download soal

Kasus Bab 3
Kasus Bab 3
Roxanne Quimby
Pertanyaan Pembuka
1.
2.
3.
4.
5.
Siapa yang bisa menjadi wirausahawan?
Bila penjualan mencapai $5 juta dan terus berkembang, mana yang lebih penting, gaya hidup
atau bisnis?
Apa perbedaan ide dan peluang? Bagi siapa? Apa yang bisa dipelajari dari Peraga C dan D?
Mengapa perusahaan bisa berhasil sampai kini?
Apa yang perlu dilakukan Burt dan Roxanne, mengapa?
”Di tahun pertama, tujuan kami adalah penjualan sebesar $10.000. Kalau saya bisa membawa pulang separuhnya saja, maka itu
adalah jumlah uang terbanyak yang pernah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.”
- Roxanne Quimby -
Pengantar Roxanne Quimby duduk di kursi direktur di pabrik Burt’s Bees yang baru di North
Carolina. Dia dikelilingi oleh kotak karton yang belum dibuka dan mesin forklift yang tidak dioperasikan.
Roxanne melihat sekitarnya sambil bertanya pada dirinya sendiri, “Mengapa ini saya lakukan?” Roxanne
merasa kesepian dan merindukan Maine, tempat Burt’s Bees sebelumnya. Roxanne adalah pendiri
Burt’s Bees, perusahaan yang membuat produk perawatan kecantikan dengan bahan dasar lilin dari
sarang lebah. Mereka baru saja pindah ke North Carolina dari Maine. Roxanne berkata:
Ketika kami tiba di North Carolina, kami benar-benar kesepian. Kami sadar betapa bisnis ini merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat Maine, banyak sekali orang yang terlibat dengan bisnis kami. Semuanya
itu tinggal kenangan ketika kami pindah ke North Carolina tahun 1994. Saya terus bertanya dalam hati
“Mengapa harus pindah ke North Carolina?” Saya pikir begitu pindah semuanya akan menjadi normal
seperti sebelumnya. Ternyata semuanya berubah. Satu hal yang tidak berubah hanyalah jam kerja selama
20 jam seminggu.
Roxanne sangat menyesal pindah ke North Carolina dan berpikir untuk kembali ke Maine. Dia
harus segera mengambil keputusan, selagi perusahaan masih dalam proses mengangkat pegawai
baru dan belum membeli mesin-mesin produksi. Kalau dia kembali ke Maine sekarang, kerugian bisa
diminimalkan, dan ke-44 orang pegawai lamanya masih bisa dipanggil kembali. Tetapi di pihak lain,
sulit untuk mengabaikan berbagai keuntungan dan kemudahan yang didapat di North Carolina. Kalau
dia kembali ke Maine, maka dia akan menghadapi masalah besar yang membuatnya pindah ke North
Kasus Bab 3
Kasus Bab 3
Carolina. Di Maine, Burt’s Bees tidak akan mencapai penjualan di atas $3 juta, padahal Roxanne yakin
perusahaannya bisa mencapai itu.
Roxanne Quimby
Sang Domba Hitam
“Saya adalah domba hitam dalam keluarga,” kata Quimby. Semua
anggota keluarga saya adalah domba putih. Adik perempuan saya bekerja di AMEX, yang lain di
Charles Schwab, ayah saya bekerja untuk Merrill Lynch.” Tetapi Roxanne tidak tertarik sama sekali
dengan dunia bisnis, bahkan menganggapnya membosankan. Roxanne menempuh pendidikan
di San Francisco Art Institute tahun 1960-an, “Saya menjadi radikal di sana,” kata Roxanne. “Saya
belajar melukis, kemudian lulus sekolah tanpa prospek mendapat pekerjaan yang baik. Akhirnya saya
menyerah. Saya pindah ke Maine pedalaman di mana tanah masih murah––$100/acre––dan saya
hidup menyendiri.”
Idealisme pribadi menyebabkan kehidupan Roxanne anjlok sampai di bawah garis kemiskinan.
Ketika masih kuliah, dia ketahuan hidup bersama pacarnya, sejak itu ayahnya berhenti mengirim uang
dan tidak mau lagi berbicara dengannya. Tetapi ayahnya, lulusan Harvard Business School dan pernah
gagal dalam berwirausaha, sempat mengajari Roxanne keterampilan kewirausahaan ketika Roxanne
masih muda. Pada usia 5 tahun, ayah Roxanne mengatakan tidak akan membiayai universitasnya,
tetapi untuk setiap dolar yang dihasilkan Roxanne, ayahnya akan memberinya jumlah yang sama.
Selepas SMU, Roxanne memiliki tabungan $5.000 dari hasil bekerja di proyek ayahnya dan dari
penjualan perhiasan yang dibuatnya sendiri.
Tahun 1975, Roxanne dan pacarnya menikah dan pindah ke Guilford Maine–– satu jam dari kota
Bangor. Mereka membeli tanah seluar 30 acre dan mendirikan rumah dengan dua kamar di atasnya.
Tidak ada listrik ataupun telepon. Tahun 1977 Roxanne melahirkan anak kembar, yang menambah
beban hidupnya. Dia mencuci popok anaknya dengan air panas yang dimasak di atas kayu bakar.
Pekerjaannya dengan gaji minimum hanya memberikan penghasilan yang pas-pasan. Pernikahan
mereka berantakan ketika anak-anak menginjak usia 4 tahun. Roxanne mengumpulkan barangbarangnya, menaruhnya di atas kereta salju, dan menariknya di atas salju ke rumah seorang teman.
Keterampilan berwirausaha yang diwariskan ayahnya memungkinkan Roxanne bisa bertahan
hidup. Mereka tidur di tenda dan penghidupan Roxanne adalah dari jual beli barang bekas di pasar
tradisional. Dia juga bekerja sebagai pelayan restoran. ”Saya selalu memiliki jiwa bisnis, bahkan ketika
menjadi pelayan restoran. Saya merasa seperti wirausahawan karena tidak ada yang mengontrol saya.
Saat menjadi pelayan restoran, kita bertanggung jawab pada diri sendiri. Tetapi akhirnya saya dipecat
karena saya berani melawan pemilik restoran. Saya sangat emosional.”
Tahun 1984 Roxanne mulai mempertanyakan gaya hidupnya dan memutuskan untuk berubah.
”Saya memerlukan pekerjaan yang baik, kewajiban menghidupi anak mulai terasa menjadi beban.
Saya bekerja sebagai pelayan toko, tetapi di kota itu hanya ada 3 restoran dan saya sudah pernah
dipecat di semuanya. Saat itulah saya bertemu dengan Burt.”
Sahabat Sejati
Seperti Roxanne Quimby, Burt Shavitz hidup menyendiri sejak tahun 1970-an.
Dia berasal dari New York dan pernah menjadi fotografer untuk majalah Life dan New York. Shavitz
hidup di rumah papan 8x8 kaki (bekas kandang kalkun) di tanah pertanian seluas 20 acre di Dexter,
Maine. Burt hidup dari beternak lebah, menjual madu di belakang mobil pickupnya saat musim berburu
tiba. Penghasilannya sekitar $3.000/tahun, cukup untuk membayar pajak tanah dan membeli bensin
untuk pickupnya.
Pertama kali Roxanne melihat Burt, dia langsung ingin bertemu pria tampan ini. Dalam wawancara
dengan majalah Lear’s Roxanne mengatakan: ”Saya berpura-pura tertarik pada madunya, tetapi
sebenarnya saya tertarik pada dirinya. Burt adalah seorang peternak lebah yang hidup menyendiri.
Saya ingin mengurusinya, menghaluskan sisi ”liar”nya.”1 Ketika Roxanne dan Burt bertemu tahun
1984, mereka langsung cocok. Roxanne bercerita tentang peranan Burt di perusahaan Burt’s Bees:
Kasus Bab 3
Saya berhasil membujuk Burt untuk terjun ke usaha ini. Dia selalu percaya pada rencana-rencana saya,
dan tidak seperti diri saya, dia tidak pernah emosional menghadapi sesuatu. Oleh karena itu dia sering
memberikan masukan yang berharga dan dia juga lebih siap menghadapi risiko dibanding saya. Dia
menuntun saya, memberi dukungan moral dan psikologis. Saya tidak akan bisa melakukan semua ini tanpa
dirinya. Kami tidak pernah bertengkar. Tampaknya kami sangat cocok. Seakan kami berada di tingkat yang
sama. Persahabatan kami sudah teruji dalam banyak hal, orang lain mungkin akan memutuskan hubungan
tersebut. Saya adalah pemberi semangat dan yang mengurusi urusan sehari-hari, dia jarang sekali
menentang pendapat saya. Burt bagaikan ”guru” bagi saya.
Ketika baru bertemu, Burt mengajari Roxanne cara beternak lebah. Saat itulah Roxanne melihat
banyaknya tumpukan lilin dari sarang lebah. Roxanne mengusulkan untuk membuat lilin penerangan.
Selanjutnya, Roxanne membawa lilin tersebut dan menjualnya di pasar tradisional, hasilnya sebesar
$200. Roxanne ingat betul saat itu ”Saya belum pernah memegang uang sebanyak itu di tangan.”
Semenjak itu berdirilah Burt’s Bees.
Roxanne dan Burt mengumpulkan uang sebanyak $400 dari tabungan mereka untuk mendirikan
bisnis madu dan lilin lebah. Mereka membeli beberapa peralatan dapur untuk mencampur dan
mencetak lilin pijar. Seorang teman menyewakan sebuah kamar bekas ruang sekolah, tanpa
jendela; tanpa air, listrik, ataupun pemanas. Ongkos sewanya $150––untuk menutupi biaya asuransi
kebakaran. Keduanya tidak memiliki telepon sehingga mereka meminta tolong toko obat setempat
untuk menerima telepon untuk mereka. Setiap hari Roxanne menjual barangnya dari satu pasar ke
pasar berikutnya, tidur di atas mobil pickup, dan menghasilkan beberapa ratus dolar sehari. Roxanne
memasang target yang tampaknya tidak mungkin dicapai, penjualan $10.000/tahun. Saat itu, tahun
1987, tanpa diduga Burt’s Bees mencapai penjualan $81.000.
Sukses Awal Burt’s Bees
Kesuksesan Burt’s Bees dimulai tahun 1989 di
sebuah pameran di Springfield, Massachusetts. Seorang pemilik butik mahal di Manhattan membeli
beberapa lilin beruang buatan Roxanne dan memasangnya di jendela butiknya. Ternyata banyak
orang yang ingin memiliki lilin beruang tersebut. Perempuan pemilik butik tersebut panik dan segera
menelepon toko obat untuk memesan lilin beruang lebih banyak. Roxanne mulai mengangkat tenaga
tambahan dan memperluas bisnis mereka. Bahkan mereka menambah produk mereka dengan lip
balm yang mengandung lilin lebah. Pada tahun 1993, Burt’s Bees memiliki 44 orang pegawai.
Roxanne menerangkan transformasinya menjadi seorang wirausahawan:
Setelah beberapa lama, saya ternyata menyukai pekerjaan ini. Saya suka membeli dan menjual barang.
Saya tidak takut pada kegagalan usaha, mungkin karena sudah terbiasa hidup di bawah. Seandainya bisnis
saya gagal, saya yakin saya masih bisa hidup. Saya pernah mengalami yang lebih buruk, saya pasti bisa.
Saya terbiasa hidup tak menentu, tanpa penghasilan tetap. Saya menyukai kebebasan memulai usaha
dari nol, walau tanpa masa depan yang pasti. Bagaikan suatu percobaan raksasa, diri saya sendiri yang
menentukan keberhasilan atau kegagalannya. Hal paling menarik bagi saya bukan menjadi kaya, tetapi
aktivitas menyelesaikan masalah sehari-hari. Ternyata memulai bisnis adalah pengalaman yang sangat
membebaskan. Saya tidak mengetahui hal ini sebelumnya. Kuncinya sederhana: penerimaan harus lebih
banyak dari pengeluaran. Kalau Anda berpegang teguh dengan ini, tidak akan ada masalah. Mana ada
pekerjaan yang aturannya sesederhana itu?
Ternyata Roxanne tidak hanya menyukai dunia bisnis, dia juga sangat berbakat dalam menjalankan bisnis. Sejak berdirinya Burt’s Bees tahun 1987, perusahaan tidak pernah rugi, tetapi terus
menghasilkan laba (lihat Peraga A). Beberapa perusahaan pengecer nasional menjual produk Burt’s
Bees, antara lain: L.L. Bean, Macy’s, dan Whole Foods Market Company. Sampai pada tahun 1993,
Burt’s Bees memiliki perwakilan penjualan di semua negara bagian di Amerika. Bisa dikatakan produk
Burt’s Bees sangat sukses. Roxanne menjelaskan mengapa hal ini terjadi:
Kasus Bab 3
PERAGA A
Penjualan Burt’s Bees, 1987-1993.
Tahun
Penjualan
1987
$81,000
1988
$137,779
1989
$180,000
1990
$500,000
1991
$1,500,000
1992
$2,500,000
1993
$3,000,000
Penjualan terbaik kami adalah di daerah perkotaan. Orang kota tidak bisa begitu saja keluar rumah untuk
mendapatkan kesegaran alami dan hidup sederhana. Produk kami tidak banyak, tetapi memberikan kesan
sederhana. Setiap orang merindukan kesederhanaan dan produk kami bisa memenuhi keinginan tersebut.
Perusahaan bukan hanya menguntungkan, tetapi juga bebas dari utang. Sejak berdiri, Burt’s Bees
belum pernah mengajukan permohonan pinjaman. Roxanne bahkan tidak memiliki kartu kredit. Pada
tahun 1993, Roxanne (saat itu sudah menjadi miliuner) tidak bisa mendapatkan kartu kredit karena
tidak memiliki sejarah kredit, dia terpaksa dibantu adik perempuannya sebagai penjamin. Roxanne
sangat tidak suka dibebani utang.
Saya tidak pernah memiliki utang karena saya merasa risih dengan utang. Ini penting untuk saya. Tagihan
bulanan membuat saya terpaksa mengatur pengeluaran. Saya ingin mengatur hidup saya sendiri, tanpa
harus melapor ke orang lain. Lagipula saya memulai Burt’s Bees tanpa bantuan bank, mana ada yang
mau membantu. Coba bayangkan saya pergi ke bank untuk meminjam sejumlah uang, padahal saya
penganggur.
Roxanne sangat anti utang dan sangat menjaga persediaan uang perusahaan. Bahkan dia
menolak menjual barangnya kepada pengecer yang terlambat membayar tagihan. Ini berarti menolak
pesanan dari perusahaan pengecer raksasa seperti I. Magnin dan Dean & Deluca. Pada tahun 1993,
penjualan perusahaan mencapai $3 juta, uang pelanggan yang belum membayar hanya $2.500. Pada
tahun yang sama Burt’s Bees memiliki simpanan di bank sebanyak $800.000, dan laba bersih 35
persen dari total penjualan.
Pindah ke North Carolina
Biaya menjalankan Bisnis di Maine
Alasan utama pindah adalah biaya tinggi yang
membebani Burt’s Bees berkaitan dengan lokasi pabrik di Maine utara. Biaya tinggi itu adalah:
1.
2.
3.
Biaya transportasi: “Biaya transportasi kami sangat tinggi” kata Roxanne. Karena letak kami jauh
dari kota, biaya pengiriman barang ke distributor dan penerimaan barang dari pemasok menjadi
sangat mahal. Barang-barang untuk Burt’s Bees selalu di-drop terakhir.
Pajak pendapatan yang tinggi: Pendapatan pegawai kena pajak sebesar 10 persen oleh
pemerintah Maine. Hal dilakukan karena tingkat pengangguran di Maine yang tinggi saat itu.
Sedikit tenaga ahli: Tahun 1993, pegawai Burt’s Bees semua adalah ibu-ibu yang hidup dari
santunan pemerintah. “Mereka datang dengan sepasang tangan untuk bekerja, tanpa keterampilan
sedikit pun.” Produk terpopuler mereka, lip balm, dihaluskan dengan blender biasa kemudian
Kasus Bab 3
dituang ke wadah besi. “Kalau kiriman barang datang, maka kita harus merusak kemasannya
karena tidak seorang pun bisa menggunakan forklift. Semua ongkosnya tinggi. Tidak ada orang
berpengalaman di Maine,” tutur Roxanne. Mereka pernah mencoba mengangkat beberapa
manajer dari sekitar New England. Tetapi ketika mereka datang ke Guilford untuk wawancara,
dan melihat betapa terisolasinya tempat itu, semua menolak tawaran Roxanne.
Roxanne memindahkan Burt’s Bees ke lokasi baru agar bebas dari masalah-masalah di atas.
Sejak dimulai tahun 1987, Burt’s Bees kewalahan memenuhi pesanan. Roxanne sendiri terlalu sibuk
membuat lilin bersama pegawai lainnya dan tidak memiliki waktu untuk mengurusi soal manajemen,
sementara pesanan terus berdatangan. Roxanne menjelaskan:
Bisnis ini seakan-akan berkata ingin tumbuh lebih besar. Tetapi pertumbuhan itu sudah melampaui diri
saya, pengalaman, kemampuan, tujuan saya, dan melampaui Maine. Kalau saya tetap di Maine utara, maka
saya akan menghambat pertumbuhannya. Bisnis ini bagaikan anak saya sendiri dan saya sebagai ibunya
ingin agar dia terus bertumbuh. Sebenarnya bisnis ini cukup menguntungkan, saya bisa saja puas dengan
hal itu. Tetapi hati saya mengatakan bisnis ini bisa melampaui $3 juta. Kalau saya bekerja sendiri saya
tidak akan melampaui $3 juta. Tidak ada yang membantu saya, tidak ada teman untuk berbagi pekerjaan.
Pengetahuan saya yang minim soal pengelolaan perusahaan mulai terasa dampaknya. Saya bahkan tidak
tahu istilah “pajak pendapatan,” kami sering didenda karena terlambat membayar pajak yang tidak saya
kenal sebelumnya.
Mengapa North Carolina?
Roxanne Quimby yakin bahwa dia harus memindahkan perusahaannya keluar dari Maine. Tetapi kemana? Dia tidak mau hidup di kota besar, tetapi lokasinya
harus terletak di tengah-tengah Amerika. Roxanne menjelaskan kenapa dia memilih North Carolina:
Ada peta besar Amerika Serikat di kantor saya, penuh dengan psaya merah menandakan berbagai lokasi
perwakilan penjualan kami. Saya sering menatap peta itu sambil berbicara di telepon, menyelesaikan
tugas kantor, atau hanya duduk––sampai suatu saat mata saya tertuju pada North Carolina. Letaknya bisa
dikatakan tepat, di tengah Amerika. Ternyata mayoritas penduduk Amerika tinggal kurang lebih 12 jam naik
mobil dari North Carolina. Tetapi saya masih takut untuk mengatakannya kepada Burt, sampai suatu hari
saya berkata pada Burt:”Kita perlu pindah, tampaknya North Carolina adalah tempat yang terbaik.” Burt
menjawab, “Baiklah, Roxy.” Saya berkata dalam hati, “Syukurlah, Burt selalu sepakat dengan saya.”
Burt segera menghubungi perwakilan departemen perdagangan North Carolina dan menceritakan
soal Burt’s Bees. Ternyata North Carolina sedang giat-giatnya menarik berbagai perusahaan untuk
membuka pabrik di wilayah mereka. Walaupun Burt’s Bees relatif kecil dibanding perusahaan lain
di “Segitiga,”2 Departemen Perdagangan North Carolina mengirimkan sebuah perangkat lunak berisi
informasi keuangan di North Carolina, juga untuk menghitung pajak yang harus dibayar Burt’s Bees.
Beban pajak ternyata lebih ringan dibandingkan di Maine.
Tetapi yang paling menarik adalah tersedianya tenaga terampil dalam jumlah banyak di North
Carolina. Burt’s Bees dapat dengan mudah mempekerjakan insinyur bekas pegawai Revlon untuk
mengawasi proses produksi. Juga terdapat banyak manajer dengan pengalaman kerja di Lancome,
Vogue, dan Victoria’s Secret.
Selanjutnya, Roxanne dan Burt diundang mengikuti tur mengelilingi daerah Segitiga dan melihat
langsung fasilitas yang ada. “Petugas kantor yang menjemput kami sangat terkejut ketika melihat kami
di bandara,” kata Roxanne sambil tertawa. “Burt memiliki suara yang dalam dan kasar, tetapi di telepon
suaranya seperti anak muda. Padahal Burt sebenarnya berusia 62 tahun, berperawakan tinggi, dengan
rambut putih panjang sampai pundaknya dan janggut yang sama panjangnya, sepertinya dia baru saja
keluar dari hutan Maine.” Roxanne melanjutkan, “Tetapi penjemput kami bisa segera mengatasi situasi.
Dia menemani kami selama tiga hari, menunjukkan berbagai perusahaan dan pabrik di wilayah itu,
bahkan memberi suatu tawaran yang menarik, dan kami sangat puas.”
Kasus Bab 3
Sekembalinya dari North Carolina, Roxanne segera menghubungi departemen perdagangan
Maine. Dia ingin Maine untuk memberi penawaran yang lebih baik. “Seandainya mereka memberikan
separuh dari apa yang ditawarkan North Carolina, saya akan tetap di Maine.” Namun, pihak departemen
perdagangan Maine meminta Roxanne untuk menelepon kembali beberapa bulan lagi karena wanita
yang mengurusi hal tersebut sedang cuti hamil. Roxanne terheran-heran, “Kami adalah pabrik kedua
terbesar di kota itu, tetapi kami tidak ditanggapi selayaknya. Akhirnya Gubernur Maine menelepon
kami ketika membaca di Forbes3 bahwa kami akan pindah ke North Carolina. Tetapi sudah terlambat.
Beberapa hari lagi kami akan pindah dan kami sudah menandatangani kontrak sewa gedung.”
Memangkas Tumbuhan Azalea:
Ekonomi Perpindahan Roxanne Quimby menyamakan keputusan untuk pin-
dah seperti memindah tumbuhan azalea yang berbunga. “Saya harus memangkas dan memotong
agar tanaman itu bisa terus hidup.” Di Maine, keuntungan terbesar adalah tenaga kerja yang murah–
– pegawai produksi digaji $5/jam. Dengan demikian proses produksi sangat padat karya, sama sekali
tidak ada otomatisasi. Semua produk dari rumah burung, lilin pijar, sampai baju bayi semua dibuat
dengan tangan.
Di North Carolina keuntungan terbesar adalah tenaga terampil. Tetapi tenaga terampil mahal
harganya, dan Burt’s Bees tidak mungkin mengandalkan sistem produksi padat karya. Roxanne harus
melakukan otomatisasi dan memfokuskan Burt’s Bees ke produk perawatan kulit (lihat Peraga B).
”Produk kami di Maine tidak saling berkaitan dalam proses produksi. Mereka berhubungan hanya
dalam hal kesederhanaan dan nilai-nilai kekeluargaan. Di North Carolina kami terpaksa menyingkirkan
semuanya itu dan beralih ke otomatisasi.”
Ketika sampai di North Carolina, Roxanne memikirkan kembali produk-produk mereka dan
memutuskan untuk berkonsentrasi pada produk perawatan kulit (lihat Peraga C dan D). Proses
pembuatan produk perawatan kulit hanyalah mencampur dan memasukkannya ke wadah, semua bisa
dilakukan oleh mesin. ”Untuk membenarkan kepindahan ke North Carolina, kita harus lebih banyak
membuat ”goop” (campuran bahan cair). Dan kita belum pernah membuatnya sejak tahun 1988,” jelas
Roxanne.
Burt’s Bees akan mempertahankan ciri khas ramah lingkungannya dengan menggunakan bahan
alami untuk produk perawatan kulit. Ini berarti Burt’s Bees harus menjalani perubahan total dan
meninggalkan produk awal mereka yang sudah membawa kesuksesan.
Selain itu, Roxanne dan Burt tidak bisa lagi menjadi pemilik utama kalau ingin Burt’s Bees
berkembang. Selama ini kepemilikan adalah 70 persen pada Roxanne dan sisanya pada Burt. Para
manajer tentunya ingin memiliki sebagian saham dan ini bisa menjadi motivasi kuat untuk berhasil.
Roxanne sadar bahwa membagi saham berarti dia tidak sebebas dulu lagi dan harus bertanggung
jawab atas keputusan-keputusannya yang kadang tidak lazim. Padahal bertanggung jawab pada
orang lain adalah hal yang selama ini selalu dihindarinya. Dia ingin hidup bebas dan kebebasanlah
yang memberikan keberhasilannya saat ini.
PERAGA B
Pekerjaan yang Diperlukan dalam Klasifikasi Industri Standar (SIC) 284: Sabun, Pembersih, dan
Perlengkapan Toilet.
Pekerjaan
% dari Total Industri, 1994
% Perubahan sampai 2005
(proyeksi)
Pengepakan & mengisi operator mesin
8.5
-30.1
Pengepak dan pemaket manual
6.3
-20.1
Perakit, penenun, & pekerja tangan
5.7
16.5
Penjual & pekerja terkait
4.9
16.5
Kasus Bab 3
Transportasi, pemindah stok & material, pembawa
3.6
Sekretaris, mantan ahli hukum & medis
3.5
6
Kontroler perlengkapan kimia, operator
3
4.8
Mekanik mesin industri
2.7
28.1
Operator mesin
2.6
2.6
Operator industri truk & traktor
2.6
16.5
Ahli kimia
2.5
28.1
Operator mesin crushing & pencampur
2.5
16.4
General manager & Eksekutif Atas
2.5
10.5
Petugas pencatat trafik, pengiriman & penerimaan
2.2
12.1
Manajer pemasaran, periklanan & PR
-6.8
2
16.5
Teknisi ilmiah & matematika
1.8
16.5
Petugas pencatatan, akuntansi & audit
1.8
16.5
Petugas pemeliharaan, utilitas umum
1.7
4.8
Inspektur, tester & penilai, presisi
1.6
16.5
Petugas kantor umum
1.6
-0.7
Petugas pemesanan, material, pernak-pernik & layanan
1.5
13.9
Machine feeder & offbearer
1.5
4.8
Supervisor & manajer
1.5
19.1
Pekerja profesional
1.4
39.7
Manajer industri produksi
1.4
16.4
Juru tulis saham
1.4
-5.3
Manajer & administrator
1.3
16.4
Petugas penyesuai
1.2
39.8
Akuntan & auditor
1.2
16.5
Pekerja pendukung manajemen
1.1
16.4
Manajer teknik, matematis & ilmiah
1.1
32.2
Sopir truk ringan & berat
1
20.1
Sumber: Manufacturing USA: Industry Analyses, Statistics, and Leading Companies: 5 ed., volume 1, ed. Arsen J. Darnay. Gale
Research Inc. (1996), hlm. 837.
th
PERAGA C
Statistik Industri Umum untuk SIC 2844: Perlengkapan Toilet.*
Pelaksanaan
Ketenagakerjaan
Kompensasi
Produksi ($ juta)
Tahun
Total Dengan Total Pegawai
Jam
Gaji ($ Upah
Biaya
pegawai (000) produksi produksi juta) ($/jam) Material
< 20
(000)
(juta)
Nilai
Nilai
Investasi
Tambah
Pengiriman
Modal
dari
Manufaktur
1988
687
277
64.9
40.5
78.1
1,551.3 9.08
4,445.1
12,053.2
16,293.6
292.6
1989
676
282
63.6
39.4
75.4
1,615.5 9.69
4,758.2
11,979.2
16,641.9
313.7
1990
682
284
63.6
38.1
74.3
1,620.6 10.14
4,904.6
12,104.2
17,048.4
280.4
1991
674
271
57.4
35.6
69.8
1,616.3 10.81
5,046.3
12,047.4
18,753.5
299.5
1992
756
305
60.1
37.2
75.6
1,783.3 10.82
5,611.3
13,167.2
19,706.4
507.3
1993
778
299
61.7
38.6
79.7
1,857.8 10.59
6,152.6
13,588.8
19,736.0
472.6
* Manufacturing USA, hlm. 833.
Sumber: 1982, 1987, 1992 Economic Census; Annual Survey of Manufactures, 83-86, 88-91, 93-94. Pelaksanaan yang dihitung
untuk tahun nonkonsensus berasal dari County Business Patterns.
Kasus Bab 3
PERAGA D
Perbandingan Industri Perlengkapan Toilet (SIC 2844) dengan
Rata-rata Semua Sektor Manufaktur A.S., 1994.*
Skala Penilaian
Rata-rata Semua Sektor Manufakturing
Pegawai per pelaksanaan
Rata-rata SIC 2844 Indeks
49
77
157
Gaji per pelaksanaan
$ 1,500,273
$ 2,397,065
160
Gaji per pegawai
$
$
Pegawai produksi per pelaksanaan
30,620
31,191
102
34
47
137
$ 1,061,646
124
Upah per pelaksanaan
$
853,319
Upah per pegawai produksi
$
24,861
Jam per pegawai produksi
$
2,056
12.09
$
22,541
91
2,062
100
10.93
90
Upah per jam
$
Nilai tambah per pelaksanaan
$ 4,602,255
$ 17,781,454
386
Nilai tambah per pegawai
$
93,930
$
231,375
246
Nilai tambah per pegawai produksi
$
134,084
$
377,541
282
Biaya per pelaksanaan
$ 5,045,178
$ 8,648,566
171
Biaya per pegawai
$
102,970
$
112,536
109
Biaya per pegawai produksi
$
146,988
$
183,629
125
9,576,895
26,332,221
275
Pengiriman per pegawai
195,460
342,639
175
Pengiriman per pegawai produksi
279,017
559,093
200
654,570
204
Pengiriman per pelaksanaan
Investasi per pelaksanaan
$
321,011
$
Investasi per pegawai
$
6,552
$
8,517
130
Investasi per pegawai produksi
$
9,352
$
13,898
149
* Sama seperti sebelumnya.
Kesimpulan Roxanne memandangi pabrik yang masih sepi. Dia mencoba membayangkan
kesibukan di tempat itu kelak bila sudah beroperasi. Pegawai sibuk berjalan kesana-kemari dan deru
mesin-mesin yang sedang bekerja. Tetapi pikirannya selalu kembali ke bekas ruang sekolah di Maine.
Apakah Roxanne sebaiknya menuruti perasaan sentimentilnya atau mendengarkan instingnya yang
sampai saat ini belum pernah mengecewakannya? Dia harus membuat keputusan segera. Ada tiga
pilihan:
1.
2.
3.
Tetap di North Carolina: Roxanne bisa menyibukkan diri dengan tantangan baru dan melupakan
kegundahan hatinya. Burt’s Bees akan segera mendapatkan manajer produksi baru dengan
pengalaman di Revlon, dan manajer penjualan dan pemasaran dengan pengalaman di Lancome,
Vogue, dan Victoria’s Secret. Perusahaan bisa dijalankan oleh kedua orang tersebut.
Pulang ke Maine: Roxanne bisa menghentikan semua kegiatan perusahaan dan segera kembali
ke Maine. Kebanyakan pegawai lamanya belum mendapatkan pekerjaaan baru. Tentunya ini
akan memakan biaya, tetapi biaya bisa diminimalkan bila Roxanne segera bertindak. Burt’s Bees
bisa terus memproduksi barang lamanya yang sudah terbukti sukses. Mungkin ia bisa membuat
perjanjian khusus dengan gubernur Maine untuk mengatasi biaya tinggi.
Menjual Perusahaan: Walaupun penjualan $3 juta belum bisa dikatakan besar, tetapi Burt’s Bees
cukup mendapat perhatian di bidang industri kosmetika dan pasti banyak yang ingin memilikinya.
Roxanne merasa dia tidak mungkin menghabiskan seluruh hidupnya di Burt’s Bees. Dia berkata:
“Suatu saat perusahaan ini tidak akan membutuhkan saya lagi. Anak saya akan menjadi besar
dan meninggalkan ibunya. Masih ada hal-hal lain yang ingin saya lakukan.” Roxanne ingin hidup
di India sambil membantu wanita desa memulai usaha kerajinan tangan. Kalau dia menjual Burt’s
Bees sekarang, keinginan itu bisa menjadi kenyataan.
Kasus Bab 3
Catatan dalam Studi Kasus:
© Hak cipta oleh Jeffry A. Timmons, 1997. Kasus ini ditulis oleh Rebecca
Voorheis, di bawah arahan Jeffry A. Timmons, Pakar Kewirausahaan
Franklin W. Olin, Babson College. Dana disediakan oleh Ewing Marion
Kauffman Foundation. Hak cipta dilindungi undang-undang.
1
John Bentham, “Enterprises,” Lear’s Maret 1994, hlm. 20-21.
2
Daerah “Segitiga” di North Carolina mencakup Chapel Hill, Raleigh, dan
Durham. Juga merupakan lokasi “Research Triangle Park” sebuah areal
perusahaan teknologi tinggi sama seperti Silicon Valley di California
atau Route 128 di Massachusetts.
3
Dana Wechsler Linder, „Dear Dad“, Forbes, 6 Desember 1993, hlm. 9899.