download

Matakuliah
Tahun
Versi
: F0462 / PPN dan PTLL
: 2006
:1
PERTEMUAN #7
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
1
LEARNING OUTCOMES
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu :
menerangkan pengkreditan Pajak Masukan.
2
OUTLINE MATERI
Mekanisme pengkreditan PM.
Pedoman pengkreditan PM.
Pedoman pengkreditan PM bagi PKP dengan norma.
Pedoman pengkreditan PM bagi PKP pedagang eceran.
Pedoman pengkreditan PM yang tidak terutang PPN atau
dibebaskan.
Kompensasi kelebihan PM.
PM yang tidak dapat dikreditkan.
PM jika terjadi penyerahan BKP/JKP kepada pemungut
PPN.
3
PRINSIP DASAR PENGKREDITAN PM
PM dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan PK untuk masa
pajak yang sama.
Dalam hal belum ada PK dalam suatu masa pajak, maka PM
tetap dapat dikreditkan.
Apabila dalam suatu masa pajak, jumlah PK > PM, maka
selisihnya merupakan PPN yang wajib di bayar oleh PKP.
Apabila dalam suatu masa pajak, jumlah PK < PM, maka
selisihnya merupakan kelebihan PM yang dapat diminta
(restitusi) atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
PM yg dapat dikreditkan adalah PM untuk peroleh BKP/JKP yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan
penyerahan kena pajak.
Meskipun berhubungan langsung dgn kegiatan usaha, dalam halhal tertentu PM tidak dapat dikreditkan.
4
SYARAT PENGKREDITAN PM
Syarat Formil:
– Tercantum dalam Faktur Pajak Standar atau dokumen lain yang
diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar.
– Belum dilakukan pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Syarat Materil:
– Berhubungan langsung dgn kegiatan usaha melakukan penyerahan
kena pajak.
– Belum dibebankan sebagai biaya.
5
PEDOMAN PENGKREDITAN PM
Pajak masukan (PM) dikreditkan dengan Pajak keluaran (PK) yang
dipungut pada masa pajak yang sama.
PM yang belum dikreditkan dengan PK dalam masa pajak yang sama
dapat dikreditkan sampai dengan selambat-lambatnya tiga bulan
setelah akhir masa pajak, dengan syarat:
– PM tersebut belum dibebankan sebagai biaya.
– Belum dilakukan pemeriksaan, kecuali perolehannya telah dicatat
dalam pembukuan PKP yang bersangkutan.
Penghapusan piutang tidak mengakibatkan koreksi terhadap PK yang
telah dilaporkan dan PM yang dikreditkan atau dibebankan sebagai
biaya oleh PKP pembeli.
BKP yang musnah atau rusak karena bencana alam atau sebab lain
tidak harus dilakukan penyesuaian pajak yang telah dikreditkan atau
yang telah dibebankan sebagai biaya untuk perolehan BKP yang
musnah tersebut.
6
PEMAKAIAN SENDIRI DAN
PEMBERIAN CUMA-CUMA
Berdasarkan KEP-87/PJ./2002 diatur sbb:
Pemakaian sendiri untuk tujuan Produktif:
– Tidak terutang PPN.
Pemakaian sendiri bukan untuk tujuan produktif:
–
–
–
–
Terutang PPN, merupakan PK sekaligus PM.
Jika tergolong BKP Mewah, maka terutang PPnBM.
PM tidak dapat dikreditkan.
FP wajib dibuat, boleh dalam bentuk FP Sederhana.
Pemberian cuma-Cuma:
– Terutang PPN, merupakan PK.
– PPN yang terlanjur dipungut, dpt dikreditkan oleh PKP penerima.
7
PENGKREDITAN PM UNTUK
PKP DENGAN NORMA
Berdasarkan KMK No. 553/KMK.04/2000 diatur sbb:
Bagi pengusaha yang memilih untuk menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto.
Pajak Masukan yg dapat dikreditkan dihitung berdasarkan
presentase sbb:
– 70% dari Pajak Keluaran, dalam hal PKP menyerahkan BKP.
– 40% dari Pajak Keluaran, dalam hal PKP menyerahkan JKP.
Jika pengusaha tidak sepenuhnya menyelenggarakan
pencatatan peredaran bruto, apabila dari haris pemeriksaan
diketahui peredaran brutonya, maka PK dihitung berdasarkan tarif dikalikan jumlah peredaran hasil pemeriksaan.
8
PENGKREDITAN PM UNTUK
PKP PEDAGANG ECERAN
Berdasarkan KMK No. 553/KMK.04/2000 diatur sbb:
Dikategorikan pedagang eceran adalah:
– Menyerahkan BKP melalui suatu tempat penjualan eceran seperti
toko, kios, atau dengan cara penjualan langsung kepada konsumen
akhir, atau dengan penjualan dari rumah ke rumah.
– Menyediakan BKP yg diserahkan ditempat penjualan secara eceran.
– Melakukan transaksi jual-beli secara spontan tanpa didahului
penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kotrak, lelang, dan pada
umumnya bersifat tunai.
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebesar
80% dikalikan Pajak Keluaran.
9
PENYERAHAN BKP YANG TERUTANG
DAN TDK TERUTANG PPN
Jika terdapat BKP yg digunakan sebagian untuk kegiatan yg berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha dan sebagian lagi tidak, maka harus
dilakukan perhitungan kembali pajak masukan atas peroleh BKP tsb:
1) PKP menggunakan Barang Modal untuk:
– Kegiatan usaha yang atas penyerahannya terutang PPN, dan
– Kegiatan lain yang tidak terutang PPN, atau
– Kegiatan lain yang dibebaskan dari pengenaan PPN.
Maka bagian PM untuk kegiatan yang tidak terutang PPN harus dihitung
kembali dengan rumus:
P’ x PM
T
P’ = Besarnya presentase yang tidak terutang PPN.
T = Masa manfaat barang modal tersebut.
10
PENYERAHAN BKP YANG TERUTANG
DAN TDK TERUTANG PPN
2) PKP menggunakan Barang Modal untuk:
– Melakukan kegiatan usaha terpadu (integrated company) yang
menghasilkan barang yang terutang sekaligus tidak terutang PPN.
– Melakukan kegiatan usaha yang atas penyerahannya terdapat yang
terutang sekaligus tidak terutang PPN.
– Melakukan kegiatan menghasilkan/memperdagangkan barang/jasa
yang penyerahannya terutang sekaligus tidak terutang PPN.
– Melakukan kegiatan usaha yang atas penyerahannya sebgian
terutang dan sebagian lainnya dibebaskan PPN.
Maka bagian PM untuk kegiatan yang tidak terutang PPN harus dihitung
kembali dengan rumus:
X x PM
Y
T
X x PM
Y
X = penyerahan tidak terutang PPN; Y = total penyerahan satu tahun buku
11
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
PM yang dibayar sebelum dikukuhkan sebagai PKP.
Tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
Utk perolehan dan pemeliharaan mobil sedan, jip, station wagon, van,
combi, kecuali barang dagangan atau sesuai dengan usaha.
Pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean sebelum ditetapkan sebagai PKP.
Tercantum dalam Faktur Pajak (FP) sederhana.
Tercantum dalam Faktur Pajak standar tapi cacat.
Pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean, yang Faktur Pajaknya cacat.
PM yang pembayarannya ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Ditemukan dalam pemeriksaan, kecuali perolehannya telah dicatat
dalam pembukuan PKP yang bersangkutan.
PM untuk kegiatan usaha yang menghasilkan penyerahan yang
dibebaskan dari pengenaan pajak (PK-nya dibebaskan).
PM untuk perolehan BKP yang PK dibebaskan dari pengenaan pajak.
12
PM JIKA TERJADI PENYERAHAN
BKP/JKP KEPADA PEMUNGUT PPN
Jika terjadi penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN,
maka PK yang seharusnya kita pungut akan dipungut oleh
pemungut PPN.
Sehingga PM yang berasal dari perolehan BKP/JKP yang
diserahkan merupakan pajak lebih bayar.
Atas lebih bayar dapat direstitusi atau dikompensasi.
13
14