download

Matakuliah : K0635 - FISIKA
Tahun
: 2007
GETERAN
Pertemuan 17-18
GETERAN
1. Macam-Macam Gerak
Gerak Periodik : Gerak yang berulang dalam selang
waktu yang sama
Gerak Harmonik : Pergeseran partikel dapat
dinyatakan sebagai fungsi SINUS
atau COSINUS
Osilasi / vibrasi : Gerak periodik dari partikel , yang
bolak -balik melalui lintasan yang
sama
Gerak Harmonik teredam : gerak bolak - balik partikel
tidak tepat sama, karena terdapat
3
gaya gesekan
Bina Nusantara
2. Variabel Gerak Osilasi
Periode (T) : Waktu yang diperlukan untuk 1 getaran .
satuan : detik
Frekuensi (f): banyaknya getaran per - satuan waktu.
satuan : cycle/s ( = Hz )
Frekuensi sudut () :  = 2 f ; satuan : rad/det
Amplitudo ( = A ): Simpangan maksimum.
satuan:satuan panjang: m/cm/mm
4
Bina Nusantara
3. Gaya Pemulih
Benda , massa m dan berada pada ujung sebuah
pegas , gaya yang diperlukan untuk menyimpangkan
pegas sejauh X adalah :
F=kX
k = konstanta pegas
Gaya reaksi oleh pegas :
F’ = - k X
gaya reaksi ini disebut : GAYA PEMULIH
Dalam setiap gerak harmonik, gaya pemulih inilah
yang menyebabkan benda berosilasi .
Bina Nusantara
4. Gerak Harmonik Sederhana
Pada gerak harmonik sederhana, dianggap benda tidak
mengalami gaya gesekan.
Dari Hk. Newton II : F = m a = m d2X/dt2
dan gaya pemulih : F’ = - k X
maka :
-k X = m d2X/dt2
atau :
d2X/dt2 + ( k/m ) X = 0
( Pers. Diff. G.H.S )
Solusi dari persamaan differensial tersebut adalah :
X = A Cos (  t +  )
( Pers. GHS )
 = √ k/m = frekuensi sudut ;  = konstanta fasa
A = amplitudo ( simpangan maksimum )
Bina Nusantara
5. Energi Kinetik Dan Energi Potensial
* Kecepatan partikel berosilasi
V = dX/dt = - A  Sin( t +  )
Pada simpangan maksimum V = 0, karena kecepatan
berbalik arah
* Percepatan partikel berosilasi
a = dV/dt = - A 2 Cos( t +  )
di titik seimbang ( X=0) , F = 0 ; a = 0 ; dan V = maks.
* Energi Kinetik : EK = ½ m V2 = ½ k A2 Sin2 ( t +  )
EKmaks. = ½ k A2
Bina Nusantara
* Energi Potensial :
EP = ½ k X2 = ½ kA2 Cos2 ( t +  )
EPmaks. = ½ kA2
* Energi Total
Energi total setiap saat adalah :
EK+EP = ½ kA2Cos2( t +  ) + ½ k A2 Sin2( t+)
= ½ kA2 (Cos2( t + ) + Sin2 ( t +  ) ) = ½ kA2
Energi total dalam GHS adalah konstan , yaitu : ½ kA2
EKmaks = EPmaks = ½ k A2 = E
Bina Nusantara
6. Gerak Harmonik Teredam
Pada semua gerak osilasi energi mekanik total akan
berkurang karena adanya gesekan (redaman ) , hingga
suatu saat benda akan berhenti berosilasi. Gaya
redaman umumnya berbanding lurus dengan
kecepatan yaitu :
-bV = - b(dX/dt)
b = konstanta
gaya pemulih menjadi : -kX-b(dX/dt)
Maka :
2X
d
m 2  b dX  kX  0
dt
dt
Untuk b kecil solusinya adalah :
X = A e - bt/2m Cos ( ’t +  )
dengan : ’ = 2 f =  k/m- (b/2m)2
Bina Nusantara
Dimana :  = √(k/m) = frekuensi sudut
 t +  = fasa gerak
 = konstanta fasa
A = amplitudo
= simpangan maksimum benda berosilasi
A dan  ditentukan oleh keadaan awal
Bina Nusantara
7. Momen Puntiran
penjepit
kawat
piringan
O
R
Q
θm
P
θm
Sebuah piringan digantung dengan kawat melalui
titik pusat massanya.
Bila piringan dirotasikan dalam bidang horizontal ke
arah posisi radial OQ, kawat akan terpuntir.
Bina Nusantara
Bila piringan dirotasikan dalam bidang horizontal ke
arah posisi radial OQ, kawat akan terpuntir.
Maka kawat akan melakukan Torsi pemulih pada
piringan, yang cendrung mengembalikannya ke
posisi seimbang (P).
Untuk puntiran yang kecil, torka pemulih sebanding
dengan pergeseran sudut (θ) (Hk. Hooke)
τ=-κθ
κ = konstanta puntiran
Tanda negatif menunjukan torsi pemulih berlawanan
arah dengan simpangan sudut (θ)
Bina Nusantara
Dari hubungan torsi ( τ ) dengan percepatan (α )
sudut, dan momen inersia ( I )
yaitu: τ = I α atau : τ = I (dω/dt ) = I ( d2θ/dt2 )
Maka persamaan gerak harmonik sudut sederhana :
d 2      0
 
2
 I 
dt
Dengan periode osilasi T  2 
Bina Nusantara
I/