Matakuliah Tahun : L0142/Psikologi Perkembangan : 2007 Periode Kanak-Kanak Awal (Early Childhood) Pertemuan 7 Tujuan Pembelajaran • Mahasiswa dapat menghubungkan aspek perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial dengan issue yang terkait pada periode kanak-kanak awal (Early Childhood) 3 Bina Nusantara Materi Pembelajaran • Perkembangan fisik pada periode early childhood • Perkembangan kognitif pada periode early childhood • Perkembangan psikososial pada periode early childhood 4 Bina Nusantara Perkembangan Fisik • Aspek dalam perkembangan fisik anak : 1. Pertumbuhan dan Perubahan Tubuh Pada usia 3-6 tahun pertumbuhan fisik anak tergolong pesat. Pertumbuhan otot dan tulang juga tergolong pesat, membuat anak semakin kuat. 2. Gizi • Obesitas/overweight menjadi permasalahan anak-anak dibawah usia 5 tahun di Amerika Serikat dan juga dibeberapa negara lainnya. Diperkirakan sebanyak 22 juta anak seluruh dunia, yang berada dibawah 5 tahun mengalami obesitas. Hal ini sejalan dengan ‘mewabahnya’ junk food. Bina Nusantara • Kebanyakan obesitas bisa terjadi karena keturunan, namun faktor utama yang mendorong kondisi ini adalah lingkungan. Anak-anak yang mulai masuk priode preschool, pola makan mereka lebih dipengaruhi oleh lingkungan. • Apa yang dimakan oleh anak menjadi hal yang penting. Demikian juga seberapa banyak mereka makan. Untuk menghindari overweight, anak seharusnya hanya mengkonsumsi 30% lemak dari total kalori mereka. • Kondisi sebaliknya, yaitu malnutrisi dimana anak memiliki berat badan yang rendah, dialami oleh anakanak terutama di belahan Asia Selatan. • Malnutrisi ini dapat berdampak jangka panjang pada kognisi anak. Bina Nusantara 3. Kesehatan Mulut dan Gigi • Diusia 3 tahun, anak sudah memiliki gigi, dan gigi permanen akan tumbuh pada usia 6 tahun. • Jika anak berhenti mengenyot jarinya (thumb sucking) dibawah usia 4 tahun, maka gigi permanen mereka tidak akan bermasalah. 4. Pola Tidur • Pola tidur berubah seiring dengan pertambahan usia. • Pada periode ini anak tidur lebih nyenyak di malan hari dan begitu seterusnya hingga dewasa. • Mimpi buruk merupakan hal yang umum dialami oleh anak pada periode ini. Namun berjalan dan berbicara sambil tidur merupakan hal yang jarang terjadi. Bina Nusantara • Normalnya, anak pada usia ini mengenali keinginan untuk buang air kecil saat tidur, sehingga ia akan terbangun untuk buang air kecil. Namun anak yang masih mengompol di kasur saat malam hari berarti belum memiliki kesadaran ini. • Enuresis mengompol yang berulang kali terjadi di tempat tidur maupun pada pakaian. Bila enuresis ini menetap, maka ini menjadi masalah emosi, mental atau perilaku. • Anak yang mengalami enuresis seharusnya tidak disalahkan atau dihukum karena ini bukan masalah yang serius. Secara umum orang tua tidak perlu melakukan apapun kecuali bila anak merasa bahwa enuresis merupakan masalah baginya. Bina Nusantara 5. Keterampilan Motor • Keterampilan motor kasar (gross motor) anak terbentuk dengan pesat diusia preschool ini. Seperti berlari, melompat, dimana melibatkan kapasitas otot yang besar juga. • Keterampilan motor halus (fine motor) seperti mengancingkan baju dan menggambar, melibatkan koordinasi otot kecil dan mata-tangan, juga sudah terbentuk. Dengan berkembangnya 2 keterampilan motor ini, maka anak dapat bertanggung jawab terhadap keperluan personal mereka. • Pada usia 3 tahun, anak sudah mampu melakukan handedness – menggunakan 1 tangan. Bina Nusantara Perkembangan Kognitif A. Pendekatan Piagetian • Tahapan perkembangan kognitif pada periode early childhood preoperational, anak belum siap menggunakan logika mental. • Pada tahap preoperational ini, beberapa kemampuan yang dapat dilakukan anak adalah : 1. Memahami fungsi simbolik (symbolic function) kemampuan untuk menggunakan simbol atau representasi mental seperti kata, angka, atau gambar yang sudah diberi makna oleh seseorang. Mereka sudah dapat membayangkan benda atau orang tanpa harus dihadirkan. Fungsi simbolik ini muncul dalam pretend play, fantasy play, dramatic atau imaginary play Bina Nusantara 2. Memahami benda dalam ruang pada usia ini, anak sudah dapat menggunakan peta sederhana, dan dapat mengalihkan pemahaman ruang yang dimilikinya dari model yang ada ke peta, demikian sebaliknya. 3. Memahami sebab-akibat anak memang sudah memahami hubungan antara reaksi dan aksi, namun belum dapat bernalar secara logis tentang alasannya. Alasannya merupakan transduction – menghubungkan secara mental 2 peristiwa yang ada atau tidak ada penyebab logisnya. 4. Memahami identitas dan kategorisasi anak sudah mampu mengembangkan identitas – konsep bahwa manusia dan benda lainnya pada dasarnya sama meskipun bentuk, ukuran, dan tampilannya berubah. Kategori atau klasifikasi membutuhkan anak untuk mengenali persamaan dan perbedaan. Diusia 4 tahun kebanyakan anak menggolongkan berdasarkan 2 kriteria, mis : warna dan bentuk. Anak juga cenderung melakukan animism – kecenderungan untuk memberikan kehidupan kepada benda mati. 5. Memahami angka seberapa cepat anak belajar berhitung tergantung pada sistem angka dari budaya setempat dan sistem sekolah. Di USA anak pada periode ini mengenal 5 prinsip berhitung : prinsip 1-to-1; prinsip stable-order; prinsip order-irrelevance; prinsip cardinality; dan prinsip abstraction. Pada usia 12-18 bulan anak sudah dapat berhitung secara ordinality – konsep kurang atau lebih, lebih besar – lebih kecil. • Salah satu karakteristik utama dari berpikir preoperational adalah centration – kecenderungan fokus pada satu aspek dan mengabaikan aspek lainnya. Menurut Piaget, anak pada usia ini membuat kesimpulan yang tidak logis karena mereka tidak dapat decenter – memikirkan beberapa aspek dalam satu waktu. • Aspek immature dari preoperational : 1. Egocentrism tampilan dari centration, yaitu ketidakmampuan untuk memperhatikan sudut pandang orang lain. 2. Gagal memahami Conservation kenyataan bahwa 2 hal itu sama meskipun tampilannya berubah asal tidak ditambah atau diambil. Menurut Piaget, anak sulit memahami hal ini hingga akhirnya memasuk tahap operational, dimana mereka dapat mengembangkan berbagai jenis conservations di usia yang berbeda. Fenomena ini disebut horizontal décalage. Ketidakmampuan anak memahami conservation karena adanya irreversibility – kegagalan untuk memahami bahwa suatu tindakan dapat dilakukan dalam dua cara atau lebih. B. Pendekatan Information Processing – Perkembangan Ingatan • Ingatan merupakan sistem yang memiliki 3 tahap, yaitu : - encoding proses dimana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka panjang. Seperti meletakkan informasi dalam sebuah folder untuk dimasukkan dalam ingatan. - storage penyimpanan informasi dalam ingatan untuk penggunaan di masa depan. Seperti meletakkan folder jauh dari lemari penyimpanan. - retrieval proses dimana informasi dipanggil atau diakses dari penyimpanan ingatan. Retrieval muncul ketika informasi dibutuhkan. • Otak memiliki 3 “tempat penyimpanan”, yaitu : – Sensory memory tempat penyimpanan sementara dari informasi sensori yang masuk. – Working memory penyimpanan informasi jangka pendek yang diproses secara aktif, dengan cara berusaha untuk memahami, mengingat, atau memikirkannya. – Long term memory penyimpanan yang kapasitasnya tidak terbatas dimana dapat menyimpan informasi dalam jangka waktu panjang. • Jenis retrieval : recognition – kemampuan untuk mengenali sesuatu yang ditemui sebelumnya; recall – kemampuan untuk menghasilkan pengetahuan dari ingatan. • 3 jenis ingatan pada periode early childhood ini : generic memory dimulai pada usia 2 tahun, menghasilkan script atau kerangkan umum dari rutinitas yang familiar untuk mengarahkan perilaku. episodic memory ingatan jangka panjang dari pengalaman yang khusus atau peristiwa khusus, yang dikaitkan dengan waktu dan tempat. autobiographical memory ingatan peristiwa khusus dalam kehidupan seseorang. C. Pendekatan Psikometri dan Vygotskian • Alat ukur psikometri tradisional untuk mengukur kecerdasan, seperti : - Stanford-Binet Intelligence Scales. Digunakan untuk usia 2 tahun ke atas, mengukur kemudahan bernalar, pengetahuan, penalaran kuantitatif, proses visual spasial, dan ingatan jangka pendek/working memory. - Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence, Revised (WPPSI-III). Memiliki level yang berbeda untuk usia 2,5-4 tahun, dan 4-7 tahun. Menghasilkan skor yang terpisah antara skor verbal dan performance. • Konsep yang sering disalah mengerti adalah bahwa skor IQ merupakan kuantitas kecerdasan lahiriah yang menetap. Pada kenyataannya skor IQ mengukur seberapa baik anak dapat melakukan tugas tertentu pada satu waktu tertentu dan dibandingkan dengan anak lain yang seusianya. • Menurut Vygotsky, anak belajar melalui internalisasi yang merupakan hasil interaksi dengan orang dewasa. Proses belajar yang interaktif ini merupakan cara yang paling efektif untuk menolong anak melewati zone of proximal development (ZPD) – kesenjangan antara apa yang dapat dilakukan anak sendirian dan apa yang dapat dilakukan anak dengan bantuan. • Beberapa pengikut Vygotsky telah menerapkan scaffolding – dukungan sementara dimana orang tua, guru, dan orang lain membantu anak untuk mengerjakan tugasnya hingga anak dapat melakukannya sendiri. D. Perkembangan Bahasa • Pada periode ini anak dapat menguasai sejumlah kosa kata dengan cepat, mulai dari 900-1000 (usia 3 tahun) hingga 2.600 (usia 6 tahun). Peningkatan jumlah yang besar ini dicapai melalui proses fast mapping – proses dimana anak menyerap arti sebuah kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. • Cara anak mengkombinasikan silabels menjadi katakata, kata menjadi kalimat, berkembang secara cepat selama periode eraly chidlhood. Di usia 5-7 tahun, cara bicara anak sudah hampil menyerupai orang dewasa. • Ketika anak belajar kosa kata, grammar, dan syntax, mereka menjadi lebih kompeten dalam pragmatics – pengetahuan praktis untuk menggunakan bahasa dalam proses komunikasi. Hal ini meliputi social speech – pembicaraan yang dapat dimengerti oleh pendengar seperti tahu bagaimana menanyakan sesuatu, menceritakan cerita lucu, dsb. • Pada periode ini anak juga sering melakukan private speech – berbicara keras dengan diri sendiri tanpa maksud untuk berkomunikasi. • Piaget memandang private speech sebagai tanda kurang matangnya kognitif karena kondisi egocentrism. Sementara Vygotsky memandangnya sebagai bentuk komunikasi khusus, yaitu percakapan dengan diri sendiri. Perkembangan Psikososial A. Perkembangan Self • Pada periode ini terjadi lompatan dalam self-concept anak, dimana terjadi perubahan pada self-definition. • Anak sudah dapat melihat real-self nya yang tidak sama dengan ideal-self nya. • 3 tahap dalam perkembangan self-definition : single presentation, representational mappings, dan representational systems. • Menurut pandangan neo-Piagetian, self-esteem merupakan dasar pertumbuhan kemampuan kognitif anak untuk menjelaskan dirinya sendiri. • Self-esteem pada periode ini cenderung berupa ‘menjadi semua – atau tidak sama sekali”. Mis : “Saya baik” atau “Saya jahat”. • Memahami dan mengelola emosi sendiri berkontribusi terhadap kemampuan sosial anak, kemampuan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. • Hal yang membuat anak bingung memahami perasaan mereka sendiri adalah sulitnya mengenali bahwa mereka dapat mengalami reaksi emosi yang berbeda pada waktu yang bersamaan. • Pada tahap ini, perkembangan kepribadian menurut Erikson masuk dalam tahap initiative vs guilt. Anak belajar bahwa beberapa tindakan membutuhkan persetujuan sosial dan beberapa lagi tidak. • Terjadi konflik antara apa yang diinginkan oleh anak untuk dilakukan dan keinginan mereka yang perlu mendapat persetujuan. Anak yang dapat mengelola 2 dorongan yang berlawanan ini menghasilkan ‘virtue’ purpose. B. Gender • Mulai terbentuk gender identity – kesadaran kewanitaan atau laki-laki pada diri seseorang. Selain itu juga berkembang gender differences – perbedaan psikoogis dan perilaku antara laki-laki dan perempuan. • 3 aspek yang berkaitan dengan gender identity adalah : gender roles, gender typing, dan gender stereotypes. • 4 pandangan terhadap perkembangan gender : Teori Teori Utama Biologis Psikoanalisa – Psikoseksual Sigmund Freud Proses Kunci Keyakinan Dasar Genetik, aktivitas hormon Perbedaan perilaku kelamin dapat perbedaan biologis Resolusi dari emosianl yang disadari Gender identity anak identifikasi tua yang sama jenis Teori Teori Utama Proses Kunci Keyakinan Dasar Kognitif Teori Perkembangan Kgnitif Lawrence Kohlberg Self-categorization Teori Gender-Scheme Sandra Bern, CL Martin, Cherles Halverson Self-categorization berdasarkan proses informasi kultural Saat anak belajar dia laki/perempuan, akan memilah informasi tentang perilaku gender dan bertindak sesuai dengan gender Kelola informasi dan berperilaku sesuai dengan kultur. Albert Bandura Modelling, reinforcement, dan mengajar Gender-typing hasil dari interpretasi, evaluasi, dan internalisasi standar masyarakat Socializatioan – Teori Social Cognitive C. Bermain • Anak-anak usia preschool menerapkan jenis permainan yang berbeda sesuai dengan usia yang berbeda. • 4 level bermain menurut Piaget, dkk : - functional play bermain yang melibatkan gerakan otot yang berulang. Mis : berguling, melempar bola - constructive play bermain yang melibatkan penggunaan benda atau barang untuk membuat sesuatu. Mis : menggambar dengan crayon - pretend play bermain yang melibatkan imajinasi orang atau situasi. - formal games with rules permainan yang terorganisir dengan prosedur dan hukuman, mis : kelereng • Kategori permainan sosial dan non-sosial Parten : 1. Unoccupied behavior anak nampaknya tidak bermain tapi melihat peristiwa-peristiwa yang menarik 2. Onlooker behavior anak menghabiskan hampir seluruh waktu untuk melihat anak lain bermain. 3. Solitary independet play anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda dari anak lainnya dan tidak ada usaha untuk saling berdekatan. 4. Parallel play anak bermain sendiri diantara anakanak lain, dengan mainan yang sama tapi tidak merasa perlu untuk bermain dengan cara yang sama dengan anak lain. 5. Associative play anak bermain dengan anak lain. 6. Cooperative atau organized supplementary play anak bermain dalam kelompok dengan beberapa tujuan, mis untuk membuat sesuatu, bermain permainan formal, atau dramatisir situasi. D. Pengasuhan • Pada periode ini orang tua perlu untuk menerapkan disiplin pada anaknya. Beberapa bentuk disiplin : 1. Reinforcement dan punishment (hadiah dan hukuman) 2. Power assertion, induksi, dan penarikan kasih sayang • Pola asuh orang tua yang dapat diterapkan menurut Model Baumrind : 1. Authoritarian menekankan pada kontrol dan kepatuhan. Anak cenderung menjadi tidak puas, menarik diri, dan tidak percaya orang lain 2. Permissive menekankan pada ekspresi diri dan pengaturan diri. Hanya membuat sedikit tuntutan dan membiarkan anak mengawasi aktivitas mereka sendiri. Anak cenderung menjadi tidak matang – kurang kontrol diri dan eksplorasi diri. 3. Authoritative menghargai individualitas anak dengan tetap memegang nilai sosial. Anak dapat memiliki kemampuan sosial. 4. Neglectful atau uninvolved tambahan dari Eleanor Maccoby & John Martin. Orang tua yang hanya fokus pada kebutuhan diri sendiri daripada kebutuhan anaknya. Anak cenderung memiliki gangguan perilaku saat anak-anak hingga remaja. E. Altruism, Agresi, dan Rasa Takut • Altruism merupakan inti dari perilaku prosocial – perilaku sukarela untuk menolong orang lain. Sejak dini perilaku prososial dapat diterapkan pada anak. • Jenis agresi umum yang dimiliki anak pada periode ini adalah instrumental aggression – perilaku agresi yang digunakan untuk mencapai tujuan. • Antara usia 2-4 tahun, anak mengembangkan kontrol diri dan semakin baik untuk mengekspresikan dirinya secara verbal. Mereka beralih dari menunjukkan agresi melalui berkelahi dengan kata-kata. Seiring dengan tindakan agresi yang menurun secara keseluruhan, tindakan untuk menyakiti orang lain jsutru meningkat – hostile aggression. • Pada periode ini juga muncul rasa takut. Rasa takut dapat terbentuk karena pengalaman pribadi atau mendengar pengalaman orang lain. Terkadang imajinasi anak membuat mereka menjadi takut. Orang tua dapat menolong anak me cegah rasa takut ini dengan menanamkan percaya dan perhatian yang tidak terlalu protektif serta mengatasi rasa takut yang tidak realistis. Rangkuman • Aspek dalam perkembangan fisik pada periode early childhood yaitu pertumbuhan dan perubahan fisik, gizi, kesehatan mulut dan gigi, pola tidur, dan keterampilan motor. • Beberapa hal yang terjadi pada fisik anak : - pertumbuhan tulang dan otot ang pesat - gigi yang lengkap dan mulai tumbuhnya gigi permanen - perubahan pola tidur yang lebih nyenyak di malam hari - keterampilan motor kasar dan motor halus • Tugas perkembangan anak yang dilakukan pada tahap preoperational, yaitu : penggnaan simbol, memahami identitas, memahami sebab akibat, mampu menggolongkan, memahami angka • Aspek immature dari tahap preoperational Piaget, yaitu : centration, irreversibility, fokus pada kondisi bukan pada transformasi, penalaran transductive, egocentrism, animism, dan ketidakmampuan membedakan yang nampak dari kenyataan. • Perkembangan kognitif menurut pandangan information processing menyatakan bahwa anak memiliki kapasitas sensory memory/ingatan sensoris. • 3 tahap dalam ingatan : encoding, storage, dan retrieval. • 2 alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur kecerdasan anak adalah Stanford Binnet Intelligence Scale dan Wechsler Preschool and Primary scale of Intelligence, Revised (WPPSI-III). • Pengujian yang dilakukan Vygotsky terhadap anak yaitu konsep Zone of Proximal Development (ZPD), dapat dkombinasikan dengan scaffolding untuk membantu orang tua dan guru mengarahkan anak. • Beberapa kemampuan pada perkembangan bahasa anak, yaitu : pertambahan kosa kata, grammar, syntax, pragmatik, dan hal yang umum bila anak melakukan private speech. • Tugas perkembangan anak pada perkembangan psikososial yang terjadi, yaitu : perkembangan selfconcept, self-esteem. • Perkembangan konflik pada tahap ini menurut teori perkembangan Erikson adalah initiative vs guilt. Keberhasilan mengatasi konflik ini menghasilkan virtue : purpose. • Pada tahap ini anak juga memiliki kesadaran gender. • Bermain pada periode ini mengalami kemajuan secara kognitif, yaitu dari constructive play, pretend play, dan formal games with rules. Sementara itu menurut Parten, bermain pada tahap ini semakin sosial dengan anak lain. • 4 pola asuh yang diterapkan orang tua, yaitu : authoritarian, permissive, authoritative, dan neglectful atau uninvolved. • Pada tahap ini, anak juga mampu menerapkan prosocial behavior. Ia juga menerapkan agresi dengan instrumental agresi berupa fisik hingga verbal.
© Copyright 2024 Paperzz