Matakuliah Tahun : W0472 – Interior Estetika : Genap 2009 - 2010 <<Pertemuan 4>> Perkembangan Estetika Periode Estetika I : Periode Platonis/Dogmatis Periode Kritika Periode Positif PERIODE PLATONIS DAN DOGMATIS • • • • Platonism adalah filosofi dari Plato, atau nama lain dari filosofis sistem Konsep sentral dari Teori Bentuk. (Theory of Forms) The transcendent, perfect archetypes, of which objects in the everyday world are imperfect copies. The highest form is the Form of the Good, the source of all other forms, which could be known by reason. In the 3rd century BC, Arcesilaus adopted skepticism, which became a central tenet of the school until 90 BC when Antiochus added Stoic elements, rejected skepticism, and began a period known as Middle Platonism. Bina Nusantara University 3 PERIODE PLATONIS DAN DOGMATIS • In the 3rd century AD, Plotinus added additional mystical elements, establishing Neoplatonism, in which the summit of existence was the One or the Good, the source of all things; in virtue and meditation the soul had the power to elevate itself to attain union with the One. Platonism had a profound effect on Western thought, and many Platonic notions were adopted by the Christian church which understood Platonic forms as God's thoughts, whilst Neoplatonism became a major influence on Christian mysticism. ` Judul: Augustinus in betrachtendem Gebet , by Sandro Botticelli Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Sandro_Botticelli_050.jpg Bina Nusantara University 4 keindahan Keindahan pada umumnya ditentukan sebagai sesuatu yang memberikan kesenangan atas spiritual batin kita. Misal: bahwa tidak semua wanita itu cantik tetapi semua wanita itu mempunyai nilai kecantikan, dari contoh tersebut kita dapat membedakan antara keindahan dan nilai keindahan itu sendiri. Harus kita sadari bahwa seni bukanlah sekedar perwujudan yang berasal dari ide tertentu, melainkan adanya ekspresi/ungkapan dari segala macam ide yang bisa diwujudkan oleh sang seniman dalam bentuk yang kongkrit. Semakin banyak kita mendefinisikan cita rasa keindahan akan tetap saja teoritis. Secara garis besar ada 3 tingkatan basis aktivitas estetik/artistika: 1. Tingkatan pertama: pengamatan terhadap kualita material, warna, suara, gerak sikap dan banyak lagi sesuai dengan jenis seni serta reaksi fisik yang lain. 1. Secara garis besar ada 3 tingkatan basis aktivitas estetik/artistika: Tingkatan kedua: penyusunan dan pengorganisasian hasil pengamatan, pengorganisasian tersebut merupakan konfigurasi dari struktur bentuk-bentuk pada yang menyenangkan, dengan pertimbangan harmoni, kontras, balance, unity yang selaras atau merupakan kesatuan yang utuh. Tingkat ini sudah dapat dikatakan dapat terpenuhi. Namun ada satu tingkat lagi. Secara garis besar ada 3 tingkatan basis aktivitas estetik/artistika: 1. Tingkat ketiga: susunan hasil persepsi (pengamatan). Pengamatan juga dihubungkan dengan perasaan atau emosi, yang merupakan hasil interaksi antara persepsi memori dengan persepsi visual. Tingkatan ketiga ini tergantung dari tingkat kepekaan penghayat. Nilai Estetik dan Seni Nilai seni dan nilai estetis sangat sulit dibedakan dan dipisahkan, karena keduanya menyangkut psikologi seni dan filsafat seni, dan ada didalam ‘dunia’ yang sama, yaitu karya seni. Bedanya, Nilai estetis lebih mendasar (inti), murni dan abstrak Nilai seni sebagai suatu cita yang berkaitan dengan bentuk visual dan auditif (pendengaran suara) dari manusia, alam dan binatang, disamping ‘bentuk’ yang abstrak seperti gerak hati, ekspresi rasa dan citra. 1. Nilai Seni 1.Nilai intrinsik dan ekstrinsik 1) Nilai intrinsik adalah nilai yang hakiki dalam karya seni secara implisit. Sifatnya mutlak dan hakiki. Macam dan fungsinya dalam berbagai cabang seni dan jenis seni berlainan. Nilai intrinsik adalah nilai seni itu sendiri. 1. Nilai Seni 2) Nilai ekstrinsik adalah nilai yang tidak hakiki. Nilai ini tidak langsung menentukan suatu karya seni, melainkan; 1) berfungsi mendukung, memperkuat kehadiran atau penyelenggara karya seni; dan 2) bersifat melengkapi kehadiran karya seni. 1.2. Nilai ‘musikal’ a. b. c. d. Nilai ‘musikal’ ialah suatu kualita ‘musik’ murni yang tersamar dan sukar ditangkap oleh proses penghayatan karya seni. Nilai ‘musikal’ ini memuaskan seniman dan pencipta seni yang disebabkan oleh rasa senang yang disadari secara spontan. Yang mula-mula menyatakan semua seni mengandung suasana musik (condition of music) adalah Schopenhauer (1788-1860) Nilai ‘musikal’ bukan seni musik yang dapat didengar melalui suara nada-nada dala instrumen musik dan manusia, tetapi nilai ‘musikal’ adalah suatu nilai yang murni dalam seni musik (dan seni-seni lainnya) Nilai makna Dalam penampilan seni kita dapat menyimak makna penampilan itu, baik yang terdapat pada bentuk luar atau ‘kulit’, maupun isinya atau ‘dalam’nya. Makna ‘kulit’ adalah makna sebenarnya dan melambangi makna yang terkandung dibalik makna itu. Makna ‘dalam’ adalah makna yang universal, yang merupakan pelipat gandaan makna yang sebenarnya. Atau sesuatu makna ibarat yang dilambangi oleh makna sebenarnya. Contoh yang paling mudah ialah dalam bagian dari sebuah puisi: “Tiada emas yang dapat bertahan”, arti yang sesungguhnya atau makna ‘kulit’nya ialah: “Tidak ada emas yang dapat bertahan lama”. Sedangkan makna ‘dalam’nya ialah ‘Tiada ‘yang bernilai’ itu kekal. 2. Nilai Estetis Menurut Kant ada dua macam nilai estetis: a. Nilai estetis atau nilai murni. Oleh karena nilainya murni, maka bila ada keindahan, dikatakan keindahan murni. Nilai estetis yang murni ini terdapat pada garis, bentuk, warna dalam seni rupa. Gerak, tempo, irama dalam seni tari. Suara, metrum, irama dalam seni musik. Dialog, ruang, gerak dalam seni drama, dan lainlain. Nilai Ekstra Estetis b. Nilai ekstra estetis atau nilai tambahan. Nilai ekstra estetis (nilai luar estetis) yang merupakan nilai tambahan terdapat pada: bentuk-bentuk manusia, alam, binatang dan lain-lain; gerak lambaian, sembahan dan lain-lain; suara tangis dan lain-lain. Keindahan yang dapat dinikmati penggemar seni yang terdapat pada unsur-unsur tersebut, disebut keindahan luar estetis atau tambahan. Soal 1. Platonism banyak mempengaruhi seni apa saja di masanya? 2. Apa itu nilai ekstrinsik? 3. Apa itu nilai Intrinsik? 4. Nilai Estetis menurut Kant? Bina Nusantara University 16 Sumber • http//en.wikivisual.com/images - www.images.google.co.id/ - www.deviantart.com - www.techno-impressionist.com - Sony Dharsono, Pengantar Estetika, Penerbit Rekayasa Sains,Bandung, 2004 Bina Nusantara University 17
© Copyright 2024 Paperzz