download

Complexities of Revenue Recognition
Pengakuan Pendapatan
(Complexities of Revenue Recognition)
Revenue Recogniton
Revenues and gains secara umum diakui saat:
1. Revenue and gains sudah direalisasi atau dapat direalisasi
2. Revenue dan Gain tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk
menghasilkan earning telah diselesaikan
Berikut ilustrasi garis waktu (time line) yang berhubungan dengan revenue recognition
Revenue Recogniton Time Line and Criteria
Criteria #1: Realized
Criteria #2: Selesai
secara substansial
Before
The Point of Sale
Pengecualian:
Revenue dapat diakui
sebelum
titik
penjualan (the point of
sale) jika
Pelanggan
memberikan
janji
pembayaran
yang
valid, DAN
Terdapat kondisi yang
secara
kontraktual
menjamin penjualan
yang terjadi kemudian
Point of Sale
After Poin of Sale
Normal :
Revenue
secara
umum diakui at this
point in time
Pengecualian:
The recognition of
revenue
harus
ditangguhkan jika:
Kriteria 1, biasanya
dipenuhi pada point
ini
Pelanggan
tidak
memberikan jaminan
pembayaran
yang
masih berlaku pada
saat
penerimaan
produk
atau
jasa
ATAU
Upaya yang signifikan
tetap
ada
berdasarkan kontrak
Kriteria 2, biasanya
dipenuhi pada point
ini
Secara umum revenue tidak diakui sebelum titik penjualan karena :
1. Janji pembayaran yang masih berlaku belum diterima dari pelanggan
2. Perusahaan belum menyediakan produk atau jasa
The International Standard for Revenue Recognition
• Sale of Goods
Menurut Iinternational Accounting Standars (IAS) 18, perusahaan seharusnya mengakui revenue
dari penjualan barang saat semua kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
1. The significant risks and reward of owneship dari barang telah berpindah ke pembeli dan
perusahaan penjual retains no effective control over what happens to the goods.
2. Both the amount of the revenue and of the costs asociated with the transacation can be
reliably measured
3. It is probable that the economic benefits of the sale will flow to be selling company
• Rendering of Services
Perusahaan seharusnya mengakui revenue dari rendering of services saat (pemberian jasa)
kedua kondisi berikut terpenuhi:
1. Total jumlah revenue adalah : total jumlah cost dan the stage of completion of the transaction
can be reliably measured
Complexities of Revenue Recognition
2. It is probable that the economics benefits of the transaction will flow to the company
rendering the services.
Revenue Recognition Prior to Delivery of Goods or Performance of
Services
(Pengakuan Pendapatan Sebelum Penyerahan Barang Atau Pelaksanaan
Jasa)
Revenue dapat dilaporkan sebelum penyerahan barang jadi atau penyelesaian suatu kontrak
jasa, jika periode kontruksi atau pembuatan barang yang akan dijual atau periode pelaksanaan
jasa relatif lama, yaitu lebih dari satu tahun.
Percentage-of-completion accounting merupakan bentuk alternatif atas completed contract
method, yang dikembangkan untuk menghubungkan pengakuan pendapatan atas kontrak.
Demikian juga metode proporsional telah dikembangkan untuk mencerminkan revenue yang
dihasilkan dari kontrak jasa dimana berbagai kegiatan jasa harus dilakukan sebelum kontrak
tersebut diselesaikan.
Konsepsi Umum dari Akuntansi Persentase Penyelesaian
(General Concepts of Percentage-of-Completion Accounting)
Menurut metode persentase penyelesaian, pendapatan dan biaya diakui sesuai dengan
kemajuan dalam menyelesaikan kontrak dan tidak menangguhkan pengakuan unsur-unsur ini
sampai kontrak diselesaikan.
Necessary Conditions to Use Percentage-of-Completion Accounting
(Kondisi-kondisi yang diperlukan untuk menggunakan akuntansi
penyelesaian)
persentase
Sebagian besar jenis kontrak jangka pembangunan jangka panjang harus dilaporkan dengan
memakai metode persentase penyelesaian.
Unsur-unsur yang harus ada jika akuntansi persentase penyelesaian akan digunakan:
1. Taksiran yang handal dapat dibuat mengenai sejauh mana kemajuan (progres) pendapatan
kontrak dan biaya kontrak mendekati penyelesaian
2. Kontrak itu sendiri harus menetapkan dengan jelas pelaksanaan hak mengenai barangbarang atau jasa-jasa yang akan disediakan dan diterima oleh para pihak yang bersangkutan,
pertimbangan yang akan dipertukarkan, dan cara serta syarat-syarat penyelesaian
3. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya menurut kontrak
4. Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan kontrak
Metode kontrak selesai akan dipakai jika suatu perusahaan:
1. Terutama mempunyai kontrak jangka pendek
2. Kondisi-kondisi untuk persentase penyelesaian tidak terpenuhi
3. Jika ada ketidakpastian yang melekat dalam kontrak.
Measuring the Percentage of Completion
(Mengukur Persentase Penyelesaian)
Ada 2 kategori untuk mengukur kemajuan suatu kontrak yaitu:
1. Ukuran Masukan (input measures)
2. Ukuran Keluaran (output measures)
Complexities of Revenue Recognition
Input Measures
Dibuat sehubungan dengan upaya atas biaya yang dicurahkan untuk suatu kontrak.
Ukuran ini meliputi metode:
1. Biaya ke biaya (Cost-to-Cost Method)
2. Variasi dari metode usaha yang dicurahkan (Efforts-Expended Methods)
•
Cost-to-Cost Method
Menurut metode ini, tingkat penyelesaian ditentukan dengan membandingkan costs yang sudah
dikeluarkan dengan taksiran terbaru mengenai jumlah total costs yang diharapkan untuk
menyelesaikan proyek
Laba tahun berjalan ditentukan dengan cara persentase yang dihasilkan dari perbandingan
antara costs yang sudah dikeluarkan dan jumlah total costs yang diharapkan dikalikan dengan
laba bersih yang diharapkan dari proyek.
Beberapa costs yang dikeluarkan pada tahap awal kontrak harus diabaikan dalam
menerapkan metode ini karena biaya ini tidak secara langsung berhubungan dengan usaha
yang dicurahkan untuk kontrak tersebut.
Contoh:
Tanggal 1 januari 1996, PT ABC Kontruksi mendapat kontrak dengan total harga Rp 3.000.000.
Laba yang diharapkan sebesar Rp 400.000, (dengan kata lain total cost kontrak diperkirakan
sebesar Rp 2.600.000 (3.000.000 - 400.000). Pembangunan diselesaikan dalam periode 3 tahun,
dan data cost dan persentase biaya berikut dikumpulkan selama waktu tersebut:
(1)
Biaya
Aktual (Actual cost)
Yang Terjadi
1996
1.092.000
832.000
1997
Total
1.924.000
1998
700.000
Total
2.624.000
* Total biaya kontrak taksiran
** Total biaya kontrak aktual
•
(2)
Taksiran
Biaya (Estimated cost)
untuk Menyelesaikannya
1.508.000
(3)
Total Cost
(1) + (2)
2.600.000 *
(4)
Cost
Percentage
(1) : (3)
42%
676.000
2.600.000 *
74%
0
2.624.000**
100%
Efforts-Expended Methods
Didasarkan pada ukuran tertentu dari pekerjaan yang dilaksanakan. Ukuran ini meliputi jam
kerja, upah buruh, jam mesin, atau kuantitas bahan.
Contoh
Jika ukuran dari pekerjaan dilaksanakan terhadap taksiran seluruh jam kerja akan memberikan
persentase yang akan digunakan dalam mengukur laba yang dihasilkan
Output Measures (Ukuran Keluaran)
Didasarkan pada unit yang dihasilkan dan pertambahan nilai.
Contoh:
Proyek jalan raya, maka ukuran penyelesaiannya adalah rasio dari panjang jalan yang sudah
diselesaikan terhadap panjang jalan menurut kontrak.
Complexities of Revenue Recognition
Accounting for Long Term Construction-Type Contracts
(Akuntansi untuk jenis kontrak-kontrak pembangunan jangka panjang)
Terdapat perbedaan yang relatif kecil antara kontrak jangka panjang menurut metode persentase
penyelesaian dan metode kontrak selesai, yaitu antara timing of revenue dan pengakuan
expense.
• Semua direct cost dan indirect cost yang dapat dialokasikan, dibebankan pada inventory
account yaitu bangunan dalam pelaksanaan (Construction in Progress)
• Perkiraan persediaan meningkat dengan adanya laba yang diakui selama pembangunan
• Persyaratan pengajuan faktur oleh kontraktor dan pembayaran faktur oleh pelanggan
• Sebagai perlindungan bagi pelanggan, perjanjian kontrak sering menetapkan jumlah yang
akan ditahan dan dikeluarkan dari kemajuan pengajuan kontrak
• Faktur termasuk jumlah yang ditahan, didebit ke Account Receivable dan dikredit pada
deferred account, yaitu Progress billing on construction Contracts.
Contoh:
Suatu bendungan dibangun selama periode tiga tahun dimulai pada bulan september 1990
dengan harga kontrak Rp 5.000.000.
Biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dapat dialokasikan, faktur dan pembayaran untuk
tahun 1990, 1991, 1992 adalah sebagai berikut:
Tahun
Biaya langsung
Faktur
Pembayaran
dan biaya tidak
Termasuk 10%
langsung yang
penahanan
dapat dialokasikan
1990
1.125.000
1.000.000
800.000
1991
2.250.000
2.300.000
1.900.000
1992
1.125.000
1.700.000
2.300.000
Ayat jurnal untuk 3 tahun baik menurut metode persentase penyelesaian maupun metode
kontrak selesai.
In 000
Construction in Progress
Material, Cash. dll
Account Receivable
Progress Billing on Construction
contract
Cash
Account Receivable
1990
1.125
1.125
1.000
1.000
800
800
1991
2.250
2.250
2.300
2.300
1992
1.125
1.125
1.700
1.700
1.900
2.300
1.900
2.300
Untuk metode kontrak selesai, tidak ada ayat jurnal lagi yang diperlukan pada tahun 1990
dan 1991.
Dalam kedua tahun tersebut, saldo perkiraan pembangunan dalam pelaksanaan melebihi jumlah
dalam kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan, karena itu perkiraan yang terakhir
harus diimbangkan dengan perkiraan persediaan dalam neraca.
Maka neraca pada akhir tahun 1991, harus mengungkapkan saldo-saldo berikut:
Aktiva lancar:
Piutang dagang, termasuk 10% penahanan sebesar
Rp 330.000 *
600.000
Bangunan dalam pelaksanaan
3.375.000***
3.300.000****
75.000
-/- Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan
Complexities of Revenue Recognition
In 000
1990
1990
1991
1991
Pengajuan faktur
Penerimaan
Pengajuan faktur
Penerimaan
Account Receivable **
1.000
1.000
200
2.500
600
800
2.300
1.900
Penahanan Faktur sebesar 10% s/d tahun 1991:
*
: (1.000.0000 + 2.300.000) * 10% = 330.000
In 000
1990
1991
In 000
1990
1991
Construction In Progress (Persediaan) ***
1.125
2.250
1.125
3.375
Progress Billing on Construction contract ****
1.000
2.300
1.000
3.300
Jika faktur melebihi biaya pembangunan, maka kedua perkiraan itu harus dilaporkan pada seksi
hutang lancar dalam neraca.
Pada saat penyelesaian kontrak, menurut metode kontrak selesai, akan dibuat ayat pembukuan
berikut untuk mengakui pendapatan dan biaya dan untuk menutup perkiraan persediaan dan
pengajuan faktur:
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan
5.000.000
Pendapatan dari kontrak pembangunan jk panjang
5.000.000
(Pengakuan pendapatan dan penutupan perkiraan kemajuan pengajuan faktur)
biaya kontrak pembangunan jangka panjang
4.500.000
Bangunan dalam pelaksanaan
(Pengakuan biaya dan penutupkan perkiraan bangunan dalam pelaksanaan)
4.500.000
Perhitungan rugi laba untuk tahun 1992 akan melaporkan pendapatan kotor dan padanan
biayanya, dan dengan demikian akan mengakui seluruh laba bersih sebesar Rp 500.000 dalam
satu tahun.
Using Percentage-of-Completion Accounting : Cost-to-Cost Method
(Menggunakan Persentase Penyelesaian - Metode Biaya ke Biaya)
Jika perusahaan memakai metode persentase penyelesaian, profit sebesar Rp 500.000 akan
disebar selama 3 tahun masa pembangunan sesuai dengan taksiran persentase penyelesaian
untuk masing masing tahun.
Jika biaya dari awal pembangunan sebesar Rp 4.500.000 tidak berubah selama 3 tahun dan
metode biaya-ke biaya dipakai untuk menentukan persentase penyelesaian, maka persentase
untuk tiap tahun akan dihitung sebagai berikut:
1990
1991
1992
(1) Biaya yang telah dikeluarkan
1.125.000
3.375.000
4.500.000
3.375.000
1.125.000
0
(2) Taksiran biaya untuk penyelesaian
(3) Total taksiran biaya
4.500.000
4.500.000
4.500.000
Persentase penyelesaian s/d tanggal
( (1) : (3) )
25%
75%
100%
Complexities of Revenue Recognition
Perhitungan: (Tabel 1)
(A)
Sampai
Tahun
1990 - (selesai 25%)
Pendapatan yang diperoleh
(5.000.000 * 25%)
Biaya dari pendapatan yang diperoleh
(4.500.000 * 25%)
Laba kotor
Persentase laba kotor
1991 - (selesai 75%)
Pendapatan yang diperoleh
(5.000.000 * 75%)
Biaya dari pendapatan yang diperoleh
(4.500.000 * 75%) *
Laba kotor
Persentase laba kotor
(B)
Diakui pada
tahun-tahun
sebelumnya
(C)
Diakui pada
tahun berjalan
(A) - (B)
1.250.000
1.250.000
1.125.000
125.000
10%
1.125.000
125.000
10%
3.750.000
1.250.000
2.500.000
3.375.000
375.000
10%
1.125.000
125.000
10%
2.250.000
250.000
10%
1992 - (selesai 100%)
Pendapatan yang diperoleh
5.000.000
3.750.000
1.250.000
Biaya dari pendapatan yang diperoleh
4.500.000
3.375.000
1.125.000
Laba kotor
500.000
375.000
125.000
Persentase laba kotor
10%
10%
10%
* Biaya yang telah dikeluarkan harus sama, kalau ada selisih harus dibulatkan pada
persentase pernyelesaian
Penjelasan:
Pada tahun 1990, biaya yang telah dikeluarkan sebesar Rp 1.125.000
Artinya = berdasarkan taksiran biaya awal sebesar Rp 4.500.000, maka taksiran biaya untuk
penyelesaian yang masih harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.375.000 (untuk tahun 1991
dan 1992)
Taksiran awal
: 4.500.000
Biaya aktual 1990
: (1.125.000)
Taksiran tahun 1991
: 3.375.000
Maka tingkat penyelesaian sampai dengan tahun 1990 adalah sebesar:
(1.125.000 / 4.500.000) * 100% = 25%
Pada tahun 1991, telah dikeluarkan biaya sebesar Rp 2.250.000.
Berarti sampai dengan tahun 1991, total biaya yang telah dikeluarkan sebesar Rp 3.375.000
yang terdiri dari:
Tahun 1990
: 1.125.000
Tahun 1991
: 2.250.000
Artinya = berdasarkan taksiran biaya awal sebesar Rp 4.500.000, maka taksiran biaya untuk
penyelesaian yang masih harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.125.000 (untuk tahun 1992).
Taksiran awal: 4.500.000
Biaya aktual 1990
(1.250.000)
Biaya aktual 1991
(2.250.000)
Taksiran tahun 1992
1.250.000
Maka tingkat penyelesaian sampai dengan tahun 1991 adalah sebesar :
(3.375.000 / 4.500.000) * 100% = 75%
Complexities of Revenue Recognition
Pada tahun 1992, telah dikeluarkan lagi biaya sebesar Rp 1.125.000.
Berarti sampai dengan tahun 1992, total biaya yang telah dikeluarkan sebesar Rp 5.000.000,
yang terdiri dari:
Tahun 1990
: 1.125.000
Tahun 1991
: 2.250.000
Tahun 1992
: 1.125.000 + 4.500.000
Maka pada tahun 1992, kontrak telah selesai dan tingkat penyelesaiannya telah mencapai 100 %
(4.500.000 / 4.500.000) * 100% = 100%
Persentase ini dapat dipakai untuk menentukan laba kotor yang harus diakui dalam perhitungan
rugi laba.
Dengan demikian untuk tahun 1990, 25% dari harga kontrak tetap sebesar Rp 5.000.000 akan
diakui sebagai pendapatan serta 25% dari total taksiran biaya akan diakui sebagai biaya.
Ayat jurnal untuk pengakuan pendapatan untuk 3 tahun adalah sebagai berikut:
in 000
1990
1991
1992
Biaya kontrak pembangunan
jangka panjang
1.125
2.250
1.125
Bangunan dalam pelaksanaan
125
250
125
Pendapatan dari kontrak
pembangunan jk panjang
1.250
2.500
1.250
(Untuk nilai dalam jurnal lihat perhitungan tabel 1, kolom C Æ diakui pada tahun berjalan)
Laba kotor yang diakui tiap tahun ditambahkan pada bangunan dalam pelaksanaan
(Persediaan). Pada akhir masa pembangunan, saldo dalam bangunan dalam pelaksanaan akan
tepat sama dengan jumlah dalam kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan.
Jurnal untuk mengakhir proses akuntansinya adalah:
Kemajuan pengajuan faktur atas kontrak pembangunan
Bangunan dalam pelaksanaan
5.000.000
5.000.000
Using Percentage-of-Completion Accounting : Other Methods
(Menggunakan Persentase Penyelesaian - Metode Lainnya)
Jika cost-to-cost method tidak dipakai untuk kemajuan kontrak, maka jumlah biaya yang akan
diakui menurut metode ini mungkin tidak sama dengan biaya yang dikeluarkan.
Contoh:
Misalkan pada tahun 1990, digunakan suatu ukuran berdasarkan penaksiran rekayasa, dan
dianggap bahwa 20% dari kontrak telah diselesaikan. Laba kotor yang diakui sampai saat itu
akan dihitung dan dilaporkan sebagai berikut:
Pendapatan yang dihasilkan (20% * 5.000.000)
Biaya dari pendapatan yang dihasilkan (20% * 4.500.000)
Laba kotor (20% dari 500.000)
1.000.000
900.000 100.000
Pendekatan diatas dinamakan alternatif A
Sedangkan menurut alternatif B, pendapatan ditetapkan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk
kontrak ditambah laba kotor yang dihasilkan selama periode kontrak.
Maka pendapatan dan biaya yang akan dilaporkan dalam perhitungan rugi laba tahun 1990
adalah sebagai berikut:
Complexities of Revenue Recognition
Biaya yang telah dikeluarkan
Laba kotor (20% dari 500.000)
Pendapatan yang dihasilkan
1.125.000
100.000 1.225.000
Revision of Estimates (Revisi Taksiran)
Dalam contoh diatas, diasumsikan bahwa taksiran biaya tidak berubah dari permulaan kontrak.
Tapi kenyataannya jarang terjadi. Jika terjadi maka penyesuaian kumulatif yang berlaku surut
dibuat dalam tahun perubahan.
Contoh:
Pada akhir tahun 1991, ditaksir bahwa sisa biaya untuk menyelesaikan kontrak adalah Rp
1.225.000 sehingga taksiran seluruh biaya akan menjadi Rp 4.600.000. Karena sampai akhir
tahun 1991, telah dikeluarkan biaya sebesar Rp 3.375.000, maka persentase penyelesaian
ditaksir dengan menggunakan metode biaya ke biaya akan menjadi 73,37% (3.375.000 :
4.600.000)
Maka harus dibuat analisis untuk menghitung pendapatan dan biaya untuk 3 tahun masa
kontrak, dengan asumsi bahwa biaya yang sebenarnya dikeluarkan pada tahun 1992 adalah Rp
1.175.000
Maka perhitungan persentase untuk tiap tahunnya adalah sebagai berikut:
(1) Biaya yang telah dikeluarkan
(2) Taksiran biaya untuk penyelesaian
(3) Total taksiran biaya
1990
1.125.000
3.375.000
4.500.000
Persentase penyelesaian s/d tanggal
( (1) : (3) )
25%
1991
3.375.000
1.225.000
4.600.000
73,37%
1992
4.550.000
0
4.550.000
100%
Complexities of Revenue Recognition
(A)
Sampai
Tahun
1990 - (selesai 25%)
Pendapatan yang diperoleh
(5.000.000 * 25%)
Biaya dari pendapatan yang diperoleh
(4.500.000 * 25%)
Laba kotor
Persentase laba kotor
1991 - (selesai 73,37%)
Pendapatan yang diperoleh
(5.000.000 * 73.37%)
Biaya dari pendapatan yang diperoleh
(4.600.000 * 73.37%) *
Laba kotor
Persentase laba kotor
(B)
Diakui pada
tahun-tahun
sebelumnya
(C)
Diakui pada
tahun berjalan
(A) - (B)
1.250.000
1.250.000
1.125.000
125.000
10%
1.125.000
125.000
10%
3.668.500
1.250.000
2.418.500
3.375.000
293.500
8%
1.125.000
125.000
10%
2.250.000
168.500
6.97%
1992 - (selesai 100%)
Pendapatan yang diperoleh
5.000.000
3.668.500
1.331.500
Biaya dari pendapatan yang diperoleh
4.550.000
3.375.000
1.175.000
Laba kotor
450.000
293.500
156.500
Persentase laba kotor
9%
8%
11.75%
* Biaya yang telah dikeluarkan harus sama, kalau ada selisih harus dibulatkan pada
persentase pernyelesaian
Ayat jurnal untuk mencatat pendapatan dan biaya karena adanya revisi taksiran seperti di atas
adalah sebagai berikut:
in 000
1990
Biaya kontrak pembangunan
jangka panjang
Bangunan dalam pelaksanaan
Pendapatan dari kontrak
pembangunan jk panjang
1991
1.125
125
2.250,0
168.5
1.250
1992
1.175,0
156,5
2.418.5
1.331,5
Reporting Anticipated Contract Losses
(Pelaporan Kerugian Kontrak yang Diantisipasikan)
Contoh sebelumnya dianggap bahwa laba diharapkan akan direalisir. Jika diantisipasikan suatu
kerugian atas seluruh kontrak, maka prinsip akuntansi yang lazim menghendaki agar kerugian itu
seluruhnya dilaporkan dalam periode ketika kerugian itu pertama kali diantisipasikan. (baik untuk
metode kontrak selesai maupun metode persentase penyelesaian)
Contoh:
Di misalkan dalam contoh sebelumnya, taksiran biaya untuk menyelesaikan kontrak pada tahun
1991 adalah Rp 1.725.000. Ini berarti taksiran seluruh biaya untuk menyelesaikan kontrak akan
menjadi Rp 5.100.000 atau Rp 100.000 lebih tinggi dari harga kontrak.
Jika memakai metode kontrak selesai, ayat jurnalnya:
Complexities of Revenue Recognition
Kerugian atas kontrak jk panj. Yang diantisipasi
100.000
Bangunan dalam pelaksanaan
(taksiran seluruh biaya 5.100.000 - harga kontrak 5.000.000 = 100.000)
100.000
Jika memakai metode persentase penyelesaian maka persentase s/d tahun 1991:
Keterangan
1990
1991
Biaya yang telah dikeluarkan
1.125.000
3.375.000
Taksiran untuk penyelesaian
3.375.000
1.725.000
Total taksiran biaya
4.500.000
5.100.000
25%
66.18%
Persentase penyelesaian s/d tanggal ( (1) : (3) )
Asumsi dari ini, maka persentase penyelesaian menurut metode biaya ke biaya untuk tahun
1991 adalah sebesar 66.18% (3.375.000 : 5.100.000)
Perhitungan dibawah ini menggambarkan rekontruksi sebagian dari tabel terdahulu sbb:
(A)
Sampai
Tahun
1991 - (selesai 66.18%)
Pendapatan yang diperoleh
(5.000.000 * 0.6618)
Biaya dari pendapatan yang diperoleh
(3.309.000 + 100.000)
Laba kotor
(B)
Diakui pada
Tahun-tahun
sebelumnya
(C)
Diakui pada
tahun berjalan
(A) - (B)
3.309.000
1.250.000
2.059.000
3.409.000
(100.000)
1.125.000
125.000
2.284.000
(225.000)
Ayat jurnal untuk mencatat pendapatan, kerugian dan penyesuaian terhadap bangunan dalam
pelaksanaan karena kerugian tersebut adalah:
Biaya kontrak pembangunan jk panjang
Pendapatan dari kontrak pemb. Jk panjang
Bangunan dalam pelaksanaan
2.284.000
2.059.000
225.000
Perkiraan bangunan dalam pelaksanaan menurut kedua metode tersebut akan bersaldo
3.275.000 yang dihitung sebagai berikut:
Metode kontrak selesai
Bangunan dalam pelaksanaan
1990 Biaya 1.125
1991 Rugi
1991 Biaya 2.250
Saldo
3.275
100
Metode persentase penyelesaian
Bangunan dalam pelaksanaan
1990 Biaya 1.125
1991 Rugi
1991 Laba ktr 125
1992 Biaya 2.250
Saldo
3.275
225
Accounting for Contract Change Orders
(Akuntansi untuk Perubahan Pesanan dalam Kontrak)
Perubahan dalam pesanan merupakan modifikasi dari kontrak semula yang secara efektif
mengubah ketentuan-ketentuan dalam kontrak yang mungkin diajukan oleh kontraktor atau
pelanggan yang meliputi perubahan spesifikasi atau desain, metode atau cara pelaksanaan,
fasilitas, peralatan, bahan dll.
Jika harga kontrak berubah sebagai akibat adanya perubahan pesanan maka:
• Perhitungan di kemudian hari di buat berdasarkan taksiran pendapatan yang telah direvisi
• Perubahan biaya yang diantisipasikan yang akan timbul karena perubahan pesanan
Complexities of Revenue Recognition
Perubahan pesanan sering kali harganya belum ditentukan, dalam hal ini, pekerjaan yang akan
dilaksanakan telah ditetapkan, tetapi penyesuaian terhadap harga kontrak akan dirundingkan
kemudian.
Jika terdapat kemungkinan bahwa perubahan harga kontrak akan dirundingkan untuk setidaktidaknya menutupi kenaikan biaya, maka kenaikan biaya itu dapat digabungkan dengan biaya
yang dikeluarkan dalam periode tersebut dan pendapatan dapat dinaikkan dengan jumlah yang
sama.
Accounting for Long-Term Service contracts: The Proportional
Performance Method
(Akuntansi untuk kontrak jasa jangka panjang – Metode Pelaksanaan
Proporsional)
Jenis kontrak lain yang sering kali berlanjut dalam suatu jangka waktu yang lama adalah kontrak
jasa.
Kriteria pengakuan pendapatan yang telah didefinisikan sebelumnya berlaku, yaitu semua biaya
biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berkaitan dengan jasa tersebut dibebankan
sebagai biaya dalam periode di mana pendapatan itu diakui.
Tapi jika dilibatkan berbagai kegiatan dalam suatu jangka waktu, maka timbul masalah
pengakuan pendapatan yang sama seperti untuk kontrak-kontrak pembangunan jangka panjang.
Accounting Standards Division mengajurkan bahwa:
1. Kecuali jika kegiatan akhir dari jasa yang akan dilaksanakan sangat vital bagi kontrak dan
kegiatan-kegiatan sebelumnya relatif kurang penting, seperti pengepakan, pemuatan, dan
pengiriman akhir barang dalam suatu kontrak pengangkutan, maka pendapatan harus diakui
menurut metode pelaksanaan proporsional.
Baik ukuran masukan maupun ukuran keluaran diidentifikasikan sebagai cara untuk
mengukur kemajuan suatu kontrak jasa.
2. Jika suatu kontrak melibatkan sejumlah kegiatan khusus yang identik atau kegiatan-kegiatan
serupa seperti penanganan pembayaran hipotek bulanan oleh bank hipotek, maka
dianjurkan untuk menggunakan suatu ukuran hasil yang diperoleh dengan menghubungkan
jumlah kegiatan yang telah dilaksanakan dan jumlah seluruh kegiatan yang akan
dilaksanakan selama masa kontrak.
3. Jika suatu kontrak melibatkan sejumlah kegiatan khusus tetapi tidak identik, seperti kursus
tertulis, pelajaran, ujian-ujian dan pemeriksaan hasil ujian, pengukuran persentase masukan
dengan biaya-biaya dapat diterapkan.
4. Jika biaya-biaya di kemudian hari tidak dapat ditentukan secara obyektif, dapat digunakan
ukuran hasil yang menghubungkan nilai penjualan dari kegiatan-kegiatan secara individual
dengan nilai seluruh penjualan menurut kontrak.
5. Jika pola pelaksanaan tidak dapat ditentukan, atau jika suatu kontrak jasa melibatkan
sejumlah kegiatan khusus yang serupa atau identik dalam suatu periode pelaksanaan yang
ditetapkan seperti suatu kontrak untuk pemeliharaan peralatan elektronik kantor, sebaiknya
untuk memakai metode garis lurus artinya secara sama selama periode-periode
pelaksanaan.
Kontrak-kontrak jasa melibatkan 3 (tiga) jenis biaya yang berbeda yaitu:
1. Initial Direct Cost (Biaya langsung awal) yang digunakan untuk memperoleh dan
pelaksanaan awal kontrak jasa seperti komisi, biaya layanan hukum, penyelidikan kredit dan
pemrosesan dokumen
2. Direct Cost (Biaya langsung) yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegaitan jasa
3. Indirect Cost (Biaya tak langsung) yang digunakan untk menyelenggarakan organisasi
kontrak jasa seperti biaya umum dan administrasi
Complexities of Revenue Recognition
Biaya-biaya langsung awal pada umumnya dibebankan pada pendapatan dengan memakai
ukuran masukan atau keluaran yang sama dengan yang digunakan untuk pengakuan
pendapatan.
Jika metode biaya ke biaya dari ukuran masukan digunakan, maka biaya langsung awal harus
dikeluarkan dari biaya yang telah dikeluarkan dalam menghitung ukuran ini.
Hanya biaya langsung yang berhubungan dengan kegiatan jasa saja yang relevan. Biaya-biaya
langsung biasanya dibebankan sebagai biaya ketika terjadi karena biaya-biaya itu dianggap
langsung menghubungkan kegiatan dengan pendapatan yang di akui.
Jika penerimaan dari suatu kontrak jasa sangat tidak pasti, maka pengakuan pendapatan tidak
boleh dihubungkan dengan pelaksanaan, tapi dengan penerimaan piutang dengan memakai
salah satu dari metode-metode yang akan yang akan diuraikan di pada bagian bab ini.
Contoh kasus yang menggambarkan suatu kontrak jasa yang memakai metode pelaksanan
proporsional
Sebuah kursus tertulis (sekolah koresponden) mempunyai 100 (seratus) kontrak dengan para
siswa untuk kursus tertulis.
Bayaran untuk masing-masing kontrak adalah Rp 1.000.000 di bayar dimuka yang meliputi
berbagai jasa yang berbeda seperti:
• Penyediaan bahan pelajaran
• Penilaian karangan
• Ujian
• Sertifikat
Jumlah biaya langsung awal yang berhubungan dengan kontrak-kontrak tersebut adalah Rp
10.000.000.
Biaya-biaya langsung untuk pelajaran yang benar-benar diselesaikan dalam periode tersebut
adalah Rp 24.000.000
Ditaksir bawah jumlah seluruh biaya langsung untuk kontrak-kontrak ini akan menjadi Rp
60.000.000
Fakta-fakta dari kasus ini memberi kesan bahwa metode biaya ke biaya dapat diterapkan dan
ayat jurnal pembukuan adalah sebagai berikut:
Kas
Pendapatan kursus yang ditangguhkan
(100 kontrak * Rp 1.000.000)
100.000.000
100.000.000
Biaya awal yang ditangguhkan
Kas
10.000.000
Biaya kontrak
Kas
24.000.000
Pendapatan kursus yang ditangguhkan
Pendapatan kursus (diakui)
40.000.000
Biaya kontrak
Biaya awal yang ditangguhkan
100.000.000
24.000.000
40.000.000
4.000.000
4.000.000
Persentase biaya ke biaya: 24.000.000 : 60.000.000 = 40% * 100.000.000 = 40.000.000
10.000.000 * 40% = 4.000.000
Complexities of Revenue Recognition
Pengakuan Pendapatan Sesudah Penyerahan Barang Atau Pelaksanaan
Jasa
(Revenue Recognition After Delivery of Goods or Performance of Services)
Ada 3 pendekatan yang berbeda untuk pengakuan pendapatan yang bergantung pada
penerimaan kas yaitu:
1. Installment Sales Method (Metode Penjualan cicilan)
2. Cost Recovery Method (metode Perolehan kembali biaya)
3. Cash Method (Metode Kas)
Ketiga pendekatan itu diikhtisarkan dan dibandingkan dengan metode full accrual dalam daftar
berikut ini:
Metode
Full accrual
Penjualan cicilan
Perolehan kembali biaya
Kas
Perlakuan biaya produksi
atau biaya awal menurut
kontrak jasa
Dibebankan pada pendapatan
pada saat penjualan atau
pembelian jasa
Ditangguhkan
untuk
dibandingkan dengan bagian
dari tiap penerimaan kas.
Biasanya dilakukan dengan
menangguhkan laba yang
ditaksir
Ditangguhkan
untuk
dibandingkan dengan seluruh
penerimaan kas
dibebankan sebagai biaya
ketika dikeluarkan
Waktu
pengakuan
pendapatan dan / atau laba
Pada saat penjualan
Pada saat penerimaan kas.
Biaya
sebagian
dari
pembayaran
kas
diakui
sebagai laba
Pada saat penerimaan kas,
tapi hanya sesudah semua
biaya diperoleh kembali
Pada saat penerimaan kas
Metode penjualan cicilan
(Installment Sales Method)
Metode yang paling banyak diterapkan sehubungan dengan ketidakpastian penerimaan kas.
Menurut metode ini, laba lebih baik diakui ketika kas diterima dari pada saat penjualan.
Akuntansi untuk penjualan dengan pembayaran cicilan yang memakai pendekatan laba kotor
yang ditangguhkan memerlukan penentuan persentase laba kotor untuk penjualan masingmasing tahun dan pembentukan perkiraan piutang dan pendapatan yang ditangguhkan pada
tahun penjualan.
Jika penerimaan piutang untuk suatu tahun tertentu dilakukan, sebagian dari pendapatan yang
ditangguhkan yang sama dengan persentase laba kotor kali penerimaan hutang diakui sebagai
laba.
Penerapan yang paling umum dari metode ini adalah untuk penjualan barang kebutuhan rumah
tanggal.
Penjualan cicilan barang dagang
Asumsikan bahwa PT ABC menjual barang dagang secara cicilan dan bahwa ketidakpastian
mengenai penerimaan kas memaksa perusahaan itu untuk memakai metode penjualan cicilan.
Data berikut ini berhubungan dengan operasi selama 3 tahun.
1990
1991
1992
Penjualan cicilan
150.000
200.000
300.000
100.000
140.000
204.000
Harga pokok penjualan cicilan
Complexities of Revenue Recognition
Laba kotor
Persentase laba kotor
50.000
33.3%
60.000
30%
96.000
32%
30.000
75.000
70.000
30.000
80.000
100.000
Penerimaan kas:
Penjualan tahun 1990
Penjualan tahun 1991
Penjualan tahun 1992
ayat jurnal untuk transaksi tahun 1990:
Piutang cicilan - 1990
Penjualan cicilan
Harga pokok penjualan
Persediaan
Kas
Piutang cicilan - 1990
Penjualan cicilan
Harga pokok penjualan cicilan
Laba kotor yang ditangguhkan - 1990
Laba kotor yang ditangguhkan - 1990 *
Laba kotor penjualan cicilan yang direalisir
Perhitungan untuk laba yang direalisir:
Tahun Penerimaan kas %-tase Laba kotor
1990
30.000
33,3%
150.000
150.000
100.000
100.000
30.000
30.000
150.000
100.000
50.000
10.000
10.000
Perhitungan
30.000 * 33,3%
Laba yang direalisir
10.000
Ayat jurnal untuk transaksi tahun 1991
Piutang cicilan - 1991
Penjualan cicilan
Harga pokok penjualan
Persediaan
Kas
Piutang cicilan - 1990
Piutang cicilan - 1991
Penjualan cicilan
Harga pokok penjualan cicilan
Laba kotor yang ditangguhkan - 1991
Laba kotor yang ditangguhkan - 1990
Laba kotor yang ditangguhkan - 1991
Laba kotor penjualan cicilan yang direalisir
Perhitungan untuk laba yang direalisir:
Tahun Penerimaan kas %-tase Laba kotor
1990
75.000
33,3%
1991
70.000
30%
200.000
200.000
140.000
140.000
145.000
75.000
70.000
200.000
140.000
60.000
25.000
21.000
46.000
Perhitungan
75.000 * 33,3%
70.000 * 30%
Laba yang direalisir
25.000
21.000
Ayat jurnal untuk transaksi tahun 1992:
Piutang cicilan - 1992
Penjualan cicilan
Harga pokok penjualan
Persediaan
Kas
Piutang cicilan - 1990
Piutang cicilan - 1991
300.000
300.000
204.000
204.000
210.000
30.000
80.000
Complexities of Revenue Recognition
Piutang cicilan - 1992
Penjualan cicilan
Harga pokok penjualan cicilan
Laba kotor yang ditangguhkan - 1992
Laba kotor yang ditangguhkan - 1990
Laba kotor yang ditangguhkan - 1991
Laba kotor yang ditangguhkan - 1992
Laba kotor penjualan cicilan yang direalisir
Perhitungan untuk laba yang direalisir:
Tahun Penerimaan kas %-tase Laba kotor
1990
30.000
33,3%
1991
80.000
30%
1992
100.000
32%
100.000
300.000
204.000
96.000
10.000
24.000
32.000
66.000
Perhitungan
30.000 * 33,3%
80.000 * 30%
100.000 * 32%
Laba yang direalisir
10.000
24.000
32.000
Kerumitan penjualan cicilan untuk barang dagang
Dalam contoh diatas tidak dibuat ketentuan mengenai pembebanan bunga. Dalam
kenyataannya Kontrak-kontrak penjualan cicilan pada kenyataannya mencantumkan bunga yang
tersirat secara langsung atau tidak langsung.
Dianggap bahwa bagian bunga dari pembayaran diakui sebagai laba dalam periode timbulnya
dan sisa dari pembayaran tersebut diperlakukan sebagai penerimaan dari penjualan cicilan.
Selain itu
Kerumitan yang lain yaitu dalam penetapan piutang-piutang tak tertagih (uncollectible accounts).
Karena adanya hak untuk mengambil kembali (menyita) barang dagang jika pembayaran tidak
dilaksanakan, maka penyisihan untuk piutang tak tertagih mungkin kurang dari yang
diperkirakan.
Hanya jumlah hutang yang melebihi harga jual barang dagang yang akan diambil kembali itu
yang merupakan kerugian potensial.
Penjualan cicilan real estate
Penjualan ini dipakai untuk penjualan real estase berdasarkan kontrak jangka panjang.
Penjualan ini sering ditandai dengan pembayaran uang muka yang kecil dan sisanya
diselesaikan dalam jangka waktu pembayaran yang panjang.
Contoh:
PT ABC menjual tanah dan bangunan pada tanggal 1 januari 1997 dengan harga Rp 4.000.000.
PT ABC menerima uang muka sebesar Rp 300.000 dan sebuah promes untuk sisanya Rp
3.700.000 ditambah bunga 12% yang akan dibayar dengan cicilan yang sama sebesar Rp
471.752 pada akhir tiap tahun selama 25 tahun berikutnya.
Pada waktu penjualan dalam pembukuan PT ABC nilai kandungan untuk:
Tanah
Rp 200.000
Bangunan
Rp 2.000.000
1 Jan
Kas
Wesel tagih
Diskonto wesel tagih
Penjualan real estate
471.752* 25 = 11.793.800
11.793.800 - 3.700.000 = 8.093.800
4.000.000 - 300.000 = 3.700.000
Harga pokok penjualan real estate
Tanah
300.000
11.793.800
8.093.800
4.000.000
2.200.000
200.000
Complexities of Revenue Recognition
Bangunan
Penjualan real estate
Harga pokok penjualan real estate
Laba kotor yang ditangguhkan
2.000.000
4.000.000
2.200.000
1.800.000
Persentase laba kotor untuk penjualan ini adalah 45% (1.800.000 : 4.000.000). Persentase ini
diterapkan pada tiap penerimaan kas yang dikurangi dengan jumlah bunga yang termasuk dalam
penerimaan kas.
1 Jan
Laba kotor yang ditangguhkan
Laba kotor yang direalisir
(45% * 300.000)
135.000
31 Des
471.752
444.000
Kas
Diskonto wesel tagih
Wesel tagih
Pendapatan bunga
(3.700.000 * 12%)
Laba kotor yang ditangguhkan
Laba kotor yang direalisir
(45% * 27.752)
(471.752 - 444.000) = 27.752
135.000
471.752
444.000
12.488
12.488
Metode “Perolehan Kembali” Harga Pokok
(Cost Recovery Method)
Menurut metode ini,
• Tidak ada laba yang diakui untuk suatu penjualan sampai harga pokok barang yang dijual
diperoleh kembali melalui penerimaan kas.
• Semua penerimaan berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan.
• Pendapatan yang diakui setelah harga pokok diperoleh kembali, menunjukkanlaba.
Metode ini hanya dipakai jika keadaan yang melingkungi suatu penjualan sangat tidak pasti
sehingga pengakuan yang lebih awal tidak mungkin dilakukan.
Contoh: (lihat contoh penjualan cicilan real estate)
Penerimaan dari kontrak penjualan real estate untuk PT ABC dirasakan sangat tidak pasti
sehingga metode perolehan kembali harga pokok harus digunakan.
Menurut metode ini, nilai kandungan real estate sebesar Rp 2.200.000 harus diperoleh kembali
sebelum pendapatan atau laba diakui, termasuk pengakuan pendapatan bunga atas kontrak.
Ayat-ayat pembukuan yang sama akan dibuat untuk mencatat penjualan, harga pokok penjualan
dan laba kotor yang ditangguhkan sepertiyang dilakukan menurut metode penjualan cicilan.
Selisih antara nilai buku harta dan uang muka yang diterima harga pokok yang belum diperoleh
kembali yaitu sebesar Rp 1.900.000 (2.200.000 – 300.000).
Harga pokok yang belum diperoleh kembali dapat juga dihitung sebagai berikut:
Wesel tagih
Dikurang:
Diskonto Wesel tagih
Laba kotor yang ditangguhkan
11.793.800
8.093.800
1.800.000
9.893.800
1.900.000
Complexities of Revenue Recognition
Ketika pembayaran tahunan yang pertama sebesar Rp 471.752 diterima, akan dibuat ayat jurnal:
31 Des
Kas
Diskonto Wesel tagih
Wesel tagih
Laba kotor penj. Real estate yg ditangguhkan
471.752
444.000
471.752
444.000
Harga pokok yang belum diperoleh kembali menjadi Rp 1.428.248 (1.900.000 – 471.752)
Pelaporan dalam neraca akan nampak sebagai berikut:
Wesel tagih
Dikurang:
Diskonto Wesel tagih
Laba kotor yang ditangguhkan
11.322.048
7.649.800
2.244.000
9.893.800
1.428.248
Nb: Perkiraan laba kotor yang ditangguhkan yang mencakup baik laba kotor maupun pendapatan
bunga yang tidak akan diakui sampai harga pokok diperoleh kembali.
Pemilihan metode pengakuan pendapatan mempunai dampak yang sangat penting terhadap
pendapatan dan laba, khususnya pada tahun pertama kontrak penjualan.
Ikhtisar berikut ini menunjukkan bagaimana laba penjualan real estate dari PT ABC akan
berbeda tergantung pada metode pengakuan mana yang dipakai.
Metode Pengakuan Pendapatan
Full Accrual
Penjualan cicilan
Perolehan kembali biaya
Laba Tahun 1997
2.244.000 (1)
591.488 (2)
0
laba kotor Rp 1.800.000 + pendapatan bunga Rp 444.000 = 2.244.000 (1)
Laba kotor Rp 147.488 + pendapatan bunga Rp 444.000 = 591.488 (2)
Untuk tahun-tahun berikutnya menurut:
• Metode Full Accrual Æ pendapatan bunga yang diakui sebagai pendapatan
• Metode Penjualan cicilan Æ bunga ditambah sebagian dari pembayaran pokok sebagai
pendapatan
• Metode perolehan kembali harga pokok Æ setelah 4 tahun semua penerimaan kas diakui
sebagai pendapatan.
Metode Kas
Metode ini jarang dipakai dalam penjualan barang dagang atau real estate karena hak untuk
mengambil kembali akan memberikan nilai yang sangat besar bagi penjual.
Metode kas ini dapat dipakai untuk kontrak jasa dengan biaya awal yang tinggi dan
ketidakpastian mengenai penerimaan akhir dari harga kontrak demikian besar.
Menurut metode ini:
• Semua biaya dibebankan sebagai expense ketika dikeluarkan
• Pendapatan diakui ketika penerimaan kas dilakukan
Metode pengakuan pendapatan dan baiya yang ekstrem ini hanya akan tepat jika tingkat
kepastian dari kerugian potensial atas suatu kontrak tidak dapat dipastikan.
Complexities of Revenue Recognition
Metode-Metode Akuntansi sebelum pengakuan pendapatan
Perjanjian penjualan tertentu terkadang melibatkan suatu pertukaran baik barang-barang atau
aktiva moneter seperti kas atau wesel tagih sebelum batas d mana proses pendapatan
diselesaikan secukupnya untuk mengakui pendapatan.
Dalam keadaan seperti ini, prosedur akuntansi yang khusus harus diterapkan sambil menunggu
penyelesaian penjualan dan penerapan selanjutnya dari salah satu metode pengakuan
pendapatan yang telah dibahas.
Jika aktiva moneter diterima sebelum penyelesian penjualan, akuntansi metode deposit harus
diterapkan.
Jika persediaan diserahkan mendahului penjualan, maka prosedur akuntansi konsinyasi harus
diterapkan.
Deposit Method - General
(Metode Deposit – Umum)
Dalam hal tertentu, kas diterima sebelum suatu kontrak penjualan ditegaskan secukupnya untuk
mengakui pendapatan.
Situasi ini sering timbul dalam kontrak penjualan real estate.
Untuk kasus seperti ini, telah dikembangkan suatu metode akuntansi yang disebut metode
deposito.
Sambil mengakui pengakuan penjualan, kas yang berasal dari setoran pembeli di laporkan
sebagai deposito (uang muka atau tanda jadi) atas kontrak dan dalam neraca digolongkan
sebagai hutang.
Aktiva tetap yang akan dijual tetap ditunjukkan sebagai harta penjual dan hutang yang
berhubungan dengan aktiva itu tetap dilaporkan sebagai hutang penjual.
Tidak ada pendapatan atau laba yang harus diakui sampai kontrak penjualan diselesaikan.
Jika pembeli membatalkan niatnya dan uang muka itu menjadi milik penjual (sebagai denda),
deposito itu harus dikredit sebagai laba.
Deposit Method – Franchising Industry
(Metode Deposit –Hak Monopoli Industri)
Penerapan khusus dari metode deposit dapat dijumpai pada industri-industri hak monopoli
(franchising industry).
Penjualan hak monopoli meliputi bermacam-macam jasa, produk dan atau aktiva pabrik
termasuk:
1. Hak-hak tak berwujud untuk memakai merek atau nama dagang
2. Aktiva tetap yang dimiliki oleh franchisor
3. Jasa-jasa sebelum pembukuaan seperti membantu mengatur tempat usaha yang
menyenangkan (strategis), membangun gedung, dan melatih para pegawai.
4. Pelayanan jasa, produk dan proses yang terus menerus sejak operasi dilaksanakan.
Masalah-masalah yang umumnya timbul pada pengakuan pendapatan untuk hak monopoli
khusus yaitu:
• Uang pembayaran pertama (initial fee).
Biasanya franchisor membebankan suatu jumlah yang cukup besar bagi hak untuk
menggunakan hak monopoli nama dan untuk memberikan jasa-jasa sebelum pembukaan.
Ada kalanya uang pembayaran pertama ini segera dibayar tunai, tapi pada umumnya
pembayaran itu disertai dengan wesel jangka panjang.
Complexities of Revenue Recognition
Pada permulaan perjanjian hak monopoli, franchisor terkadang melaporkan uang pembayaran
pertamanya sebagai pendapatan. Taksiran biaya-biaya ini di kemudian hari disediakan sebagai
pengimbang atas pendapatan tersebut.
•
Masalah yang timbul dari perlakuan tersebut yaitu masalah beban muka-akhir dari
pendapatan seperti yang terjadi pada industri-industri real estate dan penjualan tanah secara
eceran.
Menurut FASB statement no 45, menetapkan standar yaitu tidak ada pendapatan yang diakui
sebelum pelaksanaan pokok-pokok penting dari jasa-jasa yang dicakup oleh uang pembayaran
pertama.
Contoh
Diasumsikan franchisor membebankan kepada franchisee yang baru, uang pembayaran pertama
sebesar Rp 25.000.
Sebesar Rp 10.000 dari jumlah ini dibayar tunai ketika perjanjian ditandatangani dan sisanya
akan dibayar dalam 4 cicilan tahunan masing-masing sebesar Rp 3.750.
Perjanjian itu menetapkan bahwa franchisor akan membantu:
1. Mengatur letak sebuah gedung
2. Mengadakan survai pasar untuk menaksir potensi laba
3. Mengawasi pembangunan sebuah gedung
4. Memberikan latihan awal kepada para pegawai
Franchisee dapat meminjam uang dengan bunga 10%. Dengan demikian nilai sekarang (Present
Value) dari empat pembayaran di atas masing-masing Rp 3.750 akan menjadi Rp 11.887 (3.750
* 3.1699)
Diskonto sebesar Rp 3.113 menunjukkan bunga yang akan dihasilkan selama periode
pembayaran diatas.
Jika uang muka dapat dikembalikan, dan tidak ada jasa-jasa yang telah diberikan sampai saat
perjanjian dibuat, metode deposito harus digunakan sepanjang penerimaan wesel dapat
dipastikan secara wajar.
Jurnal yang perlu dibuat berkaitan dengan transaksi di atas yaitu:
Kas
Wesel Tagih
Diskonto Wesel Tagih
Deposit untuk hak monopoli *
10.000
15.000
3.113
21.887
* Perkiraan Deposito untuk hak monopoli dapat di ganti dengan uang pembayaran hak monopoli
yang ditangguhkan
jika penerimaan wesel dapat terjamin secara layak, maka metode full accrual akan digunakan.
Misalkan bahwa biaya pelaksanaan pokok-pokok penting dari jasa-jasa permulaan adalah Rp
15.000.
Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini dengan memakai metode full accrual yaitu:
Biaya dari pendapatan uang pembayaran hak
monopoli
Kas
Deposito untuk hak monopoli
Pendapatan uang pembayaran hak monopoli
15.000
15.000
21.887
21.887
Jika penerimaan wesel diragukan, metode penjualan cicilan dapat dipakai. Ayat jurnal berikut
dibawah ini perlu ditambahkan apda ayat pembukuan tersebut di atas yaitu:
Complexities of Revenue Recognition
Pendapatan uang pembayaran hak monopoli
Biaya dari pendapatan uang pembayaran hak
monopoli
Laba kotor hak monopoli yang ditangguhkan
21.887
15.000
6.887
Complexities of Revenue Recognition
Laba kotor hak monopoli yang ditangguhkan
Laba kotor hak monopoli yang direalisasi
3.147
3.147
6.887 : 21.887 = 31.47% (persentase laba kotor)
0.3147 * 10.000 = 3.147
Penjualan konsinyasi
Metode akuntansi lain untuk penyerahan harta tetap tanpa pemindahan hak milik dan tanpa
suatu kontrak penjualan yang telah diselesaikan adalah konsinyasi.
Pihak penjual disebut sebagai consignor
Pihak pembeli disebut sebagai consignee
Hak milik dari barang dagang tetap dikuasi oleh consignor sampai suatu penjualan dilaksanakan,
pada saat itu hak milik beralih kepada pihak pembeli.
Tidak ada pendapatan yang diakui sebelum dilakukan penjualan oleh consignee.
Contoh:
PT Horison mengirimkan barang-barang konsinyasi seharga Rp 500.000 kepada Benson. Biaya
pengiriman sebesar Rp 5.000 dibayar oleh Harrison, dan biaya iklan yang dapat dibayar kembali
Rp 20.000 dibayar oleh Benson. Pada akhir tahun, separuh dari barang-barang konsinyasi itu
telah dijual tunai dengan harga Rp 400.000. Sesuai dengan syarat-syarat konsinyasi Benson
mendapat komisi sebesar 10%. Ayat-ayat pembukuan sebagai berikut akan dibuat dalam bukubuku consignor dan consignee.
Transaksi :
1) Pengiriman barang-barang konsinyasi
2) Pembayaran biaya-biaya oleh consignor
3) Pembayaran biaya-biaya consignee
4) Penjualan barang dagangan
5) Pemberitahuan penjualan kepada consignor dan pembayaran kas yang jatuh tempo
Ayat-ayat Pembukuan dalam Buku-buku Consignor (Harison) :
1
2
3
Persediaan dalam konsinyasi
Persediaan Barang Jadi
500.000
Persediaan dalam konsinyasi
Kas
5.000
Persediaan dalam konsinyasi
Hutang kepada consignee
20.000
4
Tidak ada ayat pembukuan
5
Beban Komisi
Kas
Hutang kepada consignee
Pendapatan penjualan konsinyasinya
Harga Pokok Barang yang dijual
Persediaan dalam konsinyasi
½ * (500.000 + 25.000) = Rp 262.500
500.000
5.000
20.000
40.000
340.000
20.000
400.000
262.500
262.500
Complexities of Revenue Recognition
Ayat-ayat Pembukuan dalam Buku-buku Consignee (Benson) :
1
Tidak ada ayat pembukuan (catatan pro-memori untuk pengawasan)
2
Tidak ada ayat Pembukuan
3
Piutang kepada consignor
Kas
4
5
20.000
20.000
Kas
Hutang kepada Consignor
400.000
Hutang kepada Consignor
Kas
Pendapatan Komisi
Piutang kepada Consignor
400.000
400.000
340.000
40.000
20.000