download

Matakuliah
Tahun
Versi
: D0564/Fisika Dasar
: September 2005
: 1/1
Pertemuan 21-22
Temperatur, Kalor, Perpindahan
Kalor dan Termodinamika
1
Learning Outcomes
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa
akan mampu :
• Menjelaskan konsep temperatur, kalor, perpindahan
kalor, dan hukum-hukum termodinamika (C2)
2
Outline Materi
• Temperatur dan termometer
• Kalor, kapasitas kalor, kalori-metri, azas Black,
dan perubahan fasa
• Gas Ideal dan hukum termodinamika, mesin
Carnot
• Model perpindahan kalor
3
PEPINDAHAN PANAS
Hukum dasar tentang kalor:
Kalor akan mengalir dari sistem yang suhunya
tinggi ke sistem yang suhunya lebih rendah hingga
terjadi keseimbangan thermal.
Cara kalor perpindah tergantung pada medium
yang dilewati.
1. Cara Konduksi
:
Perpindahan kalor dimana tidak terjadi gerakan
molekul medium perantara. Kalor dipindahkan
karena vibrasi molekul dan menumbuk molekul
tetangga.
4
Perpindahan model ini terjadi pada medium padat.
T1
Q
T2
A
L
Batang yang berpenampang A, panjang L dan
kedua ujungnya diberi suhu T1 dan T2, maka arus
panas akan mengalir sebesar:
dQ
dT
H
k A
dt
dx
k = konduktivitas panas bahan (J/s m K)
5
untuk batang yang homogen:
(T1  T2 )
J/s atau Watt
H
L
Dua batang yang disambung seri:
H L1 L 2
(T2  T1 )  (  )
A k1 k 2
kA
6
Aliran panas radial:
R1,T1
R2,T2
L
7
Arus panas H yang mengalir dari permukaan R1
ke R2 adalah:
2kL(T1  T2 )
H
R2
ln( )
R1
2. Cara Konveksi :
Adalah perpindahan kalor dimana molekul
medium perantaranya yang berpindah sambil
membawa kalornya (perhatikan air yang
dipanasi)
Arus panas H yang mengalir dalam fluida
yang beda suhunya T adalah:
8
H= h A T
h= koefisien konveksi
A=luas penampang
3. Radiasi :
Perpindahan kalor melalui pancaran radiasi.
• tidak perlu medium (vacum)
• jika ada medium harus transparan (udara, air,
kaca..)
9
Laju pancaran energi dari permukaan yang
suhunya T (kelvin) adalah:
R = e  T4
(W/m2)
 = konstanta Boltzmann = 5,67x10-8 (W/m2 K4)
e = faktor emisivitas permukaan ==> (0<e<1)
Pancaran energi netto jika dua buah permukaan
saling berhadapan:
R = e  (T14 – T24)
10
TERMODINAMIKA
1. Gas Ideal.
n
M
V, P
T
n
M
M
V
T
P
: Jumlah mol
: berat molekul
: massa gas = n M
: volume
: suhu
: tekanan
Sifat-sifat gas ideal pada suatu sistem dengan
volume V, suhu T dan tekanan P yang terdapat n
mol gas ideal, antara lain:
11
• Pada suhu konstan, tekan gas bebanding
terbalik dengan volumenya. (Hk. Boyle)
• Pada tekanan tetap, volume gas berbanding
lurus dengan suhunya. (Hk. Gay Lussac)
Gabungan dari kedua hasil tesebut diperoleh:
PV
 kons tan
T
(Hk. Boyle – Gay Lussac)
Diperoleh juga bahwa PV sebanding dengan jumlah
T
12
gas di dalam sistem, sehingga:
PV
 nR
T
atau
PV  nRT
dimana R disebut sebagai konstanta gas umum.
R = 8,314 J/mol oK = 1,986 kal/mol oK
2. KERJA DAN HUKUM I TERMODINAMIKA
dx
nP
A
13
Perhatikan sistem piston seperti gambar di atas,
jika tekan gas P mengakibatkan piston bergeser
sejauh dx, maka kerja yang dilakukan sistem
terhadap piston adalah:
dW = F dx
= P A dx  karena A dx adalah
volume, maka
= P dV
jika volume berubah dari V1 ke V2, maka kerja total
yang dilakukan adalah:
14
V2
W   P dV
V1
jika ditampilkan dalam diagram P-V akan tampak
bahwa kerja adalah luasan yang diarsir
P
P1
1
P2
2
V1
V2
Kerj
a
V
15
Ilustrasi berikut menunjukkan bahwa kerja suatu
sistem bergantung pada Proses dijalaninya.
P
P1
P
P1
1
2
P2
V1
V2
V
P
P1
1
2
P2
V1
V2
V
1
2
P2
V1
V2
V
Seiring dengan hukum keseimbangan energi,
sistem termodinamika yang berubah dari keadaan
AWAL ke keadaan AKHIR selalu :
• melakukan kerja W dengan menyerap kalor Q, atau
• menerima kerja W dengan melepas kalor Q. 16
Tetapi selalu diperoleh bahwa:
Kalor yang diterima Q tidak sama dengan kerja W
yang dilakukan, atau sebaliknya kerja yang dilepas
tidak sama dengan kerja yang diterima
Selisih (Q-W) selalu konstan dan dinamakan
PERUBAHAN ENERGI DALAM (u)
Atau:
Kalor yang diterima = kerja + perubahan energi
dalam.
dQ = dW + dU
17
Pers. Ini dikenal sebagai Hukum I Termodinamika.
Catatan:
W bertanda + jika sistem melakukan kerja
Q bertanda + jika sistem menyerap panas
+Q
+W
U2-U1 > 0
-Q
-W
U2-U1 < 0
18
Jenis-jenis proses perubahan sistem
•Proses Isobarik (tekanan tetap):
Adalah proses perubahan sistem pada tekanan tetap
V2
V2
W   P dV  P  dV  PV2  V1 
V1
V1
•Proses isovolume (volume tetap):
Adalah proses perubahan sistem pada volume tetap
V2
W   P dV  0  (dV  0)
V1
19
•Proses Isotermal (suhu tetap):
Adalah proses perubahan sistem pada suhu tetap.
V2
W   P dV
V1
karena
nRT
P
V
V2
dV
V2
W  nRT 
 nRT ln
V1
V1 V
untuk T konstan, maka
sehingga:
PV juga = konstan,
20
P1 V1 =P2 V2
V2 / V1= P1/P2
P1
W  nRT ln
P2
Pada T konstan berarti dU=0, sehingga
dQ = dW  khusus pada suhu konstan, semua
kalor yang diterima diubah menjadi kerja, atau
sebaliknya.
21
• Proses adiabatic
Proses dimana tidak terjadi perukaran kalor
antara sistem dengan lingkungan (dQ = 0)
Persamaan yang berlaku pada proses ini antara
lain:
PV γ  kons tan
TV γ 1  kons tan
γ 1 γ
T P
 kons tan
 = Cp/Cv dan disebut sebagai tetapan MAYER
22
kerja yang dilakukan pada proses ini:
1
W
(P2 V2  P1V1 )
(1   )
atau
nR
W
(T2  T1 )
(1  γ)
PROSES REVERSIBLE (Dapat balik)
Jika suatu sistem menjalani proses dari kondisi awal
ke kondisi akhir, kemudian kembali ke kondisi semula
dengan total kerjanya =nol, dan kalor neto yang
berpindah juga =0, maka sistem tersebut menjalani
proses yang reversible.
23
Pada kenyataannya proses reversible tidak pernah
ada, tetapi terdapat suatu proses yang mendekati
reversible, yaitu suklus CARNOT (mesin
CARNOT), yaitu satu siklus balak-balik yang terdiri
atas 2 proses adiabatic dan 2 proses isotermal.
P
Q1
P2
P4
P3
proses 1-2 dan 3 – 4 : isotermal
proses 2-3 dan 4 – 1 : adiabatik
1
P1
2
4
3
Q2
V1 V4 V2 V3
T1 > T2
T2
V
24
Perhitungan Kerja dan Kalor:
1.Proses isotermal 1-2 (dT=0, Q=W)
Volume mengembang (dV>0), maka W >0
sehingga Q>0, yang berarti kalor Q1 diserap
sistem.
2.Proses adiabatik 2-3
Karena adiabatic maka Q=0, volume bertambah
(sistem mengembang) suhu turun.
Dari dU=Q-W, maka W= - dU, sistem melakukan
kerja tanpa memindah kalor.
25
3.Proses isotermal 3-4
Volume sistem mengecil pada suhu tetap (dT=0),
sehingga dU=0 dan Q=W.
Volume mengecil, dV<0, maka W juga <0 berarti
sistem menerima kerja.
Karena Q=W, maka Q<0, berarti system
mengeluarkan kalor Q2.
4.Proses adiabatic 4-1
Sistem kembali ditekan dari V4 ke V1, dV<0 berarti
sistem menerima kerja. Proses adiabatic Q=0 dan
suhu naik dari T2 ke T1, berarti dU>0 dan dU = W
Sistem menerima kerja tanpa memindahkan kalor.
26
Jika ditinjau satu proses lengkap, maka dapat kita
peroleh:
• Kalor digunakan sistem dQ = Q1 – Q2
• Karena satu siklus penuh, maka dU=0, sehingga
dU = 0 = dQ – dW
dW = dQ = Q1 – Q2
Hasil siklustersebut adalah: Kalor (dQ) diubah
menjadi kerja (dW).
27