedangkan sosiologi membantu menunjukan karakteristik yang relevan dengan permasalahan sosial atau perencanaan atau perkembangan sosial. Bina Nusantara Penduduk dalam pengeritan sosiologi selalu berkaitan dengan manusia. Oleh karena itu terjemahan populasi dalam statistik tidak dapat digunakan dalam konteks sosiologik. Dalam statistik populasi tidak hanya menyangkut manusia tetapi juga yang bukan manusia, sedangkan dalam sosiologi, populasi hanya berkaitan dengan manusia dan dalam konteks ini sosiologi memperhatikan karakteristik dari suatu populasi Misalnya kita ambil julah penduduk Indonesia tahun 1980 berjumlah 146.776.473 jiwa. Dari jumlah penduduk seperti itu dicarilah karakteristik-karakteristik seperti usia, seks, agama, ras, etnis dan lain sebagainya. Berdasarkan karakteristik ini kita mau mencari penduduk yang karakteristiknya homogen, atau sama. Misalnya dalam konteks karakteristik agama; penduduk indonesia terdiri dari agama Islam, Katolik, Hindu, Budha dan Protestan. Atau dari segi usia penduduk Indonesia terdiri dari usia produktif lebih banyak dari pada usia tidak produktif. Pembedaan karakteristik sangat penting untuk mengetahui model interaksi sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat. Bina Nusantara 1.2. Komposisi Penduduk Penjelasan etimologik (Ibid) mungkin dapat membantu kita untuk mengerti konsep komposisi penduduk. Ada dua kata latin yang digabung di sini yakni com dan ponere. Com berarti bersama-sama, sedangkan ponere berarti meletakan. Itu berarti bahwa kata komposisi itu sendiri sudah mengandaikan paling kurang ada dua komponen atau bagian yang diletakan bersama-sama dan membentuk keseluruhan; dan keseluruhan disini harus diartikan dalam hubungannya dengan penduduk atau jumlah. Jadi komposisi penduduk tidak lain dari pada karakteristik-karakteristik seperti usia, seks, status perkawinan, pendapatan, tempat kelahiran, bahasa, agama dan lain sebagainya. Bina Nusantara 2. Sejarah dan Teori Pertumbuhan Penduduk Penelitian-penelitian mengenai perkembangan populasi masyarakat memiliki karakteristik tertentu pada setiap periodenya. Pada periode di mana teknologi berlum berkembang dengan pesat seperti saat ini dan manusai merupakan tenaga utama yang diandalakan dalam pengelolaan tanah, pertumbuhan penduduk sangat tinggi. Pada periode ini belum ada alat untuk mengotrol kelahiran. Namun ada kenyataan lain juga bahwa pada masa ini tingkat kematian juga tinggi. Tingkat kematian yang tinggi ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan manusia untuk mengatasi penyakit. Oleh karena itu pada dasarnya tingkat fertilitas dan mortalitas pada periode ini cukup seimbang. Pertumbuhan populasi berjalan lambat. Namun kurang lebih 250 tahun yang lalu pertumbuhan penduduk dunia semakin tidak terkontrol lagi. Hal ini telah menarik perhatian para ilmuwan baik untuk memikirkan bagaiman mengotrol kelahiran maupun menganalisa kemungkinan yang akan terjadi dengan pertambahan penduduk yang begitu luar biasa. Seperti yang diprediksikan oleh Roberthus Maltus, bahwa bila kelahiran tidak dapat dikontrol, maka akan terjadi kekacauan sosial. Kekacauan ini disebabkan oleh konflik merebut sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu Malthus menganjutkan pentingnya mengontrol kelahiran. Bina Nusantara 2.1. Malthusian Theory Robert Malthus (1766-1844) menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan kekacauan sosial. Pertumbuhan penduduk ini disebabkan oleh rata-rata angka kelahiran yang tinggi. Angka kelahiran yang tinggi menurut Malthus merefleksikan nafsu tanpa batas antara seks. Oleh karena itu Malthus menganjurkan supaya kelahiran harus dibatasi. Pembatasan kelahiran dapat ditentukan oleh dua faktor menurut Malthus yakni positive checks dan preventive checks. Positive shecks termasuk perang dan penyakit sedangkan preventive checks termasuk penggunaan alat-alat artifisial untuk mengontrol kelahiran. Termasuk dalam kategori preventive checks ini adalah sexual abstinence dan menolak untuk menikah. Malthus sendiri lebih memilih sexual abstinence atau tidak menikah. Malthus menolak penggunaan alat-alat artifisial untuk mengontrol kelahiran. Bina Nusantara 2.2. Demographic Transition Theory Teori ini menghubungkan pola-pola populasi dengan tingkat perkembangan teknologi suatu masyarakat. Teori ini menunjukan tiga tingkat transisi demografi pada masyarakat berdasarkan perkembangan teknologi. 2.2.1. Tingkat 1 Pada tingkat ini, karakteristik masyarakat adalah masyarakat agraris pra industri. Pada masyarakat seperti ini tingkat kelahiran sangat tinggi. Tingginya tingka kelahiran ini disebabkan oleh karena pertama, anak-anak merupakan sumber daya bernilai untuk menyediakan tenaga kerja dan kedua, tidak adanya alat-alat untuk mengontrol kelahiran secara efektif. 2.2.2. Tingkat 2 Pada tingkat ke dua ini transisi demografi coincides dengan industrialisasi. Perkembangan tekonologi memperluas suplai makanan dan menyediakan alat-alat yang efektif untuk untuk mengatasi penyakit. Tingka kelahiran tetap tinggi pada masa ini, tetapi Bina Nusantara tingkat kematian dapat ditekan secara tajam. 2.2.3. Tingkat 3 Pada level ini masyarakat memiliki ekonomi industri yang sangat maju dengan standar-standar kehidupan yang lebih tinggi termasuk dalam hal ini adalah biaya yang sangat tinggi untuk pemeliharaan anak. Dalam masyarakat seperti ini banyak keluarga yang tidak stabil secara ekonomi dan bahkan banyak juga wanita yang bekerja di luar luar rumah. Kondisi seperti ini secara alami mengontrol kelahiran. Tingkat kelahiran sangat rendah dalam konteks masyarakat seperti ini dan di samping itu tingkat kematianpun sangat rendah. Jadi ada keseimbangan dalam hal fertilitias dan mortalitas. Bina Nusantara 3. Urbanisasi Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Ada banyak alasan mengapa orang pindah dari desa ke kota. Namun alasan-alasan paling lasim adalah pendidikan dan pencarian lapangan kerja. Hal ini merefleksikan tingkat pertumbuhan ekonomi, industri tidak merata tiap pada setiap daerah. Di kota pertumbuhan ekonomi sangat tinggi yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan tenaga kerja sedangkan di desa pertumbuhan ekonomi cukup lambat sementara tingkat angkatan kerja sangat besar. Demikianpun halnya dengan pendidikan. Hampir semua lembaga pendidikan yang baik dan berkualitas bertumbuh subur di kota sementara di desa pada umumnya hanya menyediakan pendidikan dasar. Hal ini mengakibatkan banyak anak-anak muda pergi ke kota untuk melajutkan pendidikan dan setelah pendidikan usai merekapun rata-rata mencari pekerjaan di kota. Bina Nusantara
© Copyright 2024 Paperzz