download

Matakuliah
Tahun
Versi
: S0634/Hidrologi dan Sumber Daya Air
: 2006
:
Pertemuan 25
Reservoir dan DAM
1
Learning Outcomes
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa
akan mampu :
•
Mahasiswa dapat menunjukkan pengelolaan reservoir dan bendungan
sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya air
2
Outline Materi
• Materi 1 : Reservoir
• Materi 2 : DAM
3
Reservoir dan Dam
1. Pembagian tipe bendungan
2. Bendungan Urugan
3. Bendungan Beton
4. Penelitian
5. Perencanaan
6. Pondasi Bendungan
7. Bangunan Pelengkap dan Pembantu
4
Pengelolaan Sumber Daya Air
• Umum
Indonesia dengan luas daratan hampir 200 juta hektar, mempunyai
curah hujan bervariasi antara 700 mm – 7000 mm per tahun dengan
curah hujan rata-rata 2640 mm per tahun.
Tingkat penguapan antara 1000 mm – 1500 mm per tahun dengan
rata-rata penguapan 1400 mm setahun.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan sebanyak 260
juta jiwa pada tahun 2020, diperkirakan potensi air per jiwa per
tahun adalah 9200 m3 yang berarti lebih tinggi dibandingkan
dengan standar WHO yang 2000 m3, namun untuk Pulau Jawa
1360 m3.
5
 Bahkan untuk saat ini di Pulau Jawa dengan potensi air
1750 m3/jiwa/tahun, diakui telah terjadi krisis air. Perlu diketahui bahwa tidak semua potensi tsb dapat
dimanfaatkan,hanya sekitar 25%-35% dari potensi tsb
berupa aliran man-tap.Sedangkan sisanya sebesar 65%75% berupa aliran tidak mantap, mis:banjir yg mengalir
dalam waktu singkat ke laut. Sehingga jumlah air yang
dapat dijamin tersedia hanyalah sebesar aliran man-tapnya
atau 450 m3/jiwa setahun untuk Pulau Jawa, sedangkan
rata-rata untuk seluruh Indonesia 3000 m3/jiwa setahun.
 Untuk itu perlu dilakukan usaha pengem-bangan sumber
daya air secara kompre-hensif, terpadu dan seimbang.
 Komprehensif dimaksudkan sebagai peninjauan yang
dilakukan secara menyeluruh, terpadu dilakukan secara
terkoordinasi menjadi satu kesatuan sistem dan seimbang
dimaksudkan melakukan sesuatu secara seimbang dari
berbagai aspek dan kepentingan.
6
• Penanganan yang sesuai dan efektif untuk memenuhi hal tsb
adalah dengan pendekatan pengembangan wilayah sungai
dengan menggunakan Satuan Wilayah Sungai (SWS),
sebagai satuan perencanaan dan pengembangan atau satu
wilayah satuan sungai menjadi satu kesatuan pengelolaan
manajemen.
• Perkembangan Konsepsi
• Di Indonesia, pengelolaan sumber daya air dimulai pada
pertengahan abad ke-19 dengan tujuan utama untuk irigasi
dan drainase. Wilayah sungai yang pertama dikembangkan
adalah Pemali, Comal, Tuntang, Serang yang semuanya
terletak di Jawa Tengah dan Brantas di Jawa Timur yang
dilaksanakan pada sekitar tahun 1850.
• Pengelolaan wilayah-wilayah sungai tsb masih menggunakan
konsep yang seder-hana, tetapi pada perkembangan selanjutnya menunjukkan adanya pemikiran sungai sebagai suatu
kesatuan.
7
• Konsep yang lebih baru timbul pada tahun 1948,
dikemukakan oleh Prof. Dr. Ir. WJ van Blommestein, Insinyur
Kepala Bagian Irigasi dan Drainasi, Departemen Pekerjaan
Umum di Jakarta, dalam kertas karyanya yang berjudul “A
Federal Welfare Plan of the Western of Java, Desember
1948”.
• Sejak tahun 1985 konsepsi-konsepsi yang modern
dikembangkan oleh berbagai pejabat ahli di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum dan akhirnya melembaga pada
kebijaksanaan perencanaan pengembangan wilayah sungai
yang sekarang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Pengairan.
• Konsepsi pengelolaan sumber daya air mempunyai beberapa
tingkatan :
• Pengelolaan pada tingkat sub wilayah sungai
• Pengelolaan pada tingkat satuan wilayah sungai
• Pengelolaan antar wilayah sungai (trans basin develop-ment)
8
Model Pengelolaan Sumber
Daya Air di Indonesia
 Pengembangan Wilayah Sungai Citarum
 Merupakan model pengelolaan satu kesatuan wilayah
sungai dengan sistem lebih dari satu waduk atau sumber
daya air untuk mengelola beberapa macam kepentingan,
yaitu drainase kota, penyediaan air minum, irigasi,
reklamasi rawa dan pembangkit tenaga listrik.
 Pengembangan Wilayah Sungai Kali Brantas
 Menggunakan prinsip “one river, one plan, one management”, satu sungai mempunyai satu perencanaan dan
satu pengelolaan yang terpadu dan membe-rikan hasil
yang optimal mulai dari bagian hulu hingga bagian hilir.
9
 Tujuan utama adalah pengendalian banjir dan pengendalian
sedimentasi yang berasal dari lahar hasil letusan gunung
Kelud, disamping pemanfaatan air untuk keperluan irigasi,
tenaga listrik, air minum, rekreasi dan perikanan.

Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo
 Sebagai dasar pengelolaannya adalah Rencana Induk
Pengembangan Wilayah Bengawan Solo, tahun 1974.
Merupakan model dengan sistem lebih dari satu waduk untuk
memenuhi berbagai kebu-tuhan ialah pengendalian banjir,
irigasi, penyediaan air bersih dan pembangkit tenaga listrik.
 Secara umum, pengembangan wilayah sungai di Indonesia
merupakan model pengelolaan dengan sistem yang
kompleks, terdiri dari beberapa sumber daya air atau waduk
yang mempunyai fungsi yang saling terkait untuk memenuhi
berbagai kebutuhan, terutama pengendalian banjir dan
sedimentasi, pembangkit listrik, irigasi, air baku untuk
perkotaan dan industri dalam satu kesatuan pengelolaan /
manajemen.
10