download

Matakuliah : D0234/Teknologi Proses
Tahun
: 2007/2008
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Pertemuan 24
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Learning Outcomes
.
Mahasiswa dapat menunjukkan faktor penyebab
kerusakan dan menghitung umur perkakas
Outline Materi :
• Jenis Penyebab Kerusakan
• Mekanisme Terjadinya Kerusakan
• Persamaan Umur Perkakas Taylor
• Kreteria Umur Perkakas dalam Industri
Bina Nusantara
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
JENIS PENYEBAB KERUSAKAN
Dalam teknologi perkakas pemotong terdapat dua aspek
utama yang harus diperhatikan, yaitu :
•
•
gaya potong, dan
temperatur.
Gaya potong yang terlalu besar, melebihi kemampuan
yang dimiliki material perkakas akan dapat menyebabkan
keretakan/patah
pada
perkakas,
sedang
temperatur akan meningkat bila gaya gesek antara
perkakas dengan serpihan/benda kerja terlalu besar,
sehingga perkakas menjadi lunak dan mudah rusak
akibat mengalami deformasi plastik.
Bina Nusantara
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Tiga jenis penyebab kerusakan yang mungkin
terjadi pada proses pemotongan :
1) Kerusakan karena retak/patah (fracture failure),
2)
3)
Bina Nusantara
terjadi bila gaya potong (Fc) terlalu tinggi.
Kerusakan karena temperatur (temperature
failure), terjadi bila temperatur akibat gesekan
terlalu tinggi.
Aus karena pemakaian berulang-ulang (gradual
wear); pemakaian yang berulang-ulang dapat
menyebabkan ketajaman perkakas berkurang.
Ketajaman berkurang menyebabkan efisiensi
pemakaian berkurang dan temperatur meningkat
akibat gaya gesekan bertambah, maka akan
terjadi kerusakan seperti pada point 2.
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Keausan perkakas :
Biasanya terjadi bila pemakaian dilakukan secara
berulang-ulang.
Terdapat dua jenis keausan pada perkakas, yaitu :
1)
2)
Gambar 22.1 Jenis keausan perkakas
Bina Nusantara
keausan dalam bentuk
lubang (crater wear), dan
keausan pada panggul
(flank wear).
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
1)
2)
Bina Nusantara
Keausan dalam bentuk lubang, yaitu keausan
yang terjadi pada permukaan garuk perkakas
berupa lubang kecil yang disebabkan oleh
kenaikan temperatur (akibat pergesekan
antara serpihan dengan permukaan garuk
perkakas) sehingga terjadi proses defusi,
adesif, abrasif/pengikisan, dan akhirnya
terbentuklah lubang kecil pada permukaan
garuk perkakas;
Keausan panggul, yaitu keausan yang terjadi
pada bagian yang melengkung (panggul)
perkakas akibat adanya pengikisan.
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
MEKANISME TERJADINYA KEAUSAN PADA
PERKAKAS
ABRASIF
(1)
Panas naik
Pengikisan
Flank wear
DEFORMASI
PLASTIK
(4)
Panas naik
AUS
(WEAR)
Panas naik
Crater wear
Atom-atom lepas
Partikel-partikel lepas
Panas naik
ADESIF
DEFUSI
(2)
(3)
Gambar 22.2 Mekanisme terjadinya keausan pada perkakas
Bina Nusantara
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Abrasif; terjadi karena adanya pengikisan pada perkakas akibat pengerjaan benda kerja yang keras.
2) Adesif; terjadi akibat adanya gaya tekan dan panas
yang tinggi sehingga perkakas mengalami keausan
akibat adanya partikel-partikel kecil material perkakas yang lepas dari permukaannya dan melekat
pada bagian benda kerja. Hal ini biasa terjadi antara
serpihan dengan permukaan garuk perkakas.
3) Difusi; prosesnya hampir sama dengan adesif, tetapi
disini yang melepaskan diri adalah atom-atom material perkakas, berdifusi menuju serpihan sehingga
kekerasan perkakas berkurang. Bila proses ini berlanjut secara terus-menerus, maka akan mudah mengalami adesi dan abrasi. Difusi adalah merupakan penyebab terjadinya keausan dalam bentuk lubang
(crater wear) pada perkakas.
4) Deformasi plastik; karena adanya peningkatan temperatur yang tinggi akibat gesekan, maka material
perkakas menjadi lunak dan mudah mengalami deformasi plastik. Deformasi plastik merupakan penyebab
utama terjadinya keausan panggul (flank wear).
Keausan perkakas akan bertambah cepat bila kecepatan
potong dan temperatur tinggi.
Bina Nusantara
1)
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
UMUR PERKAKAS DAN PERSAMAAN UMUR
PERKAKAS TAYLOR
Umur perkakas didefinisikan sebagai panjang waktu
potong dimana perkakas masih dapat digunakan.
Tiga daerah yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi laju keausan perkakas, yaitu :
•
•
•
Gambar 22.3 Kurve hubungan antara
keausan dan waktu potong perkakas
Bina Nusantara
Periode peretakan (breakin period);
Daerah keausan konstan
(steady-state wear region);
Daerah kerusakan (failure
region) .
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
1)
2)
3)
Bina Nusantara
Periode peretakan, yaitu periode keausan yang
terjadi sesaat setelah pengoperasian, dimana
pada periode ini keausan perkakas berjalan
sangat cepat terutama pada bagian tajam dari
ujung perkakas;
Daerah keausan konstan; daerah ini
menggambarkan laju keausan sebagai fungsi
linear terhadap waktu;
Daerah kerusakan; pada periode ini laju keausan
perkakas berjalan dengan cepat sehingga
temperatur potong bertambah tinggi dan efisiensi
proses pemesinan berkurang, dan akhirnya
perkakas menjadi rusak akibat temperatur tinggi.
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Kemiringan (slope) kurve pada daerah keausan konstan
dipengaruhi oleh : • material benda kerja, dan
• kondisi pemotongan.
Material yang lebih keras
akan menyebabkan
peningkatan laju keausan
(kemiringan kurve
bertambah);
Kondisi pemotongan,
dengan menambah
kecepatan potong,
hantaran (pemakanan),
dan kedalaman potong
juga akan menyebabkan
Gambar 22.4 Kurve keausan perkakas
dengan beberapa kecepatan yang berbeda
peningkatan laju keausan.
Dengan bertambahnya kecepatan potong, maka laju
keausan juga bertambah, sehingga tingkat kerusakan
yang sama akan dicapai dalam waktu yang lebih cepat.
Bina Nusantara
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Persamaan Umur Perkakas Taylor :
Bila tiga harga umur perkakas dalam gambar 22.4 diplot
kembali pada grafik hubungan antara kecepatan potong
terhadap umur perkakas (dalam bentuk grafik logaritme
natural), maka hubungan tersebut akan berbentuk garis
lurus seperti ditunjukkan dalam gambar 22.5.
Hubungan ini ditemukan
oleh F.W. Taylor pada
sekitar tahun 1900,
sehingga persamaannya
disebut persamaan
umur perkakas Taylor.
Gambar 22.5 Grafik hubungan antara
kecepatan potong terhadap umur perkakas
(dalam bentuk logaritme natural)
Bina Nusantara
vT
n
=C
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
dimana : v =
kecepatan potong, ft/menit (m/menit);
T = umur perkakas, menit;
n dan C adalah parameter yang nilainya
tergantung pada hantaran, kedalaman potong,
material benda kerja, material perkakas, dan
kreteria umur perkakas yang digunakan.
Nilai n lebih dipengaruhi oleh material perkakas, sedang
nilai C lebih tergantung pada material benda kerja dan
kondisi pemotongan. Dalam gambar 22.5 n ditunjukkan
oleh kemiringan kurve, sedang C menunjukkan nilai
kecepatan potong setiap 1 menit umur perkakas.
Bina Nusantara
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Pada persamaan tersebut terlihat bahwa satuan pada
ruas kiri tidak konsisten dengan satuan pada ruas kanan.
Agar satuannya konsisten, maka persamaan tersebut
harus dirubah menjadi :
vT
dimana :
= C(Tref)
n
Tref = 1 menit bila v dalam ft/menit (m/menit),
dan T dalam menit, tetapi bila v dalam ft/detik
(m/detik), dan T dalam detik, maka Tref = 1
detik.
Bina Nusantara
n
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
Contoh soal :
Tentukan nilai C dan n dalam gambar 22.4 dengan memilih
dua diantara tiga titik pada kurve tersebut.
Jawab :
Misalnya kita pilih titik-titik yang ekstrim yaitu v = 400
ft/menit, T = 5 menit dan v = 200 ft/menit, T = 41 menit,
maka diperoleh :
400(5)n = C
200(41)n = C
Ruas kiri dari kedua persamaan di atas adalah sama :
400(5)n = 200(41)n
ln (400) + n ln (5) = ln (200) + n ln (41)
5,9915 + 1,609n = 5,2983 + 3,7136n
Bina Nusantara
n = 0,329
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
dimana :
f = hantaran (pemakanan), in (mm);
d = kedalaman potong, in (mm);
H = kekerasan, skala kekerasan;
m, p dan q adalah parameter yang nilainya
ditentukan secara eksperimen;
K analog dengan C;
fref, dref, Href adalah nilai referensi dari
hantaran, kedalaman potong, dan kekerasan.
Dalam prakteknya sangat sulit menerapkan rumus di
atas, maka untuk menyederhanakan sebagian parameter
biasanya diabaikan, seperti misalnya dengan mengabaikan kedalaman potong dan kekerasan, sehingga rumus di
atas dapat dirubah menjadi :
vT nf
Bina Nusantara
m
= K(Tref) n(fref)
m
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
KRETERIA UMUR PERKAKAS DALAM INDUSTRI
Terdapat 9 kreteria yang biasa digunakan dalam
operasi pemesinan produksi, yaitu :
1)
2)
3)
Bina Nusantara
Kerusakan total (complete failure), yaitu
kerusakan total pada mata potong seperti
kerusakan karena retak/patah, kerusakan karena
temperatur, atau karena aus akibat pemakaian
terus-menerus sampai patah.
Inspeksi keausan panggul atau keausan lubang
secara visual yang dilakukan oleh operator
mesin. Kreteria ini hanya dapat dilakukan oleh
seseorang yang telah memiliki keakhlian di
bidang tersebut;
Uji mata potong dengan menggunakan kuku jari
tangan yang dilakukan oleh operator;
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Bina Nusantara
Perubahan suara selama operasi, hal ini juga
ditentukan oleh operator;
Serpihan berserabut dan susah dibuang;
Degradasi pada penyelesaian permukaan benda
kerja;
Peningkatan pemakaian daya selama operasi,
dapat diukur dengan wattmeter yang
dihubungkan dengan mesin perkakas;
Menghitung bendakerja/part yang dikerjakan.
Operator diminta untuk menggantikan
perkakasnya setelah mengerjakan part dalam
jumlah tertentu;
Kumulatif waktu potong, hampir sama dengan
menghitung bendakerja, hanya disini yang
dimonitor panjang waktu potong perkakas.
TEKNOLOGI PERKAKAS PEMOTONG
SELESAI
TERIMA KASIH
Bina Nusantara