download

Matakuliah : D0234/Teknologi Proses
Tahun
: 2007/2008
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Pertemuan 20
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Learning Outcomes
.
Mahasiswa dapat menerangkan prinsip kerja mesin
gerinda dan proses abrasif yang lain
Outline Materi :
•
•
•
•
Bina Nusantara
Proses Abrasif
Proses Penggerindaan
Operasi Penggerindaan dan Mesin Gerinda
Proses Abrasif yang Lain
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
PROSES ABRASIF
Proses abrasif adalah proses yang digunakan untuk
melepas/memotong bagian benda kerja dengan cara
menggesekkan bahan yang keras.
Proses abrasif yang paling banyak digunakan dalam proses
pengerjaan logam adalah penggerindaan.
Proses abrasif yang lain adalah :
•
•
•
•
•
Bina Nusantara
pengasah (honing),
pengasah halus (lapping),
pengasah super halus (superfinishing),
pemolesan (polishing), dan
pengkilapan (buffing).
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Keunggulan Proses Abrasif, dibandingkan dengan
proses pemesinan yang lain adalah :
• Dapat digunakan untuk semua jenis material, dari logam
yang lunak sampai baja dan material non logam yang keras
seperti keramik dan silikon;
• Beberapa proses ini dapat digunakan untuk menghasilkan
permukaan yang sangat halus;
• Untuk beberapa proses, dapat menghasilkan dimensi yang
sangat presisi.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
PROSES PENGGERINDAAN
Proses penggerindaan adalah proses pelepasan material
dengan menggunakan partikel abrasif yang disatukan
dengan pengikat menjadi struktur roda gerinda, dan
bekerja dengan kecepatan permukaan yang sangat tinggi.
Proses penggerindaan sangat mirip dengan proses freis,
dengan beberapa persamaan, yaitu :
• Pemotongnya terletak pada keliling atau permukaan roda;
• Memiliki gigi potong yang banyak (gigi potong gerinda
berupa partikel abrasif);
• Gerakan makan untuk menghasilkan pelepasan material
dilakukan oleh bendakerja.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Perbedaannya :
• Butir abrasif pada roda gerinda jauh
dibandingkan dengan gigi pemotong freis;
lebih
kecil
• Kecepatan potong pada penggerindaan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kecepatan potong freis;
• Butiran partikel abrasif pada gerinda arahnya acak, sedang
gigi frais mempunyai sudut garuk tertentu;
• Roda gerinda melakukan penajaman sendiri (bila terjadi
keausan pada roda maka partikel abrasif menjadi tumpul
dan terpecah sehingga membentuk sudut potong yang
baru, atau partikel terlepas dari permukaan roda dan
muncul butir-butir yang baru), sedang gigi freis biasanya
ditajamkan dengan menggunakan gerinda.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Roda gerinda
Roda gerinda terdiri dari partikel abrasif dan material pengikat; material pengikat memegang partikel-partikel agar
tetap pada tempatnya, membentuk ketajaman dan struktur
roda.
Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam
membuat roda gerinda adalah :
•
•
•
•
material abrasif,
ukuran butir,
material pengikat,
struktur dan kelas roda gerinda.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Material Abrasif
Material abrasif yang digunakan untuk membuat
gerinda harus memiliki sifat-sifat umum, yaitu :
•
•
•
•
roda
kekerasan tinggi,
tahan aus,
ketangguhan tinggi, dan
friabilitas tinggi.
Kekerasan, tahan aus, dan ketangguhan adalah sifat-sifat
yang harus dimiliki oleh setiap material perkakas potong,
sedang friabilitas adalah sifat khusus yang harus dimiliki
oleh material abrasif, yaitu sifat yang menunjukkan
kemampuan pecah material abrasif bila sudut potong butir
menjadi tumpul, sehingga menghasilkan sudut potong yang
baru.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Material abrasif yang biasa
membuat roda gerinda adalah :
digunakan
untuk
• Oksida aluminium (Al2O3); merupakan material abrasif yang
paling banyak digunakan, terutama untuk menggerinda
baja dan logam besi yang lain, serta logam-logam paduan
yang memiliki kekuatan tinggi;
• Karbida silikon (SiC); lebih keras dibandingkan Al2O3 tetapi
ketangguhannya lebih rendah, digunakan untuk menggerinda logam yang ulet seperti aluminium, kuningan, dan
baja tahan karat, dan juga untuk logam yang rapuh seperti
besi tuang dan beberapa jenis keramik;
• Nitrida boron kubik (cubic boron nitride / CBN); dikenal
dengan nama dagang borazon, banyak digunakan untuk
menggerinda material yang keras seperti baja perkakas
yang dikeraskan dan logam paduan untuk pesawat terbang;
• Intan (diamond); dapat berupa intan alam atau intan
sintetis, digunakan untuk menggerinda material abrasif
yang keras seperti keramik, karbida sementit, dan gelas.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Ukuran Butir
Ukuran butir partikel abrasif merupakan parameter penting
dalam menentukan kehalusan permukaan akhir dan laju
pelepasan material.
• Ukuran butir kecil, menghasilkan permukaan akhir yang
halus, laju pelepasan material rendah, dan baik digunakan
untuk benda kerja yang keras;
• Ukuran butir kasar, menghasilkan permukaan akhir yang
kasar, laju pelepasan material cepat, dan baik digunakan
untuk benda kerja yang lunak.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Material Pengikat
Fungsi material pengikat adalah sebagai pemegang/pengikat
butiran abrasif sehingga berbentuk struktur roda yang
memiliki ketajaman.
Material pengikat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
• kuat,
• tahan terhadap temperatur tinggi,
• tangguh, dan
• keras.
Jadi material pengikat harus mampu menahan gaya
sentrifugal dan temperatur tinggi yang dialami oleh roda
gerinda, tahan pecah terhadap beban kejut serta dapat
memegang butir abrasif dengan kaku (rigid) sehingga dapat
digunakan untuk memotong, sementara bila beberapa butir
mengalami keausan akan terlepas dari tempatnya dan
digantikan dengan butir yang baru.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Jenis Material Pengikat yang sering digunakan :
• Pengikat kaca (vitrified bond); terutama terdiri dari tanah
liat yang dibakar dan material keramik, banyak digunakan
karena kuat dan kaku, tahan terhadap temperatur berubahubah, tidak terpengaruh oleh air dan minyak;
• Pengikat silikat (silicate bond); terdiri dari sodium silikat
(misalnya Na2SO3), digunakan pada penggerindaan perkakas pemotong;
• Pengikat karet (rubber bond); memiliki fleksisibilitas tinggi,
digunakan sebagai material pengikat roda gerinda potong;
• Pengikat resin (resinoid bond); dibuat dari berbagai jenis
material termoset, sangat kuat, digunakan untuk penggerindaan kasar dan operasi pemotongan;
• Pengikat sirlak (shellac bond); merupakan pengikat yang
relatif kuat tetapi tidak kaku, biasa digunakan untuk
penyelesaian permukaan yang halus;
• Pengikat logam (metallic bond); biasanya digunakan
perunggu sebagai pengikat material abrasif seperti intan
dan nitrida boron kubik menjadi struktur roda gerinda.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Struktur dan Kelas Roda Gerinda
Struktur roda gerinda :
Gambar 20.1 Struktur roda gerinda
Proporsi volumetrik butir-butir, material pengikat, dan poripori dapat dinyatakan dengan persamaan :
Vg + Vb + Vp = 1,0
dimana :
Bina Nusantara
Vg = proporsi butir abrasif,
Vb = proporsi material pengikat, dan
Vp = proporsi celah udara (pori-pori).
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Struktur roda gerinda :
Struktur renggang : bila Vp relatif besar dan Vg relatif
kecil, yang berarti terdapat lebih banyak pori-pori dan lebih
sedikit butir per unit volume dalam roda, digunakan bila
diperlukan ruang bebas untuk serpihan;
Struktur rapat : bila Vp relatif kecil danVg relatif besar
yang berarti terdapat lebih banyak butir per unit volume dan
lebih sedikit pori-pori dalam roda, digunakan bila diperlukan
penyelesaian permukaan dan pengendalian dimensi yang
lebih baik.
Kelas roda gerinda :
Roda lunak : bila butir abrasif mudah terlepas dari dalam
roda, digunakan bila diperlukan laju pelepasan material
rendah dan material benda kerja keras ;
Roda keras : bila butir abrasif tidak mudah terlepas dari
dalam roda, digunakan bila diperlukan laju pelepasan
material tinggi dan material benda kerja relatif lunak.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Keausan Roda Gerinda
Terdapat tiga mekanisme yang dikenal sebagai penyebab
keausan roda gerinda, yaitu :
• pecah butir (grain fracture),
• aus terkikis (attritious wear),
• pecah ikatan (bond fracture).
Pecah butir, terjadi bila sebagian butir terpecah, tetapi
sisanya masih melekat pada roda dan ujung pecahan
tersebut menjadi mata potong yang baru. Kecendrungan
butir menjadi pecah disebut friabilitas. Butir-butir dalam
roda gerinda dikatakan memiliki friabilitas tinggi bila gaya
potong yang dialami mengakibatkan butir terpecah dengan
cepat.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Aus terkikis, yaitu penumpulan butir yang menghasilkan
ujung datar/bulat. Mekanisme keausan ini hampir sama
dengan mekanisme keausan yang terjadi pada perkakas
biasa. Keausan ini juga disebabkan karena gesekan, difusi,
dan juga karena reaksi kimia antara material abrasif dengan
material benda kerja yang diawali oleh temperatur tinggi.
Pecah ikatan, terjadi bila butir-butir abrasif terlepas dari
material pengikat. Pecah ikatan biasanya terjadi karena
butir telah menjadi tumpul sehingga gaya potong meningkat
dan menyebabkan butir terlepas dari struktur ikatannya.
Butir yang tajam memotong lebih efisien dengan gaya
potong yang lebih rendah, sehingga tetap melekat pada
struktur ikatan.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Kurve volume keausan roda gerinda sebagai fungsi dari
volume pelepasan material benda kerja, yang dipengaruhi
oleh ketiga mekanisme keausan :
pertama,
butir
• Daerah
yang semula tajam, mengalami keausan dengan
aselerasi tinggi karena butir pecah ;
• Daerah kedua, keausan
hampir konstan, menghasilkan hubungan linear antara volume keausan roda
dengan volume logam yang
dilepaskan (daerah ini diGambar 20.2 Kurve keausan roda gerinda
pengaruhi oleh mekanisme
aus terkikis dan beberapa oleh pecah butir dan pecah ikatan);
• Daerah ketiga, butir akan menjadi tumpul sehingga gesekan
bertambah, beberapa lubang/pori-pori roda akan tersumbat
oleh serpihan.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Roda gerinda pada daerah ketiga kurve keausan dalam
gambar 20.2, dapat ditajamkan kembali dengan prosedur
yang disebut dressing, yaitu :
• melepaskan butir yang telah tumpul pada permukaan luar
roda gerinda agar timbul butir baru yang tajam, dan;
• melepaskan serpihan yang telah menyumbat pori-pori roda
gerinda.
Rasio penggerindaan (grinding ratio) adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan kemiringan kurve keausan
roda, dinyatakan dengan persamaan :
GR = Vw/Vg
dimana : GR = rasio penggerindaan,
Vw = volume material benda kerja yang dilepaskan,
Vg = volume roda gerinda terkait yang aus dalam
proses.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Rasio penggerindaan yang terpenting adalah daerah
keausan linear gambar 20.2. Gambar 20.3 menunjukkan
rasio penggerindaan dan penyelesaian permukaan sebagai
fungsi kecepatan roda.
Pengoperasian dengan kecepatan tinggi merupakan
cara yang menguntungkan
karena semakin tinggi kecepatan, ukuran geram yg.
terbentuk semakin kecil,
sehingga :
akan
bertambah
• GR
karena jumlah butir yang
terpecah berkurang, dan
Gambar 20.3 Rasio penggerindaan dan penyepermukaan
akhir
lebih
lesaian permukaan sebagai fungsi kecepatan roda •
halus.
Catatan : kecepatan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
keausan dan kenaikan temperatur permukaan, sehingga GR
berkurang dan kehalusan permukaan akhir menurun.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
OPERASI PENGGERINDAAN DAN MESIN GERINDA
Jenis operasi penggerindaan yang dapat dilakukan dengan
mesin gerinda adalah sebagai berikut :
•
•
•
•
•
penggerindaan permukaan (surface grinding),
penggerindaan bentuk silinder (cylindrical grinding),
penggerindaan tidak terpusat (centerless grinding),
penggerindaan hantaran lambat (creep feed grinding),
operasi penggerindaan yang lain.
Penggerindaan permukaan; untuk menggerinda permukaan bidang datar dapat dilakukan dengan menggunakan :
• permukaan keliling roda gerinda dengan putaran spindel
pada sumbu horisontal, atau
• permukaan datar roda gerinda dengan putaran spindel pada
sumbu vertikal.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Terdapat empat
gerinda, yaitu :
jenis
kombinasi
pengoperasian
mesin
Gambar 20.4 Empat jenis penggerindaan permukaan
a) spindel horisontal dengan gerakan meja kerja bolak-balik,
b) spindel horisontal dengan gerakan meja kerja yang
berputar,
c) spindel vertikal dengan gerakan meja kerja bolak-balik,
d) spindel vertikal dengan gerakan meja kerja yang berputar.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Diantara keempat jenis pengoperasian tersebut yang paling
sering digunakan adalah mesin spindel horisontal dengan
gerakan meja kerja bolak-balik seperti ditunjukkan dalam
gambar 20.5.
Penggerindaan dilakukan dengan menggerakkan benda
kerja bolak-balik secara longitudinal di bawah roda gerinda, sedang kedalaman potong (infeed) biasanya sangat
dangkal dan pemakanan dilakukan
dengan
menggerakkan meja kerja melintang
Gambar 20.5 Gerinda permukaan dengan
spindel horisontal mejakerja bolak-balik
terhadap roda gerinda.
Dalam pengoperasian ini biasanya lebar roda gerinda lebih
kecil daripada lebar benda kerja.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Penggerindaan bentuk silinder; digunakan
gerinda benda kerja yang berputar.
untuk
meng-
Operasi penggerindaan ini dibagi atas dua jenis utama, yaitu :
Gambar 20.6 Dua jenis penggerindaan silinder
a) penggerindaan permukaan luar silinder, dan
b) penggerindaan permukaan dalam silinder.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Penggerindaan permukaan luar silinder, digunakan untuk operasi yang sangat mirip dengan
operasi pembubutan dimana
posisi perkakas bubut digantikan dengan motor kecepatan
tinggi untuk memutar roda
gerinda. Proses pemotongan
dihasilkan
dengan
memutar
benda kerja berbentuk silinder
diantara kedua titik pusatnya
dengan kecepatan permukaan
60 s/d 100 ft/menit, sedang roda
gerinda berputar dengan kecepatan 4000 s/d 6500 ft/menit.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Dua jenis gerakan makan yang mungkin dilakukan, yaitu :
a) makan-melintang
verce feed), dan
b) potong-benam
cut).
(tra-
(plunge-
Gambar 20.7 Dua jenis penggerindaan silinder
Makan-melintang; roda gerinda dihantarkan dalam arah
paralel terhadap sumbu putar benda kerja.
Potong-benam; roda gerinda dihantarkan secara radial ke
dalam benda kerja.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Penggerindaan tidak terpusat, yaitu penggerindaan dimana
benda kerja tidak dipegang diantara pusatnya, dengan
tujuan untuk mengurangi waktu penangan benda kerja,
terutama untuk proses produksi tinggi. Penggerindaan tidak
terpusat dapat digunakan untuk permukaan luar maupun
permukaan dalam silinder.
Penggerindaan tidak terpusat untuk permukaan luar silinder :
Bendakerja diletakkan
diantara dua buah roda
yaitu roda gerinda dan
roda
pengatur
yang
membentuk sudut I untuk mengendalikan gerakan
makan
benda
Gambar 20.8 Penggerindaan tidak terpusat
permukaan luar silinder silinder
kerja. Bendakerja ditunjang oleh batang tumpuan dan diletakkan diantara dua roda.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Penggerindaan tidak terpusat untuk permukaan dalam silinder :
Sebagai pengganti batang
tumpuan digunakan dua buah
rol untuk menjaga posisi
bendakerja. Roda pengatur
dipasang
sedikit
condong
untuk mengendalikan gerakan makan benda kerja lewat
Gambar 20.9 Penggerindaan tidak terpusat
roda gerinda.
permukaan dalam silinder silinder
Karena roda gerinda juga memerlukan tumpuan, maka
gerakan makan seperti pada penggerindaan tidak terpusat
permukaan luar silinder tidak dimungkinkan, sehingga laju
produksi lebih lambat dibandingkan dengan pengerindaan
tidak terpusat permukaan luar silinder tersebut.
Keuntungan dari cara penggerindaan ini adalah dapat
menghasilkan titik pusat yang sangat dekat antara diameter
luar dan diameter dalam silinder.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Penggerindaan pemakanan lambat, dikembangkan tahun
1958. Penggerindaan pemakanan lambat dilakukan dengan
kedalaman potong sangat besar tetapi dengan laju makan
sangat lambat, sehingga disebut penggerindaan pemakanan
lambat.
Perbandingan dengan penggerindaan permukaan konvensional ditunjukkan dalam gambar 20.10.
Penggunaan dalam penggerindaan permukaan antara lain
untuk pembuatan celah dan
profil,
sedang
Gambar 20.10 Penggerindaa npemakanan lambat
penggunaan dalam bentuk silinder antara lain untuk pembuatan ulir, roda
gigi, komponen silinder yang lain.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Operasi penggerindaan yang lain, misalnya :
• piringan gerinda,
• penggerinda sabuk abrasif,
• dan lain-lainnya.
Piringan gerinda, adalah mesin penggerinda dengan piringan
abrasif yang besar, dipasang
pada ujung spindel horisontal.
Bendakerja ditempatkan di atas
meja kerja, biasanya dipegang
secara manual dan dihantarkan
kepermukaan datar gerinda.
Beberapa mesin piringan gerinGambar 20.11 Piringan gerinda
da memiliki spindel ganda, se hingga dapat melakukan penggerindaan dalam waktu yang
bersamaan.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Penggerinda sabuk abrasif, menggunakan partikel abrasif
yang dilekatkan pada sabuk (kain) fleksibel, seperti
ditunjukkan dalam gambar 20.12.
Dibutuhkan penunjang sabuk
bila
benda
kerja
ditekan
terhadapnya. Penunjang sabuk
tersebut bisa dalam bentuk rol
atau pelat yang ditempatkan
dibelakang sabuk. Pelat datar
digunakan untuk benda kerja
yang memiliki permukaan datar.
Pelat
yang
lunak
dapat
digunakan untuk benda kerja
yang memiliki bentuk umum.
Gambar 20.12 Penggerinda sabuk abrasif
Kecepatan sabuk tergantung
dari material yang akan digerinda, yaitu berkisar antara 2500
sampai dengan 5500 ft/menit.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
PROSES ABRASIF YANG LAIN
abrasif
yang
lain
adalah
honing, lapping,
superfinishing, polishing, dan buffing, digunakan secara
eksklusif dalam operasi penyelesaian.
Proses
Geometri benda kerja yang umum dikerjakan dengan proses
ini dapat dilihat dalam tabel 20.1.
Tabel 20.1 Geometri yang umum untuk honing, lapping, superfinishing,
polishing, dan buffing
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Penyelesaian permukaan dan nilai kekasaran permukaan
untuk proses penggerindaan ditunjukkan dalam gambar
20.13.
Bina Nusantara
Gambar 20.13 Nilai kekasaran permukaan yang dapat dicapai dalam
proses-proses abrasif
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Honing
adalah proses abrasif yang dilakukan dengan
menggunakan sejumlah batang abrasif.
Proses honing untuk penyelesaian permukaan dalam silinder
ditunjukkan dalam gambar 20.14.
Gambar 20.14 Proses honing
Jumlah batang abrasif tergantung dari ukuran lubang. Dua
sampai empat batang digunakan untuk lubang yang kecil,
dan duabelas atau lebih batang digunakan untuk lubang
dengan diameter yang lebih besar.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Lapping
adalah proses abrasif yang dilakukan untuk
menghasilkan penyelesaian permukaan dengan akurasi dan
kehalusan tinggi.
Lapping menggunakan suspensi cairan partikel abrasif yang
sangat kecil diantara benda kerja dan perkakas lapping.
Proses ini ditunjukkan dalam gambar 26.20 yang digunakan
untuk pembuatan lensa.
Perkakas
lapping
biasa
disebut lap, bentuknya merupakan kebalikan dari bentuk bendakerja, pengoperasiannya dapat dilakukan se Gambar 20.15 Proses lapping
cara manual atau dengan mesin lapping agar diperoleh
konsistensi dan efisiensi yang lebih baik.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Superfinishing, adalah proses abrasif yang hampir sama
dengan honing, yaitu sama-sama menggunakan batang
abrasif, digerakkan bolak-balik dan
permukaan yang akan diselesaikan.
ditekan
terhadap
Perbedaannya, superfinishing memiliki panjang langkah yang
lebih pendek, frekuensinya lebih tinggi, dan tekanan yang
digunakan antara perkakas dan permukaan lebih rendah,
serta ukuran butir lebih kecil dibandingkan dengan honing.
Prosesnya ditunjukkan dalam gambar 20.16 berikut ini.
Gambar 20.16 Proses superfinishing
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
Polishing dan Buffing
Polishing digunakan
untuk menghilangkan goresan dan
menghaluskan permukaan yang kasar dengan menggunakan
butir abrasif yang diikatkan pada roda pemolesan, berputar
dengan kecepatan sekitar 7500 ft/menit. Roda dibuat dari
kanvas, kulit, dan bahkan kertas, sehingga rodanya agak
fleksibel.
Buffing penampilannya hampir sama dengan polishing, tetapi
fungsinya berbeda. Buffing digunakan untuk membuat
permukaan yang menarik dan mengkilat. Roda buffing dibuat
dari material yang hampir sama dengan polishing tetapi roda
buffing umumnya lebih lembut. Perbedaannya dengan
polishing, disini butir abrasif ditempelkan pada permukaan
roda, dan harus diisi kembali secara periodik. Buffing
umumnya dilakukan dengan kecepatan berkisar antara 8000
sampai dengan 17.000 ft/menit.
Bina Nusantara
GERINDA DAN PROSES ABRASIF LAINNYA
SELESAI
TERIMA KASIH
Bina Nusantara