Matakuliah Tahun : F0422 - Pengantar Hukum Perdata dan Dagang : 2009 PERJANJIAN DAN PERIKATAN PERTEMUAN 07 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : • Menjelaskan tentang perbedaan perjanjian dan perikatan (C2) Bina Nusantara University 2 Outline Materi • • • • • • • • • SUMBER HUKUM PERBUATAN HUKUM PERJANJIAN ATAS BEBAN DAN CUMA-CUMA KEBEBASAN BERKONTRAK ASAS KEPRIBADIAN SAHNYA PERJANJIAN KESEPAKATAN SEMU PENGERTIAN SEBAB KONSIDERATION AKIBAT HUKUM PERIKATAN Outline Materi • • • • • • • • • • PERJANJIAN BAKU (STANDAR) GARIS BESAR AZASNYA JUAL BELI SEWA MENYEWA PEMBERIAN KUASA TUKAR MENUKAR PERJANJIAN KERJA HIBAH PINJAM PAKAI MEMBUAT PERJANJIAN Sistem Hukum : • Civil Law Indonesia • Common Law Sumber Perikatan : • Wirjono Prodjodikoro, dalam bukunya Asas-asas Hukum Perjanjian, Hukum Perjanjian ini dalam bahasa Belanda dinamakan het Verbintenissenrecht. Jadi Verbintenissenrecht oleh Wirjono diterjemahkan menjadi Hukum Perjanjian bukan Hukum Perikatan. • R. Subekti, tidak menggunakan istilah Hukum Perikatan tetapi istilah Perikatan sesuai dengan judul buku III KUH Perdata tentang perikatan. Dalam bukunya Pokok-Pokok Hukum Perdata, beliau menulis perkataan Perikatan (Verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian, sebab buku III KUH Perdata memuat tentang Perikatan yang timbul dari : 1. Persetujuan atau perjanjian, 2. Perbuatan yang melanggar hukum, 3. Pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan (zaakwaarnemiing). Sumber Perikatan (Pasal 1233) : • Untuk perjanjian dalam Bahasa Belanda disebut Overeenkomst, sedangkan hukum perjanjian disebut overeenkomstenrecht. Pengertian perjanjian lebih sempit dari perikatan, karena perikatan lebih luas daripada perjanjian. Perikatan lebih luas dari perjanjian, sebab perikatan itu dapat terjadi karena : 1. Perjanjian (kontrak) 2. Bukan dari perjanjian (dari undang-undang) • Perjanjian merupakan suatu peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak yang lain untuk melaksanakan suatu hal. Dari perjanjian ini, ditimbulkan suatu peristiwa berupa hubungan hokum antara kedua belah pihak. Hubungan tersebutlah yang dinamakan dengan Perikatan. Sumber Perikatan (Pasal 1233) : Dengan demikian hubungan perikatan dengan perjanjian adalah perjanjian menimbulkan perikatan, dengan kata lain perjanjian merupakan salah satu sumber yang paling banyak menimbulkan perikatan, karena hukum perjanjian menganut sistim terbuka. Oleh karena itu setiap masyarakat bebas untuk mengadakan perjanjian. Dasar Hukum Perikatan : 1. 2. Menurut KUH Perdata, sumber dari pada perikatan terdiri dari : Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian), Perikatan yang timbul dari undang-undang, yang terbagi atas : • Karena undang-undang semata, misalnya hukum perkawinan dalam hal hubungan antara orang tua dengan anak, hukum kewarisan. • Karena undang-undang, akibat perbuatan manusia menurut hukum, terjadi karena perbuatan yang diperbolehkan (sah) dan yang bertentangan dengan hukum (tidak sah). Dasar Hukum Perikatan (cont..) : 3. 4. 5. 6. Bukan karena perjanjian, terjadi karena perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela (zaakwaarneming). Yurisprudensi, merupakan suatu keputusan hakim yang terdahulu yang diikuti oleh hakim-hakim lainnya dalam perkaranya yang sama. Hukum tertulis dan hukum tidak tertulis (Hukum Adat). Ilmu Pengetahuan Hukum. Dasar Hukum Perikatan (cont..): A. Perjanjian / contract B. Undang-undang (material) • • • Buku ke-III yang mengatur mengenai perikatan ini tidak memberikan definisi yang merupakan pembatasan mengenai pengertian perikatan ini. Oleh karena Buku ke-III, tidak memberikan definisi mengenai perikatan ini, maka ilmu pengetahuan memberikan batasan-batasan sebagai berikut : “Suatu perikatan ialah suatu perhubungan hokum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal (prestasi) dari pihak yang lain, yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu”. Hakekat Perikatan : • • • Perikatan dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata meliputi perikatan dalam bidang hukum kekayaan, perikatan dalam bidang hukum yang mengatur hak-hak perdatan yang dapat dinilai dengan uang. Para pihak dalam perjanjian adalah subyek, sedang prestasi yang diperjanjikan adalah obyek perikatan. Mempunyai sifat khusus yaitu hubungan hukum antara orang dengan orang, yakni kreditur dengan debitur. Obyek Perikatan : • Obyek perikatan ialah prestasi yang diperjanjikan, yakni apa yang wajib dilakukan oleh pihak debitur, yang dapat dituntut pelaksanaannya oleh kreditur. • Menurut pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat disimpulkan 3 macam prestasi, oleh karena pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi : “Tiap-tiap perikatan adalah untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. Subyek Perikatan : • Subyek perikatan adalah pihak-pihak yang mengadakan perikatan yakni pihak yang berkewajiban melakukan prestasi dan pihak yang berhak menuntut pelaksanaan prestasi (debitur dan kreditur). Kedua belah pihak adalah subyek dalam perikatan. WANPRESTASI : Wanprestasi adalah suatu keadaan dimana si berhutang tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk dilaksanakan, atau melanggar perjanjian dalam hal diperjjanjikan bahwa debitur tidak boleh melakukan sesuatu hal, sedangkan ia melakukannya. WANPRESTASI (cont..): Seorang debitur dapat dikatakan lalai apabila : • terlambat melaksanakan prestasi perikatan; • melaksanakan prestasi, tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan; atau • sama sekali tidak melaksanakan prestasi; • melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam perikatan. Akibat keadaan lalai : • Apabila debitur dalam keadaan lalai, ia dapat dituntut untuk memberikan ganti kerugian. WANPRESTASI (cont..): 1. 2. 3. Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan penuntutan ganti rugi : Tuntutan telah dapat diajukan, artinya prestasi perikatan itu sudah harus dilakukan, tetapi debitur tidak melakukannya. Pihak debitur tidak dalam keadaan memaksa. Terhadap tuntutan itu tidak diajukan tangkisan yang dapat melumpuhkan tuntutan itu. Akibat Wanprestasi : Bilamana debitur sudah tegas dinyatakan lalai, kreditur segera dapat menuntut ganti rugi, dalam arti debitur harus menanggung kerugian yang timbul karena wanprestasi tersebut. Akibat Wanprestasi : 1. 2. 3. 4. 5. Hal-hal yang dapat dituntut oleh seorang kreditur terhadap debitur yang telah melakukan wanprestasi ialah : Pelaksanaan prestasi; Ganti rugi; Pelaksanaan prestasi ditambah dengan ganti rugi; Pembatalan perjanjian itu sendiri; atau Pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi kreditur berhak memilih yang mana dari kemungkinan tersebut yang akan dituntut. Akibat Wanprestasi : 1. 2. 3. 4. Hal-hal yang paling tidak mengenakkan debitur sebagai akibat kelalaiannya yang merugikan kreditur itu ialah : Pembayaran ganti rugi; Pembatalan perjanjian Peralihan risiko dan Membayar biaya perkara Hapusnya Suatu Perikatan : • • • • • • • • • • Mengenai hapusnya atau berakhirnya suatu perikatan oleh undang-undang ditentukan dalam pasal 1381 yang menentukan 10 cara berakhirnya perikatan. Dalam pasal 1381 Kitab UndangUndang Hukum Perdata ditentukan cara-cara berakhirnya sebagai berikut : Karena pembayaran; Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; Karena pembaharuan hutang; Karena kompensasi atau perjumpaan hutang; Karena percampuran hutang; Karena pembebasan hutang; Karena musnahnya barang yang terutang; Karena kebatalan atau pembatalan; Karena berlakunya syarat batal; dan Karena lewatnya waktu. Hapusnya Suatu Perikatan : • Cara berakhirnya perikatan yang disebutkan dalam pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata itu belum lengkap, oleh karena masih ada cara-cara berakhirnya perikatan yang belum termasuk didalamnya, misalnya : berakhirnya perikatan karena ketetapan waktu; berakhirnya perikatan karena salah seorang meninggal dunia dalam perikatanperikatan tertentu. • Azas kebebasan berkontrak (freedom of contract atau laizzes faire) pasal 1338 • Prestasi perikatan (Pasal 1234) •Memberikan sesuatu •Berbuat sesuatu •Tidak berbuat sesuatu Prestasi Perikatan : Prestasi perikatan dalam perjanjian dapat berupa : 1. Kewajiban 2. Syarat 3. Kewajiban dan syarat Macam - Macam Perjanjian : A. Perjanjian cuma-cuma (hibah) B. Perjanjian atas beban • • B.1. Perjanjian UNILATERAL B.2. Perjanjian BILATERAL Macam - Macam Perjanjian : Perjanjian Pihak I Pihak II Cuma-cuma Prestasi Kewajiban Unilateral Prestasi Kewajiban Prestasi syarat Bilateral Prestasi Kewajiban Prestasi Kewajiban Macam - Macam Perjanjian : Contoh : Perjanjian cuma-cuma • Hibah Perjanjian Unilateral • Siapa yang menemukan anjing poedel akan diberi hadiah Perjanjian Bilateral • Jual Beli Azas Kepribadian (Privity of Contract) : • Azas Kepribadian (Privity of Contract) Pasal 1340 Perjanjian hanya mengikat pada pihak dalam perjanjian Syarat - Syarat Sahnya Suatu Perjanjian : Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian Pasal 1320 : 1. Syarat Subjektif a. Kesepakatan Proses Ijab Kabul (Offer – Acceptance) b. Kecakapan 2. Syarat Objektif a. Hal yang tertentu b. Sebab yang halal (Consideration) Perjanjian Yang Tidak Memenuhi Syarat : Perjanjian yang tidak memenuhi syarat : • Batal demi hukum (Void Ab Initio) • Voidable (dapat dibatalkan) • Beda : Batal demi hukum (Void, u subjek hukum) dan dapat dibatalkan (Voidable, u objek hukum) • Bahaya bila perjanjian yang tidak memenuhi syarat adalah Voidable • Dilihat dari syarat-syarat sahnya perjanjian ini, dibedakan bagian perjanjian, yaitu bagian inti (wanzenlijke oordeel), sub bagian inti disebut esensialia dan bagian yang bukan inti disebut naturalia dan aksidentialia. Esensialia : Bagian ini merupakan sifat yang harus ada di dalam perjanjian, sifat yang menentukan atau menyebabkan perjanjian itu tercipta (constructieve oordeel). Naturalia : Bagian ini merupakan sifat bawaan (natuur) perjanjian sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian, seperti menjamin tidak ada cacat dari benda yang dijual (vrijwaring). Aksidentialia : Bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjian yang secara tegas diperjanjikan oleh para pihak. Kesepakatan Semu : Kesepakatan yang diberikan karena adanya: 1. Kekhilafan (Mistake) 2. Paksaan (Duress) 3. Penipuan (Misrepresentation) Kesepakatan Semua adalah Kesepakatan jadi perjanjian tidak “Void” (Batal demi hukum) tetapi dapat dibatalkan (Voidable) Subjek Hukum : A. Orang Pribadi Pasal 1329 : pada dasarnya setiap orang adalah subjek hukum, kecuali UU menentukan lain. • Hal yang tertentu Sebab yang halal (consideration) Pasal 1330 Pasal 1330 : Orang yang dianggap tidak cakap ialah : • Belum dewasa (<18 tahun dan belum menikah). UU No. 1/1974 • Orang dewasa yang diampu. Subjek Hukum : B. Badan Hukum • Subjek hukum : badan hukum • Pasal 1654 : badan yang sah Perjanjian Oleh Anak - Anak (Pengecualian) Perjanjian yang dapat dilakukan oleh anak-anak (pengecualian) : • Sesuai dengan kehidupan anak-anak • Sesuai dengan kebutuhan pada waktu itu • Transaksi kerja bila dikuasakan oleh wakilnya (pasal 1601 G & H) Halal : Halal mencakup : • Tidak bertentangan dengan UU • Sesuai dengan kesusilaan • Sesuai dengan ketertiban umum Pengganti sebab (pasal 1336) tergantung UU Akibat Hukum Terjadinya Perjanjian : 1. • • • • 2. 3. Terikat pada : Isi perjanjian Kepatutan Kebiasaan UU Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik (pasal 1338) Kreditur dapat minta pembatalan perbuatan debitur yang merugikan kreditur (pasal 1341). (injuction) Ketidakpatutan Ketidakpatutan terjadi dalam hal terdapat : 1. Hubungan yang berat sebelah (undue influence) • Misalnya : pengacara dengan klien 2. Keadaan yang berat sebelah (unconscionability) • Misalnya : perjanjian dengan salah satu pihak adalah orang tua yang buta huruf PERIKATAN: Macam - Macam Perikatan • Perikatan bersyarat • Perikatan dengan ketetapan waktu • Perikatan alternatif • Perikatan tanggung • Tanggung renteng • Lain-lain Point Materi : • Buku ke III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdiri dari bagian umum dan bagian khusus. • Bagian umum ini berisi peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatanperikatan pada umumnya, misalnya : tentang lahirnya suatu perikatan, mengikatnya suatu perikatan, akibat dari suatu perikatan hapusnya suatu perikatan, macam-macam perikatan dan sebagainya. • Bagian khusus memuat peraturan-peraturan mengenai perikatan-perikatan khusus atau perjanjian-perjanjian khusus yang terdapat dalam masyarakat secara lazim ditemukan dan telah mempunyai nama-nama tertentu, misalnya jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, perjanjian kerja dan perjanjianperjanjian lainnya. • Namun demikian masih banyak perjanjian-perjanjian dalam masyarakat yang tidak terdapat pengaturannya dalam bagian khusus tersebut, seperti halnya jualangsur, sewa-beli dan sebagainya. Perikatan Khusus Perikatan khusus contohnya adalah: 1. jual-beli, 2. sewa-menyewa, 3. tukar-menukar, 4. perjanjian kerja 5. perjanjian-perjanjian lainnya Perjanjian Jual Beli : • • • • • • • • • Sumber hukum (pasal 1457 – 1540 KUHPer) Pengertian perjanjian jual beli Syarat tangguh dalam jual beli (pasal 1463) Kewajiban penjual Kewajiban pembeli Risiko Hak untuk membeli kembali Sistem causal dan sistem abstrak Hak reklame (pasal 1145) Perjanjian Sewa Menyewa : • • • • Pengertian perjanjian sewa menyewa (pasal 1548) Kewajiban yang menyewakan Kewajiban penyewa Mengulangsewakan Perjanjian Kerja : • • • Perjanjian melakukan pekerjaan (pasal 1601) Perjanjian perburuhan (Kesepakatan Kerja Bersama/KKB) Perjanjian kerja Hibah : Hibah = Pemberian cuma-cuma • Pengertian perjanjian hibah • Kecakapan untuk memberi dan menerima hibah Pemberian Kuasa : 1. Pengertian perjanjian pemberian kuasa (pasal 1792) 2. Kuasa khusus dan umum • Kewajiban si kuasa • Substitusi • Kewajiban pemberi kuasa • Hak retensi • Berakhirnya pemberian kuasa Hukum Kontrak : • Mengingat masalah asas kebebasan berkontrak dan kaitannya dengan perjanjian baku (standar) sebagai masalah, perlu terlebih dahulu dikaitkan dengan Hukum Kontrak sebagai subsistem dari sistem Hukum Nasional. Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas dari Hukum Kontrak dan ia tidak berdiri sendiri. Maknanya hanya dapat ditentukan setelah kita memahami posisinya dalam kaitan yang terpadu dengan asas-asas Hukum Kontrak yang lain, yang secara menyeluruh asas-asas ini merupakan pilar, tiang, fondasi dari hukum kontrak. Hukum Kontrak (cont..) : Bahwa sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu, yang merupakan landasan, di atas mana dibangun tertib hukum. Asas-asas ini diperoleh melalui kontruksi yuridis, yaitu dengan menganalisis (mengolah) data-data yang sifatnya nyata (konkret) untuk kemudian mengambil sifat-sifatnya yang umum (kolektif) atau abstrak. Proses ini dapat juga dikatakan “mengabstraksi”. Asas-asas ini mempunyai tingkatan jika dilihat dari gradasi sifatnya yang abstrak. Perbedaan antara berbagai asas ini tidak prinsipiil, tetapi gradual. Aturan-aturan hukum membentuk dirinya dalam sistem hukum dan merupakan suatu “pohon hukum” (science tree), yang mempunyai akar, batang, cabang, dahan, ranting, tangkai, daun, bunga, buah dan sebagainya. Sistem hukum dapat dijabarkan dalam sub-subsistem, seperti Hukum Nasional dapat dijabarkan dalam Hukum Perdata, dijabarkan ke dalam sub-subsistem hukum kontrak, hukum kontrak internasional, hukum perkreditan, dan sebagainya. Dilihat dari sistem Hukum Nasional, maka hukum kontrak adalah subsistem Hukum Perdata. Hukum Kontrak (cont..) : Demikianlah suatu sistem hukum dalam suatu negara tertentu dapat seterusnya dibagi-bagi ke dalam beberapa bagian. Seluruh sub-subsistem ini satu sama lain berkaitan dalam hubungan yang harmonis dan serasi, seimbang, tidak tumpah tindih, tidak berbenturan karena asas-asasnya yang terpadu. Asas-asas yang terdapat di dalam Hukum Perdata harus senada, seirama dengan asas yang terdapat dalam Hukum Nasional. Demikian juga asas-asas Hukum Kontrak harus selaras dengan asas-asas Hukum Perdata. Asas-asas dalam Kontrak : 1. • 2. • 3. • Secara garis besar maksud masing-masing asas itu adalah sebagai berikut : Asas Konsensualisme Asas ini dapat ditemukan dalam pasal 1320 dan pasal 1320 KUH Perdata didalamnya ditemukan istilah “semua” perjanjian lahir pada saat ada kata sepakat. Asas Kepercayaan Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, harus dapat menumbuhkan kepercayaan di antara kedua pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya di kemudian hari. Asas Kekuatan Mengikat Demikian seterusnya dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat. Asas-asas dalam Kontrak (cont.): 4. Asas Persamaan hak • Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan, walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kepercayaan, kekuasaan, jabatan, dan lain-lain. 5. Asas Keseimbangan • Asas ini menghendaki kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Asas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Asas-asas dalam Kontrak (cont..) 6. Asas Moral • Asas ini terlihat dalam perikatan wajar, di mana suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak debitur. 7. Asas Kepatutan • Asas ini dituangkan dalam pasal 1339 KUH Perdata. Asas kepatutan di sini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Asas-asas dalam Kontrak (cont..): 8. Asas Kebiasaan • Asas ini diatur pasal 1339 jo. 1347 KUH Perdata, yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. 9. Asas Kepastian Hukum • Perjanjian sebagai suatu figure hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai undang-undang bagi para pihak. Asas Kebebasan Berkontrak yang Bertanggung Jawab: • Almarhum Supomo, telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam hal peletak dasar terhadap hubungan individu dan masyarakat di Indonesia. Dari pidato inagurasinya di Fakultas Hukum Jakarta tahun 1941 dapat disimpulkan beberapa ciri perbandingan tentang kedudukan individu dalam masyarakat di Indonesia, dan Dunia Barat, sebagai berikut : • Di Indonesia, yang primair adalah masyarakat, individu terikat dalam masyarakat. Hukum bertujuan mencapai kepentingan individu, yang selaras, serasi dan seimbang dengan kepentingan masyarakat. • Di Barat, yang primair adalah individu, individu terlepas dari masyarakat, hukum bertujuan mencapai kepentingan individu. KUHPer dan Asas Kontrak : Asas Kebebasan Berkontrak dapat terlihat di dalam Pasal 1338 KUH Perdata, dikatakan bahwa segala sesuatu perjanjian dibuat secara sah oleh para pihak, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, sedangkan Sistim terbuka mempunyai arti bahwa dalam membuat perjanjian para pihak diperkenankan untuk menentukan isi daripada perjanjiannya sebagai undang-undang bagi mereka sendiri. Asas Konsensualismu, dikatakan bahwa perjanjian tersebut lahir pada saat tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak memerlukan sesuatu formalitas. Asas Konsensualisme lazim disimpulkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. DISKUSI DAN TANYA JAWAB
© Copyright 2024 Paperzz