Mata Kuliah : J0692 - Entrepreneurship Revisi : 2009 Dosen Pembuat : D3122 - Rudy Aryanto, SE., MM Pertemuan ke-3 Rencana Produksi/Operasi, Pengembangan Produk Baru, dan Konsep Kualitas AGENDA Pertemuan ke 3 • • • • • • • • • • • Membangun rencana pengembangan produk baru Strategi produk baru yang sesuai preferensi pasar Membangun merek Konsep kualitas Level kualitas Evaluasi kualitas Kebutuhan operational exellence Manajemen produksi/operasi Dasar-dasar keputusan lokasi, bangun, beli, sewa Rencana pembelian dan pemasok Pengendalian persediaan Product Planning and Development Process • Divided into five major stages: – – – – – Idea stage. Concept stage. Product development stage. Test marketing stage. Commercialization. Establishing Evaluation Criteria • Criteria for evaluation need to be established at each stage of the product planning and development process. • Criteria should be: – All inclusive and quantitative to screen the product carefully. – Established to evaluate the new idea in terms of: • • • • • Market opportunity Competition Marketing system Financial factors Production factors. The Product Planning and Development Process (1 of 3) The Product Planning and Development Process (2 of 3) • Idea stage – Promising new product/service ideas should be identified. – Impractical ones eliminated. – Evaluation method – systematic market evaluation checklist. • Concept stage – Refined idea is tested to determine consumer acceptance. – Consumer acceptance can be measured through the conversational interview method. The Product Planning and Development Process (3 of 3) • Product development stage – Determines consumer reaction to the physical product/service. – A tool frequently used – consumer panel. – Consumer preference is determined through: • multiple brand comparisons, risk analysis, level of repeat purchases, or intensity of preference analysis. • Test marketing stage – Increases certainty of successful commercialization. – Provides actual sales results, which indicate the acceptance level of consumers. Manajemen Produksi dan Operasi MPO (Manajemen Produksi dan Operasi) atau POM (Production & Operation Management) adalah suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif yang menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumberdaya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Kegiatan MPO ditekankan pada 3 hal, antara lain: • • • Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa. Pengelalaan sistem transformasi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengambilan keputusan manajerial. LOKASI USAHA • lokasi penting bagi bisnis tertentu usaha pakaian, bahan makanan, tetapi tidak bagi usaha barang antik, bengkel mobil. • yang penting : kedekatan pasar, hubungan dengan pelanggan,tersedianya staf yang mampu, tersedianya bahanbahan mentah. LOKASI PABRIK / INDUSTRI • dekat dg sumber material • dekat dg pasar • mudah mendapat tng kereja • mudah fasilitas trasportasi • mudah memperoleh bahan bakar • mudah memperoleh air • sikap pemda setempat dan masyarakatnya 10 PERTIMBANG AN BIAYA LOKASI 1 LOKASI 2 LOKASI 3 BIAYA PEMBELIAN TANAH BANGUNAN BIAYA OPERASI TENAGA KERJA MESIN ASURANSI LAIN-LAIN PAJAK PAJAK KEKAYAAN PAJAK PENDAPATAN PAJAK ATAS GAJI PAJAK DAERAH TRANSPORTASI DARI PENSUPLAI UNTUK PELANGGAN LAIN-LAIN 11 Perencanaan Lokasi dan Tata Letak Alternatif pilihan lokasi maka perlu dipertimbangkan hal-hal yang terkait dengan total biaya dan volume produksi yakni : • Peraturan pemerintah. • Peraturan daerah. • Intensif pajak. • Subsidi investasi dan perangsang dari daerah. • Ketersediaan tenaga kerja. • Biaya tenaga kerja. • Jarak dari pangkalan bahan baku. • Kemudahan akses transportasi. • Biaya hidup di daerah tersebut. • Posisi geografis terhadap peluang pasar/ pemintaan. • Iklim setempat dan keadaan alamnya. • Ketersediaan lahan ekspansi. • Dampak lingkungan • Keberadaan sumber daya alam pendukung proses operasi • Kondisi lingkungan industri lokasi tersebut. Tata letak produksi hendaknya memenuhi persyaratan : • • • • • • • Kelancaran aliran proses produksi. Kebutuhan administrasi dan perkantoran. Kebutuhan penjualan. Lalu lintas pengangkutan barang serta bahan. Penerangan dan ventilasi. Bentuk pabrik dan biaya pembangunannya. Biaya produksi. Dalam merencanakan tataletak fasilitas terbagi menjadi lima tata letak berdasarkan arus pekerjaan yakni: 1.Tata letak proses: mengatur komponen-komponen pabrikasi (seperti pusat pekerjaan, peralatan, dan departemen) menurut kebersamaan fungsi dan langkah-langkah progresif dimana produk itu dibuat. Contoh: semua mesin dari jenis yang sama dikelompokkan menjadi satu. 2.Tata letak produk: mengatur komponen-komponen pabrikasi menurut langkah-langkah progresif dimana produk tersebut dibuat. Tata letak produk berhubungan dengan produksi tipe kontinu atau tipe aliran. 3. Tata letak mesin: Penempatan mesin pada tata letak proses ataupun produk yang mempertimbangkan 3 faktor yakni: Tingkat kecepatan dan arah arus pekerjaan. Penyediaan dan penyingkiran bahan. Kenyamanan dan keleluasaan operator 4. Tata letak kebutuhan operator: yakni berdasarkan ilmu ergonomi berurusan dengan operator mesin, pekerjaannya dan mesinnya, dan bertujuan menyesuaikan pekerjaan dengan kesanggupan fisik dan mental pekerjanya. 5. Tata letak Posisi tetap dan Posisi fleksibel: Tata letak tetap digunakan manakala ukuran barang produksinya besar sehingga alur pekerjaan ditempatkan ke posisi produk berada sehingga operator dan peralatannya harus di bawa ke lokasi tersebut, contoh pembuatan kapal. Keputusan Besar: Bangun, Beli, atau Sewa-Beli Apabila wirausahawan telah memiliki gambaran mengenai kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh suatu bangunan agar dapat memenuhi kebutuhan bisnisnya, permasalahannya beralih pada apa yang dapat ia peroleh. Kemampuan mendapatkan fasilitas fisik terbaik yang berkaitan dengan uang yang tersedia sangat bergantung pada apakah wirausahawan tersebut memutuskan untuk membangun, membeli, atau melakukan leasing (sewa-beli) suatu bangunan. Keputusan Membangun Pada beberapa kasus, mungkin ada bangunan yang ideal di daerah yang ingin ditempati seorang wirausahawan. Membeli fasilitas menyebabkan seseorang dapat merenovasinya tanpa harus meminta izin dari orang lain. Membeli dapat mengosongkan sumber daya keuangan suatu bisnis, tetapi pemiliknya tahu persis berapa angsuran bulanannya. Keputusan Leasing Keuntungan utama dari leasing adalah bahwa hal tersebut tidak memerlukan uang muka yang besar, dengan demikian dana suatu bisnis dapat tersedia bagi pembelian persediaan atau untuk operasi saat ini. Tata Ruang: Memaksimalkan Pendapatan, Meningkatkan Efisiensi, atau Mengurangi Biaya Tata ruang ideal untuk suatu bangunan bergantung pada jenis bisnis yang menempatinya dan pada strategi wirausahawan dalam meraih daya saing. Pengecer merancang tata ruang mereka dengan tujuan memaksimalkan pendapatan penjualan sementara produsen melihat tata ruang sebagai suatu kesempatan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta untuk menurunkan biaya. Tata Ruang untuk Produsen Keputusan tata ruang produsen mempertimbangkan pengaturan departemen, stasiun kerja, mesin, dan titik penyimpanan persediaan dalam suatu fasilitas produksi. Sasaran umum adalah mengatur elemen-elemen ini untuk memastikan alur kerja yang lancar (dalam suatu fasilitas produksi) atau pola lalu lintas tertentu (dalam fasilitas atau organisasi penyedia jasa). Tata Ruang Produksi Pengaturan pekerja dan peralatan sesuai dengan urutan operasi yang dilakukan pada suatu produk tertentu. Jenis tata ruang ini dapat diterapkan pada operasi yang memiliki alur yang tetap, bervolume tinggi, kontinyu atau produksi massa, atau sewaktu jasa atau produk tersebut sangat baku. Pabrik perakitan mobil, pabrik kertas, dan penyulingan minyak merupakan contoh dari tata ruang produk. Prinsip Membangun Bisnis Konsep Kualitas Strategi dan Konsep Manajemen Proses (How to operate) Konsep Marketing (Branding, Positioning, Differentiation Strategi yang dilakukan dalam membangun sebuah produk baru Strategi memasuki pasar • Pahami Bisnis Anda dan Kuasai Pasar Anda • First come first conquer • Let get trouble first “Lihat, amati, tiru, modifikasi, dan tingkatkan (bench marking)” Contoh : INDUSTRI KELAPA Minyak Goreng Sentra Produksi Minyak Kelapa Perkebunan Kelapa VICO Sentra Produksi Arang Kelapa Klaster UMKM berbasis Kelapa Sentra Produksi Kayu Glugu PusLitBang Sentra Produksi Nata de Coco LembDiklat Sentra Produksi Serat Kelapa Meubel Kerajinan Fibre Jok Kursi Tali Kel. UMKM Pemasar Lokal Kel. UMKM Eksportir Pusat Promosi Daun - Bingkai Lemari Janur Keranjang Sampah Sapu Lidi Sarung Ketupat Tatakan Tempat Buah - Es Krim - Asinan - Minyak - Bonggol/Klapa Goreng Muda/Ubod in Bride Pucuk Daun - Lumpia - Jenewer/Gin/Lambanog - Bungkil Kelapa - Ragi Manggar Kelapa - Makanan Tuba - Kipas Ternak - Bahan Kimia - Gula - Sandal Pelapah Kering Minyak yg dpt - Air Kelapa Dingin/ - Cat dimakan - Tas Tangan Minuman Segar - Gliserin - Pelet Kopra - Topi - Cuka Kelapa - Krim Rambut - Kecap Kelapa - Minyak Mentah Air Kelapa - Pengganti Dekstrosa Kopra - Minyak Rambut - Buko Segar Daging - Sari Kelapa/Nata de Coco Buah Kelapa - Sabun Cuci - Kue Kelapa - Sabun Mandi Kelapa Muda - Susu - Manisan Serutan - Shampo Bubuk Kelapa - Ampas Kelapa Sari Susu kelapa - Minyak - Salad kelapa Rendah Lemak Kosmetik Murni - Biskuit - Kelapa Parut Kering Buah Kelapa Daging Buah - Kue Kelapa - Krim Santan Kering - Lemak Susu Kocok - Makaron - Margarin Kering Bubuk Susu - Permen Daging Kelapa Parut - Susu Iris Kelapa Tua - Santan Kelapa - Susu Kelapa - Kue Kelapa - Tepung Santan Kulit Ari Daging Kelapa - Minyak Semi Murni - Bahan Pembersih - Arang - Bahan Pemurni Asbak Tempurung Kelapa - Bahan Penyerap - Celengan - Katalisator - Hiasan Dinding - Batako Pres - Ikat Pinggang - Gantungan Bunga Sabut Kelapa - Asbak - Karbon Aktif - Gumpalan benang - Asesoris Meja Ikat - Kancing & Asesoris - Bangku Duduk Santai - Insulator - Kotak Perhiasan - Bingkai Lukisan - Isi Jok Kursi - Obat Nyamuk - Cawan - Karpet - Penggaruk - Meja Komputer - Keset - Filter - Pemberat - Patung Kecil - Sendok Kertas/Paper Weight - Penyaring/Filter Air - TasTangan Tempat Buah - Pewarna Batik - Tepung Batok Kelapa Tempat Klip - Sikat - Vas Bunga Tropi - tali - Fibre Kreasi Lain Perabot - Genteng Batang Kelapa Balok Bahan J0692Bangunan - Entrepreneurship -- Kayu - Bahan Obat-obatan Kayu Glondongan - Bahan Pewarna/Celup - Papan Kayu Akar - Root Beer - Tempat Buah Kelapa Minyak Kelapa J0692 - Entrepreneurship 26 Contoh Rencana Produksi : Nata de Coco Lokasi Usaha Terkait dengan jenis produk, di daerah survey Kabupaten Lampung terdapat tiga macam produsen yaitu produsen yang menghasilkan nata de coco lembaran, produsen yang menggunakan nata de coco lembaran untuk diolah kembali menjadi nata de coco kemasan siap konsumsi dan produsen yang menangani keduanya membuat nata de coco lembaran sekaligus membuat nata de coco kemasan. Input utama dari nata de coco adalah air kelapa. Lokasi usaha untuk semua jenis usaha nata de coco tidak menuntut tempat khusus dan tidak harus dekat dengan sumber inputnya. Usaha nata de coco lembaran tidak harus dekat dengan sumber pasokan air kelapa mengingat air kelapa yang digunakan tidak harus air kelapa segar. Air kelapa bisa ditampung selama kurang lebih 5-6 hari sebelum memasuki proses produksi. Begitu juga usaha nata de coco kemasan tidak harus dekat dengan sumber nata de coco lembaran mengingat nata de coco lembaran dapat disimpan dengan teknologi yang sederhana yaitu, mengganti air rendaman dan perebusan. Bina Nusantara University 27 Fasilitas Produksi dan Peralatan Dalam proses pembuatan nata de coco, terdapat fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan. Usaha ini sangat membutuhkan fasilitas bangunan, sumber air dan pembuangan limbah cair. Peralatan usaha nata de coco sangat sederhana dan dapat ditemukan dengan mudah di sekitar lokasi usaha. Berikut ini adalah fasilitas dan peralatan yang biasa digunakan: Fasilitas : 1. Bangunan untuk proses produksi. Proses produksi membutuhkan suhu kamar yang optimal. 2. Pompa air untuk memasok air dari sumur 3. Tandon air untuk tempat menyimpan cadangan air dalam proses pencucian 4. Tempat pembuangan limbah cair 28 Peralatan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Botol bekas syrup untuk tempat menyiapkan starter atau bibit Jerigen untuk mengumpulkan air kelapa dari sumber: petani kopra, pasar dll. Hand refractometer untuk mengukur kandungan padatan air kelapa. Ember untuk menampung air kelapa dan membersihkan lembaran nata de coco. Penyaring digunakan untuk memisahkan material lain (seperti serabut, pecahan tempurung, dll) dari air kelapa Panci/Dandang Perebus sebaiknya terbuat dari stainless steel untuk menghindari reaksi dengan media maupun produk nata de coco yang dihasilkan. Panci ini digunakan untuk memasak air kelapa dan juga nata de coco. Kompor (minyak atau gas) ataupun tungku (kayu bakar). Jenis kompor bisa dengan kompor spiral yang dilengkapi dengan selenoid. Pengaduk sebaiknya dari kayu atau stainless steel. Lori (kereta dorong) digunakan untuk sarana mengangkut/memindahkan Gayung plastik (gelas ukur/alat pengukur volume) digunakan untuk menuangkan bahan air kelapa yang sudah di masak ke dalam baki plastik. Meja panjang untuk menempatkan baki/nampan fermentasi Baki/nampan plastik digunakan untuk tempat media fermentasi Kain saring atau kertas koran sebagai penutup baki/nampan plastik selama proses fermentasi Tali karet (elastik) untuk mengikat kain/koran penutup baki/nampan Ember pencuci Pisau dan talenan digunakan untuk mengiris nata de coco yang semula berbentuk lembaran agar menjadi bentuk kubus. Pisau mesin dapat digunakan untuk menjaga standarisasi bentuk kubus nata de coco. Rak untuk fermentasi dan pengeringan alat Teko Kursi Sepatu plastik Sarung tangan Timbangan Mesin pres 29 Bahan Baku Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan baku dan bahan pembantu. Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang telah dibasikan/disimpan kurang lebih 5 sampai 6 hari. Bahan pembantu digunakan untuk mempercepat proses pertumbuhan bakteri (acetobacter xylinum) dan untuk mengatur kondisi air kelapa agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Penggunaan bahan baku tersebut bervariasi tergantung dari produsen. Berikut ini adalah bahan tambahan yang biasa digunakan: Untuk nata de coco lembaran: a. Air Kelapa b. Gula pasir sebagai sumber karbohidrat c. Asam cuka glasial/cuka untuk membantu mengatur tingkat keasaman (pH) d. Pupuk ZA sebagai sumber nitrogen e. Garam inggris untuk membantu pembentukan lapisan nata de coco f. Asam sitrat (zitrun zuur) g. Bibit nata de coco h. Air i. Minyak tanah Untuk nata de coco kemasan: a. Gula/syrup b. Pewarna c. Pewangi d. Pengawet e. Kemasan (gelas plastik, penutup, sendok plastik) f. Kardus g. Lakban 30 Teknologi Teknologi produksi nata de coco adalah teknologi sederhana dan tepat guna. Untuk usaha nata de coco lembaran atau kemasan bisa dilakukan tanpa peralatan mekanis. Kalaupun menggunakan peralatan mekanis, peralatan tersebut dapat dirancang sendiri. Sebagai contoh, pisau/mesin pemotong nata lembaran menjadi kubus ukuran 1x1x1 cm3 dapat dirancang sendiri dan dipesan di pasar lokal. Namun demikian, terdapat beberapa mesin seperti mesin kemasan yang harus didatangkan dari luar daerah sebab memiliki disain khusus. Proses Produksi Proses pembuatan nata de coco terdiri dari enam tahap, yaitu: penyaringan; pemasakan dan pencampuran bahan pembantu; penempatan dalam nampan dan pendinginan; inokulasi (penanaman/penebaran) bibit (starter); pemeraman (fermentasi); panen dan pasca panen (pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi). 31 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Di pasaran, nata de coco sering diminta dalam bentuk lembaran; bentuk kubus kecil-kecil tawar atau sudah dalam keadaan manis larutan gula atau syrup. Bentuk lembaran dan kubus-kubus kecil tawar biasanya diminta oleh produsen/pengusaha lain untuk diolah kembali. Dengan kata lain nata de coco lembaran dan kubus-kubus kecil tawar sebagai bahan baku proses produksi nata de coco dalam syrup. Bila nata de coco ingin dipasarkan dalam keadaan tawar maka, nata de coco tersebut direbus kembali dengan air bersih hingga mendidih dan dalam keadaan panas segera dilakukan pengemasan dalam kantung plastik dan diikat rapat dan didinginkan. Sedangkan nata de coco dalam syrup siap untuk dikonsumsi harus melalui beberapa proses: pembuatan syrup; pencampuran nata de coco dan bahan lain; pengemasan dan pengepakan. 32 Produksi Optimum Untuk produksi 20 liter air kelapa, Sutarminingsih (2004) menemukan komposisi bahanbahan pembantu sebagai berikut: a. 1 Kg gula pasir sebagai sumber energi/karbohidrat atau karbon b. 20 ml (2 sendok makan) asam asetat glasial/cuka untuk membantu mengatur keasaman (pH) c. 20 g (2 sendok makan) pupuk ZA sebagai sumber nitrogen d. 10 g (1 sendok makan) garam inggris untuk membantu pembentukan lapisan nata de coco e. 10 g (1 sendok makan) asam sitrat (zitrun zuur) f. 2 liter bibit nata de coco Apabila proses pembuatan nata de coco berjalan optimal maka dari 20 liter air kelapa dapat dihasilkan 17-18 kg nata de coco tawar (rendemen 80-90 persen). Kendala Produksi Kendala produksi utama yang dihadapi oleh produsen adalah cuaca yaitu musim penghujan. Selain pada musim penghujan input air kelapa mengalami penurunan supply, musim hujan juga akan mengganggu suhu udara yang bisa sangat mempengaruhi proses 33 fermentasi. Kestabilan suhu kamar 28º - 31º C dibutuhkan dalam proses fermentasi. Kualitas Kualitas itu merupakan pijakan paling dasar dari strategi membangun bisnis yang berkelas. Ibaratkan Anda ingin memasuki sebuah tempat atau rumah, kualitas adalah tampak depan, suasana, layout, taman bahkan kicauan burungnya yang merdu. Kualitas itu merupakan pintu gerbang pikiran orang di dalam menilai suatu hubungan, baik dengan bisnis Anda atau dengan diri Anda sehingga terciptalah suatu hubungan, baik dengan bisnis Anda atau dengan diri Anda sehingga terciptalah suatu persepsi tentang kualitas bisnis Anda atau produk Anda. 34 LEVEL OF QUALITY Bahwa yg dibeli oleh pelanggan tergantung dari standarisasi kualitas yg ada di pasar serta arah perubahan kualitas yg bakalan terjadi (“change driver”) sebagai pola trend perubahan persaingan di pasar, karena pasar selalu dianggap oleh seorang innovator sebagai “pasar yg tidak sempurna”. Level dari kualitas bisa kita gambarkan sebagai berikut : 1. Core of Quality (Kualitas Inti) Level kualitas ini adalah inti dari kualitas yang merupakan minimal yang harus dipenuhi oleh produsen atau penjual yang ingin menawarkan suatu produk kepada konsumen dalam pasar tertentu. Level kualitas inti terdiri dari : 1. Produk berjalan dengan baik secara fungsional. 2. Spesifikasi sesuai dengan yang benar-benar ada atau realitas produk. 3. Kemasan. Baik warna, packing, pegangan, beratnya, atau 35 pembungkusnya. 2. Marketable Quality (Good Quality) Setelah kualitas inti bisa Anda lampaui, maka Anda perlu memenuhi marketable quality, yaitu kualitas yang perlu ditambahkan dengan maksud agar produk tersebut marketable atau ada nilai yang menjadi daya saing produk Anda (competitive advantage), antara lain: 1. Menambah kualitas jaminan (assurance). 2. Meningkatkan strategi komunikasi tentang kualitas produk Anda. 3. Menambah manfaat untuk kualitas produk Anda di atas kualitas inti misalnya dengan tambahan pengantaran tanpa dipungut biaya, co-branding dengan produk lain, tambahan lebih cepat cara kerjanya, accessibility dipermudah, kualitas waktu pemakaian, dan lain-lain. 36 3. Expectation Quality Setelah produk dinyatakan bagus (good quality) yang mampu bersaing di pasar, kualitas diluar fungsional, yaitu emotional benefit, misalnya gengsi, status, kebanggaan, memorable, dan lain-lain. 4. Quality Excellence Tahap akhir tentang kualitas yaitu pencapaian kualitas yang mendekati zero defect dan zero complain sehingga baik kualitas internal perusahaan dan produk menyamai kualitas externalnya, yaitu reputasi dan populeritasnya. Tahap ini sudah bebas dari segala kekurangan dan kelemahan kualitas produk dalam jangka waktu yang panjang. 37 Contoh Sertifikat Mutu Produk
© Copyright 2024 Paperzz