Matakuliah Tahun : L0142/Psikologi Perkembangan : 2007 Perkembangan Psikososial pada Periode Infancy & Toddlerhood Pertemuan 6 Tujuan Pembelajaran • Mahasiswa dapat menghubungkan aspek perkembangan psikososial dengan issue yang terkait pada periode infancy & toddlerhood 3 Bina Nusantara Materi Pembelajaran • • • • Dasar dari perkembangan psikososial Perkembangan psikososial pada periode infancy Perkembangan psikososial pada periode toddlerhood Issue lainnya yang terkait 4 Bina Nusantara Dasar Perkembangan Psikososial 1. Emosi • Emosi merupakan reaksi subyektif terhadap pengalaman yang disertai dengan perubahan fisiologis dan tingkah laku. Contoh emosi : sedih, ceria, takut, dll. • Perkembangan emosi merupakan proses yang berurutan dimana emosi yang kompleks berkembang dari emosi yang sederhana. • Emosi juga terkait erat dengan aspek perkembangan lainnya, mis : Emosi anak yang sedang marah dapat mengarahkan perilaku menghina orang lain/moral behavior Bina Nusantara • Emosi sudah muncul sejak bayi, dimana bayi menangis, tertawa, dan tersenyum. Lambat laun emosinya pun semakin kompleks. • Indikator untuk mengenali munculnya emosi pada bayi adalah melalui ekspresi wajah, aktivitas motor, bahasa tubuh, dan perubahan fisiologis. • Emosi dasar pada bayi menurut Lewis (1966) adalah ketika bayi menunjukkan kepuasan hati/contentment, minat/interest, dan kesusahan/distress. • Self conscious emotions (malu, empati, iri hati) hanya muncul ketika anak mengembangkan self awareness. Setelah itu ia akan menerima standar, aturan lingkungannya sehingga dapat melakukan evaluasi diri dalam bentuk self evaluation emotions (bangga, malu, merasa bersalah). Bina Nusantara • Empati mulai muncul pada usia sekitar 2 tahun. Ketika anak masuk dalam fase toddlerhood, ia semakin dapat merasakan kesusahan/distress anak lain. • Terjadinya empati tergantung pada social cognition. Piaget meyakini bahwa egocentrism menjadi penghalang untuk kemampuan empati ini hingga tahap concrete operational dari middle childhood. Bina Nusantara 2. Temperament • Temperamen memiliki dimensi emosi, namun berbeda dengan emosi, temperamen relatif lebih konsisten dan menetap dalam jangka waktu yang lama. • Temperamen ada secara lahiriah, namun bukan berarti terbentuk seutuhnya saat lahir. Temperamen juga berkembang seperti halnya emosi dan kapasitas pengaturan diri/self-regulatory, serta dapat berubah seriring dengan sikap dan perlakuan orang tua. • Kunci penyesuaian yang sehat adalah goodness of fit – kecocokan antara temperamen anak dengan tuntutan lingkungan serta anak merasa terpaksa untuk berhadapan dengan lingkungan. Bina Nusantara • Ketika orang tua mengenali cara anak bertindak terhadap situasi tertentu, orang tua dapat melakukan antisipasi terhadap reaksi anak tersebut dan menolongnya untuk beradaptasi terhadap situasi atau lingkungan. Bina Nusantara 3. Pengalaman Sosial Awal : Bayi ditengah Keluarga • Peran orang tua dapat membentuk kepribadian anak. • Mendapatkan makanan bukanlah hal terpenting yang diperoleh bayi dari ibunya. Peran sebagai ibu meliputi juga kenyamanan dari kedekatan fisik dan rasa puas. • Secara tradisional, Ayah baru berinteraksi dengan anaknya yang masih bayi atau batita ketika ibu sedang tidak ada. Namun seiring dengan kondisi jaman, saat ini para ayah mulai menjalin relasi yang intim dengan anaknya terutama anaknya laki-laki. • Perilaku perbedaan gender mulai muncul saat anak berusia antara 1-2 tahun, dimana anak memilih permainan, bermain, dan bermain bersama dengan anak lain yang memiliki kesamaan gender. Orang tua juga berperan terhadap pembentukan kepribadian berdasarkan perbedaan gender ini. Bina Nusantara Perkembangan Psikososial pada Infant • Tugas perkembangan bayi terhadap perkembangan psikososial ini adalah berkembangnya kepercayaan, attachment, mutual regulation dengan pengasuh, serta referensi sosial. 1. Pengembangan Kepercayaan/Trust • Tahap perkembangan pertama dari Erikson adalah basic trust vs mistrust. Pada tahap ini bayi mengembangkan rasa percayanya pada orang dan benda disekitarnya. • Bila trust terbentuk maka bayi mengembangkan virtue : hope. Bila mistrust yang terbentuk, maka anak akan memandang dunia tidak bersahabat dan tidak dapat diprediksi, sehingga ia akan mengalami kesulitan untuk menjalin relasi. Bina Nusantara 2. Pengembangan Attachment • Attachment merupakan hubungan emosional yang timbal balik diantara 2 orang, khususnya antara bayi dan pengasuh dimana satu sama lain saling berkontribusi dalam berelasi. • Attachment pertama kali diteliti oleh John Bowlby. Kemudian muridnya yang bernama Mary Ainsworth menemukan konsep Strange Situation. • Dari konsep tersebut muncul 3 pola attachment yang utama, yaitu : secure attachment, dan 2 lainnya merupakan bentuk dari insecure attachment yaitu : avoidant attachment dan ambivalent atau resistant attachment. Bina Nusantara • Kemudian penelitian lain yang dilakukan oleh Main & Solomon menghasilkan pola attachment yang keempat, yaitu : disorganized-disoriented attachment. • Attachment terbentuk pada dasarnya dari interaksi antara ibu dan bayi. Bayi membangun “working model” yang diharapkan dari ibunya. Selama ibu terus bersikap dengan cara yang sama, model akan terus bertahan. Namun jika perilaku ibu berubah secara konsisten, maka bayi akan merubah modelnya, dan security attachment juga berubah. • Stranger anxiety (kekhawatiran akan hadirnya orang asing dan tempat yang asing) dan separation anxiety (distress yang ditunjukkan oleh bayi saat pengasuhnya pergi) merefleksikan kondisi attachment bayi terhadap ibunya. Bina Nusantara • Security attachment dapat berdampak pada emosi, sosial, dan kapasitas kognitif. Semakin aman attachment seorang anak terhadap orang dewasa, semakin mudah seorang anak menjalin relasi yang baik dengan orang lain. • Sedangkan insecure attachment pada bayi akan menghambat dan membentuk emosi negatif saat ia batita (toddler), perilaku kasar saat berusia 5 tahun, serta ketergantungan/dependency selama bersekolah. Bina Nusantara 3. Mutual Regulation • Interaksi yang mempengaruhi secure attachment tergantung pada kemampuan bayi dan pengasuh untuk berespon kondisi emosi dan mental satu sama lain secara tepat dan sensitif disebut mental regulation. • Interaksi yang sehat muncul ketika pengasuh “membaca” signal bayi dengan akurat dan berespon dengan tepat. • Mutual regulation menolong bayi untuk “membaca” tingkah laku dan harapan orang lain. • “Still-face” paradigm merupakan penelitian yang mengukur mutual regulation bayi yang berusia 2-9 bulan. Bina Nusantara 4. Referensi Sosial • Pada triwulan akhir dari tahun pertama, bayi mulai menunjukkan kemampuan partisipasi dalam komunikasi orang perorangan seputar peristiwa eksternal. Mulai menunjukkan pada pengasuhnya perasaannya terhadap suatu situasi atau benda serta emosinya. Kondisi ini disebut referensi sosial/social referencing – kemampuan untuk mencari-cari informasi emosional yang mengarahkan perilaku. • Dalam referensi sosial ini seseorang membentuk pemahaman tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi yang tidak jelas/ambigu, membingungkan, tidak familiar, dengan mencari-cari dan mengartikan persepsi orang lain terhadap situasi tersebut. Bina Nusantara Perkembangan Psikososial pada Toddler • Tugas perkembangan psikososial pada toddler yang harus dipenuhi adalah munculnya sense tentang diri, berkembangnya autonomy, serta moral. 1. Munculnya Sense Diri • Pada tahap ini mulai muncul self-concept – gambaran tentang diri sendiri. • Pembentukan self-concept pada bayi tergantung dari pengasuhan seperti apa yang diterima olehnya dan bagaimana bayi meresponinya. • Antara usia 4-10 bulan bayi mulai merasakan personal agency. Sense personal agency ini dalam teori Bandura disebut self-efficacy – rasa mampu untuk menguasai tantangan dan mencapai tujuan. Bina Nusantara • Pada tahap ini juga terbentuk self-awareness – kesadaran diri sebagai makhluk yang dapat dikenali. 2. Perkembangan Autonomy • Berdasarkan Erikson periode Toddlerhood ini masuk pada tahap perkembangan autonomy vs shame and doubt. • Bayi yang memiliki basic trust terhadap lingkungannya dan kesadaran diri, mulai dapat memberikan penilaian sendiri. • Virtue yang diharapkan dari tahap ini adalah will. • Toilet training merupakan kegiatan yang penting untuk masuk dalam kondisi autonomy dan kontrol diri. Bina Nusantara 3. Perkembangan Moral • Sosialisasi merupakan proses dimana anak mengembangkan kebiasaan, keterampilan, nilai, motivasi, yang membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan produktif. • Sosialisasi bergantung pada internalisasi standar yang ditetapkan oleh orang tua. • Pada tahap ini anak juga mengembangkan kapasitas self-regulation yaitu pengendalian tingkah laku secara mandiri agar dapat masuk dalam tuntutan sosial. • Sebelum anak dapat mengendalikan tingkah laku mereka sendiri, mereka perlu untuk mengendalikan halhal yang menarik perhatian mereka serta emosi negatif. Bina Nusantara • Dalam perkembangan moralnya, anak sudah dapat mengembangkan hati nuraninya. Hati nurani meliputi ketidaknyamanan emosi ketika melakukan sesuatu yang salah serta kemampuan untuk menahan diri untuk tidak melakukannya. • Hati nurani berkembang setelah anak melakukan proses internalisasi standar moral. • Menurut Kochanska, anak dapat menunjukkan 2 perilaku yang berkontribusi terhadap perkembangan hati nurani, yaitu : 1. Committed compliance – patuh dengan sepenuh hati terhadap perintah orang tua tanpa harus diingatkan atau tidak ada yang mengingatkan. Bina Nusantara 2. Situational Compliance – patuh pada perintah orang tua jika hanya ada tanda-tanda kontrol orang tua. • Committed compliance terkait dengan internalisasi nilainilai pengasuhan dan aturan rumah. Bina Nusantara Issue yang Terkait 1. Kontak dengan Anak Lain A. Saudara Sekandung • Interaksi dengan saudara sekandung menjadi pelajaran bagi anak untuk diterapkan diluar rumah. • Semakin aman attachment saudara sekandung dengan orang tua, maka semakin baik hubungan diantara anakanak tersebut. • Relasi dengan saudara sekandung juga memungkinkan munculnya konflik. Seiring dengan bertumbuhnya kognitif dan pemahaman sosial, konflik diantara saudara sekandung semakin konstruktif, dan adik bungsu biasanya punya peran untuk mendamaikan. Bina Nusantara • Konflik yang konstruktif diantara saudara sekandung menolong anak untuk mengenali kebutuhan orang lain, harapan, sudut pandang, serta menolong mereka untuk belajar berjuang, tidak sependapat, dan kompromi dalam konteks untuk memantapkan hubungan. B. Anak-anak Lain di luar Saudara Sekandung • Infant dan toodler menunjukkan ketertarikan terhadap orang-orang diluar keluarga, terutama dengan orangorang yang seumuran dengannya. • Toddler belajar dengan saling meniru satu sama lain, mis : dalam bermain, komunikasi verbal, dll. Bina Nusantara 2. Anak-anak dari Orang tua yang Bekerja • Teori Bioekologis Bronfenbrenner memberikan pandangan yang luas mengenai pengasuhan terhadap anak sejak dini berdampak pada perkembangan anak. • Secara umum, beban kerja ibu saat anak berusia 3 tahun pertama nampaknya memiliki dampak yang kecil erhadap perkembangan. Namun perkembangan kognitif anak dapat bermasalah saat ibu bekerja 30 jam atau lebih selama seminggu saat anak berusia 9 bulan. • Dampak pengasuhan anak sejak diri tergantung dari jenis, jumlah, kualitas, dan stabilitas pengasuhan. Seperti halnya dengan penghasilan keluarga serta usia dimana anak mendapat pengasuhan bukan dari ibu. Bina Nusantara 3. Maltreatment : Abuse & Neglect • Beberapa bentuk perilaku dari maltreatment : 1. Physical abuse tindakan yang membahayakan yang dilakukan secara sengaja terhadap fisik atau tubuh anak, seperti meninju, menendang, atau membakar 2. Neglect kegagalan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang mendasar anak, seperti makan, pakaian, kesehatan, perlindungan, dan pengawasan 3. Sexual abuse aktivitas seksual atau sentuhan seksual terhadap anak dan orang lain yang lebih tua 4. Emotional maltreatment tindakan kekerasan atau penelantaran yang menyebabkan gangguan perilaku, kognitif, emosional, dan mental. Bina Nusantara • Faktor yang berperan terhadap maltreatment : 1. Orang tua yang menjaga jarak dengan anaknya. Bisa jadi orang tua yang suka mengkritik atau tidak komunikatif. Seringkali abuse dan neglect muncul dalam keluarga yang sama. 2. Kondisi lingkungan dan nilai-nilai budaya. Lingkungan yang berpenghasilan rendah rentan terhadap maltreatment. 2 faktor budaya yang berkaitan dengan kekerasan anak, yaitu kekerasan kelompok dan hukuman fisik terhadap anak. • Maltreatment memiliki efek jangka panjang terhadap fisik, emosi, kognitif, dan sosial anak. Bina Nusantara Rangkuman • Perkembangan emosi merupakan proses yang berurutan, dimulai dari yang sederhana hingga membentuk emosi yang kompleks. • Self conscious emotions dan self evaluative emotions muncul setelah self-awareness berkembang. • Temperamen sebagian besar terbentuk secara lahiriah namun dapat dimodifikasi oleh pengalaman. • Peran orang tua dalam pengasuhan membentuk kepribadian anak. • Menurut Erikson tugas perkembangan pertama pada tahap ini dalam perkembangan kepribadiannya adalah basic trust vs mistrust. Bina Nusantara • Pola attachment tergantung pada temperamen bayi dan kualitas pengasuhan. • Ada 2 jenis besar attachment : secure attachment dan insecure attachment (avoidant attachment, ambivalent attachment, dan disorganized-disoriented attachment). • Mutual regulasi memampukan bayi untuk berperan aktif mengelola emosinya. • Sense diri terbentuk saat bayi berusia antara 4-10 bulan. Sementara self-concept terbentuk saat bayi berusia 1518 bulan. • Tugas perkembangan kedua pada tahap ini menurut Erikson adalah autonomy vs shame & doubt. Bina Nusantara • Pada tahap ini, relasi anak dengan saudara sekandung akan dibawa saat ia berelasi dengan orang lain di luar rumah. • Toddler menunjukkan ketertarikan untuk berinteraksi dengan anak lain diluar saudara sekandung. • Ibu yang bekerja ketika anak masih berusia 3 tahun pertama, memiliki dampak yang kecil terhadap perkembangan. Namun tidak demikian dengan perkembangan kognitifnya. • Kualitas, kuantitas, stabilitas, dan jenis pengasuhan mempengaruhi perkembangan psikososial dan kognitif anak. Bina Nusantara • Bentuk dari maltreatment yaitu physical abuse, neglect, sexual abuse, dan emotional maltreatment. • Maltreatment memiliki dampak terhadap fisik, kognitif, emosi, dan perkembangan sosial anak, bahkan hingga mereka dewasa. Bina Nusantara
© Copyright 2024 Paperzz