download

Matakuliah : F0242 - Lab Modeling Keuangan
Tahun
: 2009
Materi 06
Financial Forecasting
Forecasting
• Peramalan (forecasting) berhubungan erat dengan penyusunan sales
Projection dan Cost Budgeting, yang selanjutkan akan dihubungkan dengan
Capital Budgeting – bahkan sampai dengan evaluasi kinerja perusahaan.
• Metode yang akan digunakan meliputi Linear dan Non Linear
• Tampilan grafik metode linear akan seperti garis lurus, karena faktor-faktor
dalam model (formula) tersebut hanya pangkat satu (X1)
• Metode non-linear meliput persamaan kuadratis, logaritma ataupun
persamaan akar kuadrat, sehingga tampilan grafiknya akan melengkung
tidak berupa garis lurus / linear)
Bina Nusantara
Metode Grafik
Sebenarnya cukup banyak alat / metode / formula yang bisa digunakan
untuk melakukan analisis dan forecasting, saat ini dibatasi pada :
• Moving Average Analysis (MA) untuk ANALISIS rata-rata bergerak menurut
periode tertentu (interval). Semakin panjang periode interval, maka garis
MA akan semakin landai.
• Trend Analysis, baik dengan Single Regression (satu variabel independen)
ataupun Multi Regression (banyak variabel independen). Model (persamaan)
regresi liniernya digunakan untuk FORECASTING
Kedua metode di atas sering digunakan dalam penyusunan riset (skripsi,
thesis, disertasi), bahkan digunakan juga dalam analisis teknikal pergerakan
harga saham di bursa.
Bina Nusantara
Moving Average
• Moving Average (MA) tergantung pada
periode data (interval)
• Misalkan kita memiliki data jumlah
unit yang terjual (unit sold) dari tahun
1990 sampai 2006 seperti di samping
ini.
• Rata-rata bergerak setiap dua tahun
(n = 2) dari tahun 1990 s/d 1991 adalah
(222+388) : 2 = 305, sedangkan utk
tahun 1991 s/d 1992 adalah (388+228)
: 2 = 308 … dst
• Rata-rata bergerak setiap tiga tahun
dari tahun 1990 s/d 1993 adalah
(222+388+228) : 3 = 279 … dst
Bina Nusantara
Data Analysis : Moving Average
• Saat semua data telah terisi, pilih menu Tools, Data
Analysis, pilih Moving Average.
• Pilih Moving Average, tekan OK
Bina Nusantara
Data Analysis : Moving Average
Bina Nusantara
Centang untuk membuat grafiknya
Grafik Moving Average
Edit (ubah) judul sumbu vertikal
menjadi SALES (Unit Sold)
Edit (sesuaikan) Source Data untuk sumbu
horizontal agar dapat menampilkan data
tahun (1990 s/d 2006)
Bina Nusantara
Contoh : Analisis dengan Moving Average
•
Down
Trend
Bina Nusantara
Hasil analisis grafik MA terakhir
dengan interval 2 tahun (n = 2)
menunjukkan trend menurun dari
tahun 2003-2006.
• Maka analisis awal untuk prediksi
tahun 2007 masih akan mengalami
down trend juga.
• Bila manajer akan menggunakan
hasil analisis ini, maka untuk tahun
2007 manajer perlu membuat
anggaran jumlah unit yang terjual
(unit sold -> Sales) yang lebih rendah
dari tahun 2006
LATIHAN :
Buatlah grafik MA dengan n = 3 dan
4 dan lengkapi kolom tabel yang
kosong dalam lembar kerja (sheet)
anda. Apakah hasil analisisnya
sama? Mengapa ?
Trend Analysis
Trend Analysis akan menggunakan model (persamaan) sbb :
Y = a + bX
a = intercept (nilai tertentu pada saat X = 0)
b = slope (tingkat kemiringan garis), semakin besar SLOPE maka garis akan
semakin miring. Nilai b dapat negatif (turun ke kanan
bawah) atau positif (naik ke kanan atas)
Y = Variabel terikat (dependend variable) yang ditentukan oleh X
X = Variabel bebas (independed variable)
Pada saat ini hanya terdapat 1 (satu) variabel terikat dan 1 (satu) variabel bebas, artinya
kita menggunakan Simple Linear Regression.
Bila terdapat 1 (satu) variabel terikat dan 2 atau lebih variabel bebas (X1, X2 dst), maka
kita menggunakan Multiple Linear Regression (tidak dibahas dalam mata kuliah ini).
Bina Nusantara
Trend Analysis : Simple Linear Regression
• Misalkan seorang manajer pemasaran sedang menganalisis hubungan
statistik antara penjualan (sales) dan biaya iklan (Advertising), untuk
menentukan simple regression model.
• Maka Sales = Dependen Variable dan Advertising = Independend Variable,
maka model persamaan menjadi :
BASIC MODEL :
MANAGER
Y = a + ( b . X)
: Sales = intercept + (Slope x Advertising)
Formula dalam Ms Excel
=INTERCEPT(Y,X)
Bina Nusantara
Formula dalam Ms Excel
=SLOPE(Y,X)
Contoh : Trend Analysis
• Manajer menggunakan data historis selama 12 bulan sbb :
=INTERCEPT(A3:A14,B3:B14)
=SLOPE(A3:A14,B3:B14)
Bina Nusantara
Forecasting dengan Simple Linear Regression Model
Dari slide sebelumnya kita mendapatkan model sebagai berikut :
Sales = 49.064 + (4,69 x Advertising)
Bila untuk bulan Januari tahun depan manajer menganggarkan biaya iklan sebesar
USD 20.000 maka diprediksi nilai penjualan yang akan dicapai sebesar USD
142.864, dengan penjelasan sbb :
Sales = 49.064 + (4,69 x 20.000)
= 142.864
Bina Nusantara
Grafik Simple Regression
• Dari data lembar kerja, buatlah grafik pencar (Scatter), dimana sumbu
vertikal adalah Sales dan sumbu horizontal adalah Advertising.
Bina Nusantara
Trend Analysis dari Scatter Chart
• Tekan tombol mouse kanan pada kumpulan titik dalam grafik, pilih Add
Trendline
Bina Nusantara
Trend Analysis dari Scatter Chart
• Pilih Type = Linear, tekan Options
Bina Nusantara
Trend Analysis dari Scatter Chart
• Centang pada Display
equation on chart (untuk
menampilkan model
regresi dalam grafik
secara otomatis)
• Centang pada Display Rsquared value on chart
(menampilkan koefisien
determinasi dalam grafik
secara otomatis)
• Tekan OK
Bina Nusantara
Scatter Chart & Simple Regression Model
• Tampilan grafik Scatter akan
menjadi seperti di samping,
dengan model regresi SAMA
dengan slide sebelumnya (yang
dicari secara manual dengan
formula INTERCEPT dan SLOPE)
• R2 = 0,7828 berarti bahwa
78,28% perubahan Sales
berhubungan dengan perubahan
pada Advertising (Coefficient of
Determination atau CD)
• Tingkat korelasi = akar kuadrat dari 0,7828 yaitu 0,8847 atau 88,47%, yang berarti
antara SALES dan ADVERTISING memiliki tingkat korelasi yang sangat kuat (>70%),
sehingga cukup valid digunakan sebagai model untuk memprediksi penjualan pada
biaya iklan tertentu.
Bina Nusantara
Tambahan : Klasifikasi Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi dengan simbol  (baca : Rho) dapat bernilai positif (variabel X
dan Y berbanding lurus) atau negatif (berbanding terbalik).
Bila TANPA memperhatikan positif atau negatif maka dapat diklasifikasikan
menjadi (menurut beberapa sumber referensi) :
 < 0,3
0,3   < 0,5
0,5   < 0,7
 > 0,7
Bina Nusantara
antara X dan Y berkorelasi SANGAT LEMAH
antara X dan Y berkorelasi LEMAH
antara X dan Y berkorelasi CUKUP KUAT
antara X dan Y berkorelasi SANGAT KUAT