download

Welcome to eBizzAsia magazine
e-Government
Maraknya pertumbuhan
situs
daerah otonom di
seluruh
Indonesia bisa jadi
pertanda
meluasnya pemahaman
terhadap pentingnya
e-Government dalam
satu-dua tahun
terakhir. Program
otonomisasi daerah
tampaknya bisa jadi
pemicu utama
pemunculan situs
daerah otonom
tersebut, dan awal dari
pemunculan
e-Government.
Volume I Nomor 05 - Maret 2003
Awalnya hampir semua pihak menanggapi pemunculan
situs itu sebagai hal positif. Namun, dalam perjalanannya
situs itu bisa jadi kontra produktif terhadap tujuan
semula. Banyak pihak yang mensinyalir sebagian dari
situs itu lebih didorong oleh keinginan (want), bukan
kebutuhan (need). Artinya, keinginan menjadi faktor
utama dari penggelaran situs, bukan sebaliknya
kebutuhan. “Kalau enggak punya situs nanti pimpinan
daerah itu dianggap ketinggalan jaman oleh rekanrekannya dalam asosiasi,” ujar Budi Wahyu Jati, Country
Manager Intel Indonesia Corp.
Akibatnya, jelas pemunculan banyak situs daerah
disinyalir hanya sekedar reaksi, bukan didasarkan pada
kebutuhan dan perencanaan yang jelas. Karena bersifat
reaktif tentu tanpa ada perencanaan yang komprehensif
Budi Wahyu Jati, Country Manager Intel
akan manfaat dari penggelarannya. Website daerah
Indonesia Corp
otonom merupakan langkah awal, biasanya bersamaan
dengan disetupnya sistem email dan jejaring kerja internal. Ketidakadaan perencaan dan pemahaman secara
utuh itu menumbuhkan kegelian, misalnya penggunaan akhir .com dalam sejumlah situs daerah otonom.
“Semestinya ‘kan .go.id,” ujar sumber di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Sumber yang sama juga menunjukkan ada daerah otonom yang terpaksa mencicil pembayaran dalam jumlah yang
cukup membebani hanya karena implementasi e-Government itu di tahap awal. Ini saja sudah berbeda dengan
potensi manfaat kapabilitas informasi dan komunikasi baru untuk pelayanan oleh institusi pemerintahan, yaitu
http://www.ebizzasia.com/0105-2003/egov,0105.htm (1 of 3)7/31/2005 5:36:58 PM
Welcome to eBizzAsia magazine
kian rendahnya biaya administrasi yang harus dibayar masyarakat.
Ini lebih karena ICT (Information and Communication Technology) memungkinkan tereduksinya biaya secara
signifikan. Beban biaya itu, tentu, dan sudah bisa dipastikan akan menjadi tanggungan masyarakat pengguna jasa
layanan tersebut. Artinya, untuk layanan yang sama, masyarakat harus membayar lebih mahal. Jika tidak ingin
terlalu mahal, maka biaya harus ditanggung rentengkan ke seluruh masyarakat di daerah itu.
eGovernment
bukan
sekedar
teknologisasi
pemerintahan.
eGovernment
membutuhkan
pemikiran
ulang dan
penemuan
kembali atas
pemerintahan
itu sendiri.
Belajar dari Negeri Seberang
Sudah pasti jika globalisasi dan optimalisasi pemanfaatan Teknologi
Informasi dan komunikasi adalah faktor utama dari keberadaan eGovernment saat ini. Georg Aichholzer (www.itas.fzk.de) melihat ide
untuk menggelar e-Government di Eropa diperkuat oleh tekanan
publik atas budget, sehingga menstimulir peningkatan efisiensi dan
kinerja institusi pemerintahan. Faktor kedua adalah restrukturisasi
fungsi-fungsi sektor publik dan pelayanan bersamaan dengan
meluasnya kecenderungan privatisasi dan outsourcing (‘reinventing
government’). Ketiga, pemahaman manajemen publik baru yang
diejawantahkan dalam perubahan filosofi manajemen dan
aplikasinya dalam aktivitas di sektor publik. Keempat, bersamaan
dengan meluasnya internet muncul tuntutan peningkatan pelayanan
publik ke seluruh sektor kehidupan. Kelima, munculnya tuntutan
akan transparansi pemerintahan, partisipasi demokratis dan
legitimasi. Ini termasuk kebutuhan untuk menumbuhkan keyakinan
publik akan keputusan-keputusan dan proyek politik, serupa dengan
kebutuhan untuk menjustifikasi prosedur-prosedur administratif.
Aichholzer menekankan bahwa konsep e-Government bisa diartikan berbagai macam, namun secara mendasar
konsep ini merujuk pada moda komprehensif dan baru dalam penggunaan ICT oleh institusi negara (Lihat Tabel
1).
Arun Mahizhnan dan Narayanan Andiappan (www.infitt.org) melihat bahwa e-Government bukan sekedar
teknologisasi pemerintahan. Ini juga bukan sekedar otomatisasi sejumlah proses manual atau introduksi
sederhana atas teknologi yang belum pernah ada sebelumnya. e-Government membutuhkan pemikiran ulang dan
penemuan kembali atas pemerintahan itu sendiri.
Birokrasi merupakan penemuan abad ke-19,
sementara e-Government merupakan penemuan
abad ke-21. Karena itu, keduanya menganjurkan
perlunya pengkajian ulang dasar-dasar
organisasi pemerintahan dan birokrasi,
pendefinisian ulang tujuan dan pelayanan
pemerintahan, dan penyebaran ulang atas
sumber-sumber daya yang ada. Dalam proses
penemuan ulang tersebut, tujuan mendasar
adalah perbaikan ulang atas yang lama sekaligus
pengintrodusiran yang baru.
Jika kita menegok pengalaman Singapura,
terlihat jelas bahwa e-Government merupakan
bagian integral dari strategi nasional untuk
mentransformasi negara pulau menjadi pulau
intelijen. e-Economy merupakan bagian inti
http://www.ebizzasia.com/0105-2003/egov,0105.htm (2 of 3)7/31/2005 5:36:58 PM
Welcome to eBizzAsia magazine
perencanaan pembangunan perekonomian, dan
e-Society akan menjadi komunitas inklusif
masyarakat dan warganegara yang menikmati
standar hidup tinggi.
e-Government Singapura harus dilihat sebagai
kekuatan pembangunan yang strategis dan
terintegrasi dalam pelayanan publiknya. Upaya
ini bermula pada tahun 1981 dengan
diluncurkannya The Civil Service
Computerization Programme (CSCP). Tujuannya
adalah penghematan tenaga kerja, peningkatan
efisiensi operasional, dukungan informasi dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik, dan
perintisan layanan publik. Secara alamiah
program ini terarah pada otomatisasi fungsifungsi pekerjaan tradisional dan pengurangan
paperwork.•ew
foto-foto:
Dahlan Rebo Paing
© 2003 eBizzAsia. All rights reserved
http://www.ebizzasia.com/0105-2003/egov,0105.htm (3 of 3)7/31/2005 5:36:58 PM