download

Matakuliah
Tahun
: O0222 - Opini Publik
: 2009
TEKNIK POLLING DAN OPINI PUBLIK
Pertemuan 9
Tujuan
• Mahasiswa dapat menghubungkan pengaruh opini publik dengan
penentuan kemenangan dalam voting politik
Bina Nusantara University
3
Materi
•
•
•
•
Pengertian Voting
Sistem Voting Konvensional Indonesia
Ideologi dan Opini
Partisan dan Opini
Bina Nusantara University
4
Pengertian Voting
• Voting telah menjadi salah satu metode untuk
mengambil keputusan penting dalam kehidupan
manusia. voting digunakan mulai dari tingkat masyarakat
terkecil, yaitu keluarga, sampai dengan sebuah negara.
• Voting digunakan untuk menghimpun aspirasi dari
seluruh elemen masyarakat, dan kemudian menemukan
jalan keluar yang dianggap paling baik untuk
menyelesaikan permasalahan.
Bina Nusantara University
5
• Dalam negara yang menganut sistem politik
demokrasi,voting digunakan untuk mengambil keputusan
negara yang sangat krusial, antara lain adalah untuk
memilih wakil-wakil rakyat, atau untuk memilih pemimpin
negara yang baru. Akan tetapi, tidak seluruh warga
negara dapat memberikan suara mereka dalam voting.
Terdapat beberapa persyaratanyang harus dipenuhi oleh
warga negara tersebut untuk mendapatkan haknya, dan
negara wajib untuk melindungi warganegara tersebut
dalam memberikan suaranya. Oleh karena itu, voting
membutuhkan prosedur pelaksanaan yang
dapatmenjamin kerahasiaan dan keabsahan dari hasil
pelaksanaan voting tersebut.
6
Bina Nusantara University
Sistem Voting Konvensional Indonesia
• Secara garis besar, voting dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
tahapan kegiatan, yaitu pendaftaran parapemilih,
pemungutan suara dan penghitungan hasil.
Dalamsistem voting standar, pada masing-masing
tahapan masihmenggunakan proses manual dengan
menggunakan banyaktenaga manusia dalam
melaksanakan tahapan-tahapan terse-but.
• Dalam pelaksanaan voting, sering terjadi kesalahankesalahan yang disebabkan oleh human error, atau disebabkan karena sistem pendukung pelaksanaan voting
yangtidak berjalan dengan baik. Berikut ini adalah
beberapa permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
voting di Indonesia selama ini:
7
Bina Nusantara University
1. Banyak terjadi kesalahan dalam proses pendaftaran pe-milih.
Kesalahan ini terjadi karena sistem kependuduk-an yang
masih belum berjalan dengan baik.
2. Pemilih salah dalam memberi tanda pada kertas
suara,karena ketentuan keabsahan penandaan yang kurang
je-las, sehingga banyak kartu suara yang dinyatakan tidak
sah.
3. Proses pengumpulan kartu suara yang berjalan
lambat,karena perbedaan kecepatan pelaksanaan
pemungutansuara di masing-masing daerah.
4. Proses penghitungan suara yang dilakukan di setiap da-erah
berjalan lambat karena proses tersebut harus me-nunggu
semua kartu suara terkumpul terlebih dahulu
Bina Nusantara University
8
5. Keterlambatan dalam proses tabulasi hasil penghitung-an
suara dari daerah. Kendala utama dari proses tabu-lasi ini
adalah kurangnya variasi metode pengumpulanhasil
penghitungan suara. Hal ini disebabkan oleh ma-sih
lemahnya infrastruktur teknologi komunikasi di da-erah. Oleh
karena itu, seringkali pusat tabulasi harusmenunggu data
penghitungan yang dikirimkan dari da-erah dalam jangka
waktu yang
6. Permasalahan yang terpenting adalah kurang terjamin-nya
kerahasiaan dari pilihan yang dibuat oleh seseo-rang. Banyak
pemilih mengalami tekanan dan ancamandari pihak tertentu
untuk memberikan suara mereka ke-pada pihak tertentu.
Lebih buruk lagi, terjadi “jual-belisuara“ di kalangan
masyarakat tertentu, sehingga ha-sil voting tidak mewakili
kepentingan seluruh golonganmasyarakat.lama.
Bina Nusantara University
9
Opini dan Voting
• Apa yang membuat seseorang memilih (vote) kandidat
sebagai presiden? Kebanyakan memiliki pendapat yang
berbeda. Akan tetapi Sobel dan Shiraev (2006)
menyebutkan bahwa kebanyakan pemilih memilih
berdasarkan isu yang diangkat oleh kandidat, favoritism,
atau justru kebencian terhadap kandidat lawan.
• Dalam menentukan opini mereka tentang seorang
kandidat, seorang individu memiliki proses yang
kompleks dan berbeda antara satu dengan yang lainnya.
• Dalam buku People and Their Opinions, Sobel dan
Shiraev membagi dua hal yang mempengaruhi individu
dalam melakukan voting yaitu Ideologi dan Partisan.
Bina Nusantara University
10
Ideologi dan Opini
• Ideologi dimengerti sebagai suatu susunan ide yang
komprehensif tentang masyarakat, dalam kerangka
waktu di masa lalu, masa sekarang dan masa depan
yang mempengaruhi opini dan kepentingan politik
seseorang.
• Ideologi memiliki beberapa dimensi termasuk
pandangan terhadap lingkup, sumber dan perubahan
sosial, perilaku terhadap hak-hak kepemilikan dan hakhak asasi manusia.
• Secara umum, Sobel dan Shiraev membagi ideologi
menjadi 3 yaitu liberal, moderat, dan konservatif (radical
dan reaksioner).
Bina Nusantara University
11
• Ideologi Radikal, merefleksikan kritik fundamental
terhadap masyarakat, pemerintah, institusi dan
kebijakan-kebijkan modern.
• Ideologi Liberal memiliki pandangan yang lebih terbuka
dan modern terhadap berbagai isu. Individu yang
memiliki ideologi ini mampu menaruh kepercayaannya
terhadap pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Selain itu, ideologi ini juga sangat
menekankan kepentingan hak asasi individu.
• Ideologi Konservatif pada dasarnya tidak menyukai
perubahan. Walaupun perlu, perubahan tersebut harus
berjalan lambat dan konsisten.
Bina Nusantara University
12
• Ideologi moderat di sisi lain, berada ditengah antara
konservatif dan liberal. Penganut ideologi ini melihat
suatu masalah dalam berbagai perspective dan
cenderung mempertimbangkan keuntungan dari
berbagai sisi mengenai suatu isu terutama isu sosial.
• Semua ideologi ini sangat mempengaruhi opini
seseorang terhadap suatu isu bahkan ketika individu
tersebut melakukan voting.
Bina Nusantara University
13
Partisan dan Opini
• Perilaku voting seorang individu terkadang tidak
terpengaruh oleh ideologi-nya, akan tetapi berpegang
kepada kesetia-annya pada suatu partai. Menurut
Belknap and Campbell yang dikutip oleh Sobel,
penduduk terkadang tidak tertarik dan tidak familiar
terhadap isu-isu politik, akan tetapi mereka
mengidentifikasi dirinya dengan sebuah partai politi.
Individu yang memiliki pandangan demikian disebut
partisan.
• Kenapa seorang individu membangun kedekatan dan
terikat dengan sebuah partai politik? Miller dan Shank
(1996) membagi-nya ke dalam 3 pandangan :
Bina Nusantara University
14
1. Identitas. Seorang partisan akan terikat pada sebuah
partai politik apabila ia merasa memiliki identitas yang
sama sejak mereka lahir. Identitas yang dimaksud
dapat berupa agama, ras, gender, suku, atau bahkan
karakteristik psikologis-nya.
2. Pilihan Rasional. Beberapa orang menjadi pengikut
setia partai sejak mereka dilahirkan karena tradisi
keluarga. Akan tetapi, banyak individu yang menjadi
partisan karena pilihan rasional mereka. Artinya,
mereka memilih mendukung suatu partai karena partai
tersebut mampu memberikan keuntungan terbanyak
dalam kehidupan mereka contohnya dalam isu
mengenai pendidikan, pajak, dan kebijakan imigrasi.
Partisan yang memiliki latar belakang seperti ini,
cenderung temporer dan berubah seiring dengan
Bina Nusantara University
15
3. Pemilihan Identitas atas Dasar Alasan Tertentu (Identity
Based on Reasoning).
Pandangan yang ketiga ini mengkombinasi-kan dua
pandangan sebelumnya. Dimana seorang individu
dianggap menjadi partisan karena proses yang
panjang. Seorang individu membentuk keyakinan politik
mereka sejak kecil lalu mengembangkannya seiring
dengan waktu dan informasi-informasi baru. Partisan
yang muncul dari pandangan ini sangat peduli tentang
suatu isu, tetapi tidak mengesampingkan identitas dan
image yang terdapat pada sebuah partai.
Bina Nusantara University
16