download

Matakuliah : L0022 – Filsafat Ilmu dan Logika
Tahun
: 2007
BAB XI
KEPUTUSAN
Pertemuan 11
Tujuan:
Mahasiswa mampu menunjukkan
membuat keputusan secara logis.
Bina Nusantara
cara
Pengertian Keputusan
• Dalam keputusan orang mengambil sikap terhadap
kenyataan (memungkiri/mengakui sesuatu).
• Keputusan adalah perbuatan akal budi manusia
dalam mengakui atau memungkiri kesatuan
hubungan antara dua hal (subjek dan predikat).
Contoh: Saya belajar (S=P), saya tidak belajar (S
tidak sama dengan P).
• Keputusan itu satu-satunya ucapan yang benar atau
tidak benar.
Bina Nusantara
Unsur-Unsur Keputusan
• Ada 3 komponen keputusan:
– Subjek (sesuatu yang diberi keterangan)
– Predikat (yang menerangkan subjek)
– Kata
Penghubung
(pernyataan
yang
mengakui/memungkiri hubungan subjek dan
predikat).
Bina Nusantara
Beberapa catatan penting:
• Lazim dijabarkan menjadi keputusan dengan bentuk:
S = P atau S P.
• Lazim Term subjek disebut juga subjek logis dan tidak
harus selalu berarti subjek kalimat dalam tata
bahasa.
• Untuk menemukan term predikat logis, perlu
dicermati apa yang hendak diberitakan dalam satu
kalimat. “Dialah yang mencuri buah apel itu”, yang
mencuri buah apel itu (S) adalah dia.
Bina Nusantara
• Keputusan disebut negatif jika kata penghubungnya
negatif. Contoh: “Orang yang tidak datang akan
dihukum” atau “Orang yang tidak berlari akan
terbakar”. Kata ’tidak datang’ dan ‘tidak berlari’ tidak
mempengaruhi kata penghubung. Maka, kalimat ini
positif/afirmatif dan bukan kalimat negatif.
Bina Nusantara
Macam-Macam Keputusan
Pengakuan dan Pemungkiran
• Keputusan Kategoris: P menerangkan S tanpa syarat.
– K.K. Tunggal: 1 S dan 1 P saja.
– K.K Majemuk: > dari 1 S dan 1 P
– Modalitas: tentu, niscaya, mungkin, tidak tentu,
pasti, tidak mungkin dll.
Bina Nusantara
• Keputusan Hipotetis: P menerangkan S dengan suatu
syarat (namun tidak mutlak).
– K.H. Kondisional: jika…, maka….
– K.H. Disyungtif: atau…atau…
– K.H. Konyungtif: tidak sekaligus…dan…
Bina Nusantara
• Keputusan Kategoris Tunggal dibagi jadi:
– Menurut materinya:
• K. Analitis: P menyebutkan sifat hakiki yang ada
pada S (Ricy berbudi).
• K. Sintetis: P menyebutkan sifat
tidak
hakiki/tidak niscaya pada S, namun dapat
dikaitkan dengan S. Ini biasa terjadi karena
pengalaman (Rian itu pedagang roti).
Bina Nusantara
– Menurut bentuknya:
• K. Positif/afirmatif: P dipersatukan dengan S
oleh kata penghubung, seluruh isi predikat
diterapkan pada subjek (Kuda adalah binatang).
• K. Negatif: S dan P dinyatakan tidak sama,
mungkin dalam 1 hal tertentu S dan P sama,
namun beda dalam hal yang lain (Kuda bukan
tikus).
Bina Nusantara
– Menurut luasnya:
• K. Universal: P menerangkan (mengakui atau
memungkiri) seluruh luas S (semua orang dapat
mati).
• K. Partikular: P menerangkan sebagian dari
seluruh luas S (beberapa orang dapat mati).
Catatan= keputusan universal beda dengan
keputusan umum (Orang Batak pandai menyanyi)
ini tidak berlaku untuk semua S, namun hanya
orang tertentu saja.
Bina Nusantara
– Menurut bentuk dan luasnya (AEIO)
• A: positif-universal (singular). Contoh: Semua
mahasiswa Binus Lulus
• E: negatif-universal (singular). Contoh: kera
bukan tikus.
• I: Positif-partikular. Contoh: Beberapa rumah
retak karena gempa bumi.
• O: negatif-partikular. Contoh beberapa orang
tidak suka tertawa dll.
Bina Nusantara
– Luas Predikat:
• Dalam K. Afirmatif: seluruh isi P diterapkan pada
isi S, seluruh luas S dimasukkan dalam luas P
(Kuda adalah binatang).
• Dalam K. Negatif: isi P (tidak semua unsurnya)
tidak diterapkan pada S, luas P tidak masuk
dalam luas S (Kuda bukan tikus).
Bina Nusantara
• Hukum Luas Predikat:
– P adalah singular jika dengan tegas menunjuk 1
individu/barang/golongan tertentu (Dialah yang pertamatama sampai ke gunung itu).
– Dalam Keputusan Afirmatif, predikat partikular (kecuali
kalau ternyata singular). Ini juga berlaku untuk K. afirmatif
partikular (Semua kuda adalah binatang).
– Dalam keputusan negatif, Predikat Universal (kecuali kalau
singular), S dipisahkan dari P dan sebaliknya (Semua
manusia bukan kuda, Beberapa manusia bukan kuda)
Bina Nusantara