download

Matakuliah
Tahun
: L0142/Psikologi Perkembangan
: 2007
Periode Dewasa Paruh Baya
(Middle Adulthood)
Pertemuan 11
Tujuan Pembelajaran
•
Mahasiswa dapat menghubungkan aspek
perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial dengan
issue yang terkait pada periode paruh baya (Middle
Adulthood)
3
Bina Nusantara
Materi Pembelajaran
•
•
•
Perkembangan fisik pada periode middle adulthood
Perkembangan kognitif pada periode middle adulthood
Perkembangan psikososial pada periode middle
adulthood
4
Bina Nusantara
Paruh Baya
•
•
Bina Nusantara
Tidak ada kesepakatan yang jelas kapan dimulainya
dan berakhirnya usia paruh baya, baik secara biologis
atau pun sosial. Papalia et. al., mendefinisikan middle
adulthood dalam pengertian kronologis, yaitu berusia
antara 40-65 tahun.
Periode ini merupakan periode dengan tanggung jawab
yang berat dan tuntutan peran yang beragam seperti
mengurus rumah tangga, pekerjaan, bisnis, mengurus
anak, atau bahkan mengurus orang tua atau memulai
karir baru, namun waktu luang berkurang.
I. Perkembangan Fisik
A. Perubahan Fisik
• Dari dewasa muda menuju paruh baya, perubahan
sensori dan motor hampir tidak terasa.
• Beberapa pengurangan fungsi sensori dan psikomotor
yang terjadi :
1. Penglihatan  penglihatan dekat, penglihatan dinamis,
sensitif terhadap cahaya, pencarian penglihatan, dan
hilangnya ketajaman penglihatan. Saat membaca butuh
kacamata untuk presbyopia – berkurangnya
kemampuan untuk melihat dekat. Selain itu juga
mengalami myopia – tidak dapat melihat jauh.
Bina Nusantara
2. Pendengaran  prebycusis – berkurangnya fungsi
pendengaran secara bertahap akibat bertambahnya
usia, terutama bila mendengar suara yang tinggi
frekuensinya.
3. Pengecapan & Penciuman  mulai berkurang.
Kurang sensitif dalam mengecap makanan.
4. Sentuhan  kurang sensitif terhadap sentuhan setelah
usia 45 tahun, dan rasa sakit setelah usia 50 tahun.
5. Kekuatan dan koordinasi menurun secara bertahap.
Berkurangnya basal metabolism, menurunnya
ketangkasan, menurunnya kemampuan untuk
mengerjakan tugas dengan memilih satu respon, serta
yang membutuhkan keterampilan motor yang kompleks.
Bina Nusantara
• Tampilan fisik tubuh dan sistem tubuh  kulit kurang
kencang, rambut menipis, berat badan cenderung
bertambah, tulang semakin tipis, fungsi paru-paru hanya
sedikit menurun, jantung semakin lambat memompa,
penyakit jantung semakin umum melanda usia paruh
baya, vital capacity mulai menurun, respon kekebalan
mulai melemah, tidur kurang nyenyak.
• Fungsi seksual dan reproduksi  diawali oleh
perimenopause atau climacteric (periode menurunnya
produksi hormon dan sel telur dalam 3-5 tahun sebelum
menopause) hingga mengalami menopause. Pada pria
hormon testoterone menurun secara perlahan namun
tidak ada hubungannya antara penurunan testoterone
dengan performa seksualnya.
Bina Nusantara
• Frekuensi aktivitas seksual dan kepuasan seks
cenderung menurun secara bertahap pada usia 40-an
dan 50-an. Penurunan ini bukan akibat menopause, tapi
karena kondisi fisik dan usia.
• Bentuk disfungsi seksual yang paling parah pada pria
adalah erectile dysfunction atau impoten.
B. Kesehatan
• Gangguan kesehatan yang umum terjadi pada usia
paruh baya dan dapat menyebabkan kematian 
hipertensi, kanker, serangan jantung, diabetes.
• Gizi, penggunaan obat terlarang, merokok, dan aktivitas
fisik yang dilakukan dimasa muda berdampak pada
kesehatan di masa tua/paruh baya.
Bina Nusantara
• Wanita berada pada kondisi yang sangat beresiko
setelah mengalami menopause. Mereka paling banyak
menderita penyakit jantung dan osteoporosis. Selain itu,
kanker payudara juga banyak diderita wanita usia paruh
baya.
Stress
• Stress = allostatic load  gangguan yang muncul saat
kemampuan coping tidak kuat untuk memenuhi tuntutan
lingkungan atau stressor.
• Allostasis  kapasitas tubuh beradaptasi dengan stress.
• Stress usia paruh baya dapat berasal dari perubahan
peran : transisi karir, anak yang sudah dewasa
meninggalkan rumah, renegosiasi relasi keluarga.
Bina Nusantara
• Stress menjadi salah satu faktor munculnya penyakit
yang dialami usia paruh baya, seperti hipertensi, stroke,
serangan jantung ringan, diabetes, osteoporosis, radang
dinding lambung, dan kanker.
• Stress dikaitkan dengan penyakit saat manusia kurang
mampu menguasai atau mengendalikan hidupnya.
Mereka akan berperilaku atau memiliki gaya hidup yang
secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan.
Namun mereka yang punya kontrol terhadap hidupnya
cenderung memiliki perilaku yang lebih sehat.
• Beban kerja, burnout/kejenuhan, dan menganggur
merupakan kondisi penyebab stress yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Bina Nusantara
II. Perkembangan Kognitif
A. Penelitian K. Warner Schaie
• The Seattle Longitudinal Study  tahun 1956 – 1994,
awalnya 500 partisipan dan akhirnya berjumlah 5000
partisipan, diberikan tes 6 kemampuan mental yang
utama dari Thurstone. Hasil : 3 dari 6 kemampuan
mental dasar mengalami puncaknya diusia paruh baya
(penalaran induktif, orientasi spasial, & kosa kata),
namun terdapat variasi individual yang besar dalam
performa kognitif paruh baya.
Bina Nusantara
B. Penelitian Horn & Cattell
• Fluid intelligence – kemampuan untuk mengatasi
persoalan baru yang membutuhkan sedikit atau tidak
sama sekali pengetahuan lama, tergantung pada latar
belakang pendidikan dan budaya. Mengalami
puncaknya saat dewasa muda.
• Crystallized intelligence – kemampuan untuk
mengingat dan menggunakan informasi yang dimiliki
selama hidup, tergantung pada latar belakang
pendidikan dan budaya. Mengalami puncaknya saat
paruh baya atau bahkan hampir mendekati akhir hidup.
Bina Nusantara
C. Integrative Thought
• Pada periode ini dapat dikatakan usia paruh baya
berada pada tahap postformal tought.
• Meskipun tahap postformal thought ini tidak dibatasi oleh
periode masa dewasa tertentu, tapi nampak sesuai
dengan tugas yang kompleks, peran yang banyak, dan
pilihan yang mengejutkan serta tantangan paruh baya,
misal kebutuhan untuk sintesa dan menyeimbangkan
tuntutan keluarga dan pekerjaan.
• Hal penting dari postformal thought  integrative nature.
Bina Nusantara
Kreatifitas
•
Kreatifitas bermula dari talenta, namun talenta tidaklah
cukup. Anak-anak boleh menunjukkan kreatifitas,
namun pada orang dewasa yang diperhitungkan adalah
performa kreatif/creative performance  produk dari
jaringan biologis, personal, sosial, dan budaya.
• Pengujian psikometri terhadap berpikir divergent untuk
melihat hubungan performa kreatif dengan usia :
 Ada perbedaan yang konsisten antara usia dengan
performa kreatif
 Tergantung dari area/bidang pekerjaan puisi,
matematika, novelis, dll
 Quality ratio (proporsi hasil kerja yang utama)  tidak
ada
Bina Nusantara
Pendidikan & Pekerjaan
• Ada perbedaan cara pandang terhadap orang paruh
baya dalam masyarakat : masyarakat industri
menerapkan age-differentiated  struktur kehidupan
mengenai peran yang utama (belajar, bekerja, dan
bersantai) didasarkan pada usia. Age-integrated 
struktur kehidupan mengenai peran yang utama terbuka
untuk semua orang dewasa dari berbagai usia, dan
dapat diselingi disepanjang rentang kehidupan (life
span).
• Tidak dapat dikatakan bahwa memasuki usia paruh baya
harus pensiun, karena ternyata untuk pensiun harus
memiliki tabungan atau dana pensiun yang dibutuhkan
untuk asuransi kesehatan.
Bina Nusantara
• Menurut penelitian Seattle Longitudinal Study 
penurunan kemampuan kognitif secara umum tidak
terjadi hingga lebih dari usia senja. Orang dewasa dapat
mempengaruhi perkembangan kognitifnya di masa
depan melalui pilihan pekerjaan.
• Bagi orang dewasa, belajar secara formal merupakan
cara untuk mengembangkan potensi kognitifnya dan
untuk tetap bertahan dengan perubahan dunia kerja.
Mereka membutuhkan pengetahuan yang dapat
diterapkan pada persoalan yang spesifik. Sistem belajar
yang self-generated problem atau project dianggap
sesuai untuk orang dewasa periode ini.
Bina Nusantara
III. Perkembangan Psikososial
Pendekatan Teori Klasik
A. Normative Stage Models
• Carl. G. Jung : Individuation and Transcendence
• Perkembangan paruh baya  individuation :
munculnya self/diri individu yang sejati melalui
keseimbangan dan integrasi bagian-bagian kepribadian
yang bertentangan.
• Pada periode ini, orang dewasa menaruh perhatian
pada pemenuhan kewajiban terhadap keluarga dan
masyarakat serta mengembangkan kewajibannya ini
untuk membantu meraih tujuan eksternal.
Bina Nusantara
2. Erik Erikson : Generativity vs Stagnation
• Berbeda dengan Jung yang menekankan paruh baya
sebagai waktu untuk kembali kedalam, Erikson justru
menekankan ke arah luar.
• Generativity  orang dewasa paruh baya
mengembangkan kepeduliannya untuk menentukan,
mengarahkan, dan mempengaruhi generasi berikutnya.
Orang yang tidak menyalurkan generativity menjadi
menarik diri, berbuat sesuka hati, atau stagnasi. Virtue
dari tahap ini : care.
• Generativity tidak hanya terbatas untuk orang paruh
baya, tetapi dapat juga ditunjukkan melalui mengajar
atau mentoring, produktifitas atau kreatifitas, dan
pengembangan diri.
Bina Nusantara
•
Geneativity kemudian berkembang menjadi 4 bentuk
spesifik : biologis (mengandung dan melahirkan anak),
parental (mengasuh dan membesarkan anak), teknikal
(mengajarkan keterampilan), dan kultural (meneruskan
nilai-nilai budaya dan institusi budaya).
3. Vaillant dan Levinson
• Vaillant  sama seperti Jung, pria paruh baya menjadi
lebih penyayang dan ekspresif. Orang paruh baya
berbalik ke arah dalam.
• Levinson  paruh baya kurang tertarik dengan
pencapaian personal dan lebih tertarik pada relasinya
dengan orang lain, menjadi mentor untuk orang yang
lebih muda. Menjadi orang paruh baya cukup membuat
stress sehingga dapat dikatakan krisis.
Bina Nusantara
B. Timing of Events
• Strukturisasi ulang peran sosial : menjadi kakek-nenek,
perubahan karir dan pekerjaan, dan pensiun.
• Banyak orang paruh baya yang mendapati dirinya lebih
sibuk dan lebih terlibat dari sebelumnya.
Bina Nusantara
Issue Terkait
• Krisis paruh baya (midlife crisis)  krisis identitas;
remaja kedua kalinya; tidak mengalami apa yang
seharusnya dialami oleh kebanyakan orang paruh baya.
• Usia paruh baya menjadi turning point untuk melakukan
introspeksi diri  midlife review.
• Identity process model (Whitbourne)  perkembangan
identitas yang berdasar pada proses identity
assimilation (usaha untuk mencocokan pengalaman
baru ke konsep diri yang ada) dan proses identity
accommodation (penyesuaian konsep diri ke
pengalaman yang baru). Keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi menentukan identity style seseorang.
Bina Nusantara
• Orang yang secara konstan lebih banyak menggunakan
accommodation identity memiliki accommodative identity
style, demikian halnya dengan assimilate identity style.
Penggunaan yang berlebihan baik itu assimilation atau
pun accomodation, dianggap tidak sehat. Style yang
paling sehat  balanced identity style.
• Erikson memandang generativity sebagai salah satu
apek pembentuk identitas.
• Identitas gender menurut Erikson  terkait erat dengan
peran sosial dan komitmen. Perubahan peran dan relasi
diusia paruh baya akan berdampak pada identitas
gender.
Bina Nusantara
• Kesehatan mental yang positif meliputi kesejahteraan
psikologis, dikaitkan dengan kondisi emosi, kepuasan
hidup, dan social well-being/kesejahteraan sosial.
Bina Nusantara
Relasi dalam Keluarga
•
•
•
Bina Nusantara
Perceraian di usia paruh baya relatif tidak umum.
Kebanyakan perceraian terjadi pada 10 tahun pertama
perkawinan.
Sebagai orang tua, hal yang menarik adalah usia paruh
baya biasanya menjadi orang tua dari anaknya yang
masih remaja. Dimana usia paruh baya dan remaja
sama-sama periode yang yang dikenal dengan krisis
emosi. Mereka harus bergelut dengan keperluannya
yang khusus, sementara itu mereka juga harus coping
dengan remaja yang mengalami perubahan fisik, emosi,
dan sosial.
Pada periode ini, paruh baya juga mengalami empty
nest – fase transisi sebagai orang tua dimana anak
terakhir meninggalkan rumah orang tuanya.
• Namun bisa juga paruh baya mengalami revolving door
syndrome, dimana anak tidak meninggalkan rumah
orang tuanya hingga diusia akhir 20-an tahun, bahkan
terkadang kembali ke rumah orang tuanya dengan
keluarganya sendiri.
• Saat ini, menjadi kakek-nenek sudah dimulai sebelum
berakhirnya masa aktif sebagai orang tua. Banyak paruh
baya yang mempertimbangkan peran sebagai kakeknenek sebagai peran yang paling penting.
Bina Nusantara
Rangkuman
• Periode Middle Adulthood menurut Papalia, et. al.,
berusia antara 40-65 tahun. Pada periode ini, paruh
baya memiliki peran dan tanggung jawab yang besar.
• Orang paruh baya di usianya ini mengalami
pengurangan fungsi sensori dan psikomotor, seperti
penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman,
sentuhan, kekuatan dan koordinasi.
• Fisik dan sistem tubuh banyak yang mengalami
penurunan. Dalam hal seksual, wanita mengalami
menopause sementara pria pada prinsipnya tidak
mengalami penurunan produksi hormon yang seketika,
namun terjadi penurunan yang perlahan.
Bina Nusantara
• Kesehatan diusia paruh baya dapat dipengaruhi oleh
perilaku atau gaya hidup dan stress. Stress di dalam
keluarga maupun yang berkaitan dengan pekerjaan.
• Stress yang dialami paruh baya dapat berdampak pada
kondisi kesehatannya.
• Penelitian Seattle Longitudinal Study menunjukkan 3
dari 6 kemampuan mental dasar mengalami puncaknya
diusia paruh baya (penalaran induktif, orientasi spasial,
& kosa kata). Sementara penelitian Horn & Cattell
menunjukkan bahwa fluid intelligence menurun terlebih
dahulu daripada crystallized intelligence.
• Perkembangan kognitif paruh baya tetap dapat
dikategorikan dalam tahap postformal thought.
Bina Nusantara
• Quality ratio menunjukkan tidak ada perbedaan antara
bertambahnya usia dengan kreatifitas. Kalau pun ada
perbedaan, harus dilihat lagi ragam bidang
pekerjaannya/areanya.
• Dalam menjalankan perannya, masyarakat memiliki 2
cara pandang yang berbeda : age-differentiated dan
age-integrated. Masyarakat yang memegang cara
pandang age-integrated membiarkan orang paruh baya
untuk terus bekerja dan belajar.
• Jung melihat paruh baya kembali ke arah dalam
(individuation), sementara Erikson ke arah luar
(generativity).
Bina Nusantara
• Usia paruh baya dapat mengalami midlife crisis, namun
juga dipandang sebagai midlife review.
• Style identitas yang paling sehat untuk diterapkan oleh
paruh baya adalah balanced identity style. Erikson
menyatakan bahwa generativity sebagai salah satu
aspek pembentuk identitas.
• Dalam relasinya dengan keluarga, beberapa kondisi
yang mungkin dialami oleh paruh baya  perceraian,
menjadi kakek-nenek, dan kondisi empty nest.
Bina Nusantara