download

Matakuliah
Tahun
: L0044 – Psikologi Faal
: 2009
SISTEM SARAF TEPI
Pertemuan 14
•
•
•
•
Saraf kranial
Saraf Spinal
Saraf Otonom
Saraf Somatik
SISTEM SARAF TEPI
• Membawa Informasi aferen
ke SSP.
• Membawa perintah eferen
ke efektor (co. otot)
SARAF KRANIAL
• Saraf otak / saraf kranial  saraf perifer yang
berpangkal pada otak dan batang otak.
• Fungsi
: motorik, sensorik dan khusus.
• Yang dimaksud khusus : fungsi yang bersifat
pancaindera.
• Dengan saraf kranial manusia dapat mencium bau,
melihat, mengecap, mendengar, merasakan nyeri dam
perasaan2 protopatik lainnya pada wajah dan dapat
memelihara keseimbangan yang diperlukan untuk
mengatur sikap dan gerakan & menghidupkan raut muka
sesuai dengan keadaan dan suasana.
• Terdapat 12 pasang saraf kranial.
• Inti nn.craniales terdapat di:
– Otak
NI
– Mesensefalon
N II,III
– Pons
N IV,V,VI,VII
– Medula OblongataN VIII,IX,X,XI,XII
From: Putz, R. & Pabst, R. (2006). Sobotta:
Atlas der natomie des menschen, band 1.
München: Elsevier GmbH.
SARAF SPINAL
• Saraf spinalis diberi nama sesuai
daerah kolumna vertebralis tempat
keluarnya.
• Seperti di otak, substansia grisea
terdiri dari badan2 sel saraf serta
dendritnya, antarneuron pendek
dan sel2 glia; substansia alba
tersusun menjadi traktus (jaras)
yaitu berkas serat-serat saraf
dengan fungsi serupa.
From: Putz, R. & Pabst, R. (2006). Sobotta:
Atlas der natomie des menschen, band 1.
München: Elsevier GmbH.
• Setiap traktus berawal dan berakhir di dalam
daerah tertentu di otak, dan masing-masing
memiliki kekhususan mengenai informasi yang
disampaikannya.
• Traktus ascendens (korda ke otak) 
menyalurkan sinyal dari masukan aferen ke
otak.
• Traktus descendens (otak ke korda) 
menyampaikan pesan-pesan dari otak ke
neuron eferen.
• Traktus diberi nama berdasarkan asal dan ujungnya.
• Contoh:
• Traktus kortikospinalis  suatu jalur descendens, badan
selnya terutama berasal dari daerah motorik korteks
serebrum, dan akson-aksonnya berjalan ke bawah untuk
berakhir di korda spinalis pada badan-badan sel neuron
motorik eferen yang mempersarafi otot-otot rangka.
• Traktus spinotalamikus lateral  jalur ascendens yang
berasal dari korda spinalis dan berjalan secara lateral di
sepanjang korda sampai bersinaps di talamus. (membawa
informasi sensorik mengenai rasa nyeri dan suhu yang
berasal dari berbagai bagian tubuh melalui korda spinalis ke
talamus, yg kemudian menyortir dan menyalurkan informasi
tersebut ke korteks somatosensorik.)
• Perlu diketahui bahwa di dalam korda spinalis berbagai jenis
sinyal dipisah-pisahkan dan dengan demikian, kerusakan
daerah tertentu di korda dapat mengganggu sebagian fungsi
tetapi fungsi lain tetap utuh.
From: Sherwood, L. (2007).
Human physiology: From cells
to systems. Belmont, CA:
Thomson.
Selubung saraf perifer
• Saraf tepi disusun oleh berkas-berkas serat saraf yang
dipersatukan oleh jaringan ikat.
• Mencakup saraf-saraf spinal yang berhubungan dengan
medula spinalis maupun saraf-saraf kranial yang
berhubungan dengan otak.
• Saraf tepi putih karena mengandung lapisan mielin.
Selubung saraf tepi
Jaringan ikat yang
membungkus saraf tepi
adalah:
1. Epineurium (jaringan ikat
fibrosa)
2. Perineurium (Jaringan ikat
padat kolagen)
3. Endoneurium (Jaringan ikat
longgar)
From: Sherwood, L. (2007).
Human physiology: From
cells to systems. Belmont,
CA: Thomson.
From: Sherwood, L. (2007).
Human physiology: From cells
to systems. Belmont, CA:
Thomson.
• Akar ventral dan dorsal di setiap tingkat menyatu
membentuk sebuah saraf spinalis (mengandung serat
aferen dan eferen) yang keluar dari kolumna vertebralis.
• Walaupun mereka berjalan bersamaan namun tidak
saling mempengaruhi, hanya untuk kemudahan.
• Seperti sambungan telepon yang berjalan dalam satu
kabel, namun tiap-tiap sambungan bersifat pribadi dan
tidak mengganggu atau mempengaruhi sambungan lain
dalam kabel yang sama.
• Tigapuluh satu pasang saraf spinal, bersama dengan
duabelas saraf kranial yang berasal dari otak
membentuk sistem saraf perifer.
• Pada tingkat yang paling sederhana, korda
spinalis mengintegrasikan banyak refleks
evakuatif dan protektif dasar yang tidak
memerlukan partisipasi kesadaran.
• Misalnya: menarik diri dari suatu rangsangan
nyeri dan mengosongkan kandung kemih.
• Korda spinalis memiliki dua fungsi vital.
• Pertama, bagian ini berfungsi sebagai penghubung saraf antara
otak dan sistem saraf perifer.
• Semua komunikasi ke atas dan ke bawah korda spinalis terletak di
jaras-jaras (traktus) ascendens dan descendens yang berbatas
tegas dan independent pada substansia alba korda spinalis.
• Kedua, korda merupakan pusat integrasi untuk refleks spinal,
termasuk sebagian refleks protektif dan postural serta refleks-refleks
yang berkaitan dengan pengosongan organ-organ panggul.
• Saraf spinal melekat ke korda spinalis berpasangan di sepanjang
korda.
• Saraf-saraf tersebut mempersarafi daerah-daerah tertentu di tubuh.
• Sistem saraf otonom 
cabang involunter divisi
eferen perifer.
• Mempersarafi otot
jantung, otot polos,
sebagian besar kelenjar
eksokrin, dan sebagian
kelenjar endokrin.
• Sistem saraf somatik
 cabang volunter
divisi eferen perifer.
• Mempersarafi otot
rangka.
Hanya dua neurotransmiter yang dikeluarkan ujung saraf eferen
ini untuk menimbulkan berbagai respons pada hampir semua
organ efektornya – asetilkolin & norepinefrin.
SISTEM SARAF OTONOM
• Terdiri dari dua divisi:
– Sistem simpatis
– Sistem parasimpatis
From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.
From: Sherwood, L. (2007).
Human physiology: From cells
to systems. Belmont, CA:
Thomson.
• Mengatur aktivitas alat2 dalam tubuh (viseral)
yang dalam keadaan normal di luar kesadaran
dan kontrol volunter.
• Contoh: sirkulasi, pencernaan, berkeringat, dan
ukuran pupil.
• Dianggap sebagai cabang involunter divisi
eferen.
• Berbeda dengan cabang volunter somatik, yang
mempersarafi otot rangka dan dapat dikontrol
secara volunter.
From: Sherwood, L. (2007).
Human physiology: From cells to
systems. Belmont, CA: Thomson.
• Sebagian besar organ viseral dipersarafi oleh serat saraf
simpatis dan parasimpatis yang menimbulkan efek
bertentangan pada organ tertentu.
• Simulasi simpatis meningkatkan kecepatan denyut
jantung, sementara parasimpatis menurunkannya.
• Simulasi simpatis memperlambat gerakan pencernaan,
sementara parasimpatis meningkatkan motilitas saluran
pencernaan.
• Perhatikan bahwa satu sistem tidak selalu bersifat
eksitatorik dan yang lain selalu inhibitorik.
• Kedua sistem meningkatkan aktivitas beberapa organ
dan menurunkan aktivitas organ-organ lain.
• Sistem simpatis meningkatkan respons2
yang mempersiapkan tubuh untuk
melaksanakan aktivitas fisik yang berat
dalam menghadapi situasi penuh stres atau
darurat.
• Misalnya, ancaman fisik dari lingkungan luar.
• Respon semacam ini disebut sebagai fightor-flight response.
• Sistem parasimpatis, mendominasi pada
situasi yang tenang dan rileks.
• Pada keadaan yang tidak mengancam,
tubuh dapat lebih memusatkan diri pada
aktivitas “rumah tangga umum”-nya
sendiri.
• Misalnya: pencernaan dan pengosongan
kandung kemih.
From: Sherwood, L. (2007). Human
physiology: From cells to systems.
Belmont, CA: Thomson.
Apa keunggulan persarafan ganda
pada organ dengan serat-serat saraf yang
kerjanya berlawanan satu sama lain?
• Persarafan ganda memungkinkan adanya
kontrol yang akurat terhadap aktivitas organ
yang bersangkutan.
• Serupa dengan pedal gas dan rem untuk
mengontrol kecepatan sebuah mobil.
• Bila ingin berhenti mendadak  mengangkat
kaki dari pedal gas, namun bila ingin lebih cepat
 menginjak pedal rem.
Pesan-pesan dari SSP disampaikan ke otot
jantung, otot polos, dan kelenjar melalui
saraf otonom, tetapi bagian-bagian mana
dari SSP yang mengatur keluaran otonom?
• Sebagian refleks otonom, misalnya berkemih,
defekasi, dan ereksi, terintegrasi di tingkat korda
spinalis, tetapi semua refleks spinal ini dapat
dikontrol oleh tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
• Medula di dalam batang otak adalah bagian yang
secara langsung paling bertanggungjawab untuk
keluaran otonom.
• Pusat-pusat untuk mengontrol aktivitas
kardiovaskuler, respirasi, dan pencernaan melalui
sistem otonom terletak di sini.
• Hipotalamus berperan penting dalam mengintegrasikan
respons otonom, somatik, dan endokrin yang otomatis
menyertai berbagai keadaan emosi dan perilaku.
• Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung,
tekanan darah, dan aktivitas pernafasan yang berkaitan
dengan rasa marah atau takut ditimbulkan oleh
hipotalamus melalui jalur medula.
• Aktivitas otonom juga dapat dipengaruhi oleh
korteks frontalis melalui keterlibatan dalam
ekspresi emosi yang khas untuk kepribadian
individu.
• Contoh, timbulnya kemerahan pada wajah saat
seseorang merasa malu, yang disebabkan oleh
dilatasi pembuluh darah kulit di daerah pipi.
• Respons seperti ini diperantarai oleh jalur-jalur
hipotalamus-medula.
SISTEM SARAF SOMATIK
• Akson-akson neuron motorik yang mempersarafi
otot rangka.
• Terdapat pada tanduk ventral korda spinalis.
• Bagian terminal akson neuron motorik
mengeluarkan asetilkolin, yang menimbulkan
eksitasi dan kontraksi serat-serat otot yang
dipersarafi.
• Neuron motorik hanya dapat merangsang otot
rangka, berbeda dengan serat otonom yang
dapat merangsang atau menghambat organ2
efektornya.
• Dendrit saraf motorik dan badan selnya banyak
dipengaruhi oleh sinaps konvergen
(eksitatorik/inhibitorik).
• Sebagian masukan ini adalah bagian dari jalur
refleks spinal yang berasal dari reseptor2 sensorik
perifer.
• Yang lain adalah bagian dari jalur-jalur desendens
yang berasal dari otak.
• Daerah2 di otak yang mengontrol gerakan otot
rangka meliputi daerah2 motorik korteks, nukleus
basal, serebelum, dan batang otak.
• Neuron motorik dianggap sebagai jalur bersama terakhir
(final common pathway).
• Sistem somatik dianggap berada di bawah kontrol
kesadaran (volunter), tetapi banyak aktifitas otot rangka
yang melibatkan postur, keseimbangan dan gerakan2
stereotipik dikontrol di alam bawah-sadar (involunter).
• Anda dapat memutuskan untuk mulai berjalan, tetapi
anda tidak perlu secara sadar melakukan kontraksi dan
relaksasi bergantian pada otot-otot yang berperan
karena gerakan tersebut sudah dikoordinasi secara
involunter oleh pusat-pusat otak yang lebih rendah.
• Badan sel neuron motorik dapat dirusak secara
selektif oleh virus polio.
• Akibatnya  paralisis otot-otot yang dipersarafi
oleh neuron yang terkena tersebut.
From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.
From: Sherwood, L. (2007). Human
physiology: From cells to systems.
Belmont, CA: Thomson.
Reaksi Akson
Berdasarkan lokasi terjadinya reaksi akson:
1. Reaksi lokal (pada tempat traumanya)
2. Reaksi anterograde (pd bagian distal dari tempat
trauma)
3. Reaksi retrograde (pd bagian proksimal dari tempat
trauma)
•
Beberapa reaksi berlangsung serentak, yang lain
mingguan atau bulanan.
References
1. Carlson, N. R. (2007). Physiology of behavior (9th ed.). Boston:
Pearson.
2. Lesson, T. S., Leeson, C. R., Paparo, A. A. (1988). Text/atlas of
histology. Philadelphia: W. B. Saunders.
3. Mardjono, M. & Sidharta, P. (2000). Neurologi klinis dasar. Jakarta:
Dian Rakyat.
4. Pinel, J. P. J. (2006). Biopsychology (6th ed.). Boston: Pearson.
5. Putz, R. & Pabst, R. (2006). Sobotta: Atlas der natomie des
menschen, band 1. München: Elsevier GmbH.
6. Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems.
Belmont, CA: Thomson.
7. Young, B. & Heath, J. W. (2005). Wheather’s Functional Histology.
Churchill Livingstone.
THANKS