Matakuliah : CB142 / Character Building IV Tahun : 2009 Pertemuan 1 PENGANTAR ETIKA TERAPAN Learning outcome Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya pertimbangan etika terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh manusia Bina Nusantara Materi: • • • • • • Bina Nusantara Penjernihan istilah Peranan etika dalam dunia modern Munculnnya etika terapan Bidang garapan etika terapan Pendekatan etika terapan Metode etika terapan 1. Penjernihan Istilah 1.1. Etika dan Moral • • Bina Nusantara Pengertian etimologis 1) Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno ‘ethos’ yang berarti adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap, watak, dan cara bertindak. 2) Moral berasal dari kata bahasa latin ‘mos’ atau ‘mores’ (jamak) yang berarti adat kebiasaan, Jadi secara etimologis etika dan moral memiliki pengertian yang kurang lebih sama. Pengertian Leksikal tentang ‘etika’ menurut KBBI, 1998: 1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. 2) Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Komentar: Urutan pengertian di atas sebaiknya di balik, karena pengertian yang ketiga merupakan pengertian utama dari etika. 1.2.Etika dan Etiket Persamaan: – Sama-sama berkaitan dengan perilaku manusia – Sama-sama mengatur perilaku manusia secara normatif Perbedaan: – Etiket menyangkut cara bagaimana suatu tindakan dilakukan, sedangkan etika menyangkut apakah sesuatu boleh atau tidak boleh, harus atau tidak harus dilakukan – Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tetap berlaku, dengan atau tanpa kehadiran orang lain. – Etiket bersifat relatif sedangkan etika lebih bersifat mutlak dan universal. – Etiket lebih menekankan penampilan lahiriah, sedangkan etika lebih pada penampilan batiniah Bina Nusantara 1.3. Amoral dan Immoral – Dua kata yang mirip, namun memiliki arti yang sangat berbeda. – Amoral = ”netral dari sudut moral”, atau ”tidak mempunyai relevansi etis”, sesuatu yang tidak ada hubungan dengan masalah moral. – Immoral = ”bertentangan dengan moralitas yang baik”, ”secara moral buruk”, ”tidak etis”. – Contoh: • Pernyataan yang salah: “Korupsi adalah tindakan amoral” • Seharusnya: “Korupsi adalah tindakan immoral” Bina Nusantara 2. Peranan etika dalam dunia modern Alasan semakin penting dan relevannya pertimbanganpertimbangan etis : • Adanya pluralisme moral • Timbulnya masalah-masalah etis baru • Munculnya kepedulian etis yang semakin universal • Datangnya hantaman gelombang modernisasi. • Sebuah tantangan bagi agamawan. Bina Nusantara 3. Munculnnya etika terapan 3.1. Muncul dari kepedulian etis yang mendalam, yang dipicu oleh: – Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi. – Terciptanya semacam ”iklim moral” yang mengundang minat baru untuk etika : • Munculnya perjuangan civil right. • Adanya gerakan kuat yang menuntut persamaan hak antara pria dan wanita. • Terjadi juga “revolusi” mahasiswa di beberapa negara Barat • Dsb. Bina Nusantara 3.2. Gambaran keseriusan perhatian pada etika terapan : – Di banyak tempat di seluruh dunia setiap tahun diadakan kongres dan seminar tentang masalah-masalah etis. – Telah didirikan cukup banyak institut, di dalam maupun di luar lingkup perguruan tinggi, yang khusus mempelajari persoalanpersoalan moral – Terutama di Amerika Serikat, etika dalam salah satu bentuk sering kali dimasukkan dalam kurikulum di perguruan tinggi – Terdapat suatu banjir publikasi tentang etika terapan yang tidak pernah terpikirkan beberapa dekade sebelumnya – Pada dekade-dekade terakhir ini tidak jarang jasa ahli etika diminta untuk mempelajari masalah-masalah yang berimplikasi moral Bina Nusantara 3.3. Kaitan etika terapan dengan etika umum – Etika terapan merupakan produk etika umum – Perdebatan tentang masalah-masalah konkrit akhirnya akan memperjelas, menguji dan mempertajam juga prinsip-prinsip moral yang umum. – Perjumpaan dengan praktek akan memberikan banyak masukan berharga yang dapat dimanfaatkan oleh refleksi etika teoretis. – Sebaliknya, etika terapan sangat membutuhkan bantuan dari teori etika, sebagai pegangan dalam memasuki pergumulan dengan masalah-masalah praktis. – Dengan demikian kualitas etika terapan turut ditentukan oleh kualitas teori etika yang dipergunakannya Bina Nusantara 4. Bidang garapan etika terapan 4.1. Dua wilayah besar yang disoroti oleh etika terapan : • Wilayah profesi : Etika kedokteran, etika politik, etika bisnis, dan sebagainya, • Wilayah masalah : Penggunaan tenaga nuklir; pembuatan, pemilikan, dan penggunaan senjata nuklir; pencemaran lingkungan hidup; diskriminasi dalam segala bentuk (ras, agama, jenis kelamin, dll) 4.2. Pembagian kedalam makroetika dan mikroetika. Makroetika membahas masalah-masalah moral pada skala besar; sedangkan mikroetika membicarakan pertanyaan-pertanyaan etis pada tingkat sektoral seperti kewajiban etis antara dokter dengan pasien, antara perusahaan dan karyawan, dan lain sebagainya. 4.3. Pembagian ke dalam etika individual dan etika sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri; sedangkan etika sosial membahas kewajiban sosial manusia sebagai anggota kelompok masyarakat. Bina Nusantara 5. Pendekatan Etika Terapan 5.1. Pendekatan multidisipliner dan interdisipliner Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh pelbagai ilmu, dengan mempertahankan perspektif ilmiahnya masing-masing; sedangkan pendekatan interdisipliner semua disiplin ilmu melebur ke dalam suatu pandangan yang menyeluruh. 5.2. Pentingnya pendekatan kasuistik Pendekatan kasuistik adalah usaha memecahkan kasus-kasus konkrit di bidang moral dengan menerapkan prinsip-prinsip etika umum. Bina Nusantara 6. Metode etika terapan • Sikap awal :Sikap awal merupakan sikap tertentu seseorang terhadap suatu hal atau masalah yang dihadapinya • Informasi : Kita butuh informasi, yang mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. • Norma-norma moral : Norma-norma moral yang relevan untuk topik atau bidang bersangkutan, yang sudah sedemikian mengakar di tengah-tengah masyarakat, dan bukan baru diciptakan untuk kesempatan ini saja • Logika berpikir : Proses pembahasan suatu masalah yang sedang dihadapi harus mematuhi tuntutan berpikr logis-rasional. Bina Nusantara
© Copyright 2024 Paperzz