download

MENGOREK LEBIH BANYAK KETERANGAN
DARI SISA
Sesudah mengumpulkan alat-alat untuk dua variable bebas kategori dan
satu variable numeric Y, sekarang kita lanjutkan dengan alat-alar untuk dua
variable bebas numeric dab satu Y yang numeric.
Salah satu strategi dasar penganalisa data yang baik ialah pemeriksaan
yang cermat atas sisa, untuk mengorek lebih banyak keterangan dari suatu
rangkaian data.
Telah dijelaskan bahwa salah satu keuntungan dari kecocokan numeric
ialah agar dapat dihitung sisanya sehingga factor penyebab lainnya lebih
mudah dicari. Hampir semua gejala social mempunyai penyebab yang banyak,
karena itu kita perlu tahu bagaimana bekerja bila terdapat suatu Y dengan
beberapa X.
TABEL 1.1 Integrasi, Mobilitas, dan Heterogenitas
Kota
X1 = Integrasi Y = Mobilitas
X2 = Heterogenitas
Rochester
19,0
15,0
7,6
20,6
Worcester
16,4
13,6
0
22,1
Milwaukee
15,8
17,6
2,5
17,4
Buffalo
15,2
14,7
-1,8
22,3
Reading
14,2
19,4
0,5
10,6
Cleveland
14,0
18,6
-0,8
39,7
Peoria
13,8
35,1
15,2
10,7
Trenton
13,0
15,8
-6,0
23,5
Toledo
12,7
21,6
-0,9
19,2
Baltimore
12,0
12,1
-12,1
45,8
Akron
11,3
22,1
-3,8
20,4
Tacoma
10,9
31,2
4,4
17,8
Spokane
9,6
38,9
8,9
12,3
Indianapolis
8,8
23,1
-8,8
29,2
Portland (Ore.)
7,2
35,8
0,1
16,4
Perhatikan Tabel 1.1 di mana dicantumkan keterangan mengenai integrasi,
heterogenitas, dan mobilitas pada 15 kota di A.S., besarnya Y’ atau sisa
mobilitas dengan kecocokan eksplorasi :
Mobilitas = -2,4 (integrasi) + 53
1
Notasi : Y adalah mobilitas (variable tak bebas / dependent)
X1 adalah integrasi (variable bebas / independent pertama)
X2 adalah heterogenitas (variable bebas / independent kedua)
Persamaan / kecocokan integrasi dan mobilitas :
Y = b1X1 +a1
Pada persamaan ini b1 = -2,4 dan a1 = 53. Kecocokan ini menghasilkan nisbah
dq sebesar 0,05, suatu harga yang lumayan tapi nisbah masih menyisakan
sebagian besar Y yang belum dijelaskan, yaitu sisa Y’, dengan memasukkan
variable bebas lain.
Mengontrol Seluruh X1
Langkah pertama ialah mencocokan X1 (integrasi) kemudian
megeluarkan pengaruh liniernya atas X2 (heterogenitas), karena kita ingin
melihat penjelasan apa saja yang dapat diperoleh dari X2 mengenai Y, di
samping penjelasan yang telah diperoleh dari X1.
Pertama-tama kita gambarkan titik-titiknya, bila mungkin cukup
digunakan kedua ujung titik-titik sari, sedangkan transformasi hanya
dikerjakan bila terpaksa.
TABEL 1.2. Heterogenitas dengan Integrasi
Heterogenitas
50
40
30
20
10
0
0
5
10
Integrasi
2
15
20
Tabel 1.2 menyajikan gambar X1 = integrasi dan X2 = heterogenitas, jelas
kaitannya amat lemah. Kecocokannya harus dihitung kemudian dikeluarkan.
Titik sari atas dan bawah adalah :
X1 (bebas)
X2(terikat)
Atas
15,8
20,6
Bawah
9,6
17,8
Dengan mencari harga-harga b2 dan a2 dari :
X2 = b2X1 +a2
Maka kita peroleh ikhtisar (sari) numeric dari kecocokan integrasiheterogenitas, hanya saja di sini digunakan ujung untuk menghitung a2 (untuk
menghemat waktu) :
20,6 17,8
b2 =
15,8  9,6
= 0,45
 0,5
a2 : (Atas) 20,6 – (0,5)(15,8) = 12,7
(Bawah) 17,8 – (0,5)( 9,6) = 13,0
1312,7
a2 =
2
a2  13
Untuk menghemat waktu, harga b2 dan a2 dibulatkan. Tabel di bawah
menghitung sisa heterogenitas dari integrasi :
X2’ = X2 –(b2X1 + a2)
Yang mengahasilkan harga-harga X2’ di mana pengaruh linier integrasi telah
dikeluarkan.
3
TABEL 1.3. Kecocokan Linier Het = 0,5(Int) + 13
Int (X1)
Het (X2)
0,5X1
X2’ = X2
19,0
20,6
9,5
16,4
22,1
8,2
15,8
17,4
7,9
15,2
22,3
7,6
14,2
10,6
7,1
14,0
39,7
7,0
13,8
10,7
6,9
13,0
23,5
6,5
12,7
19,2
6,4
12,0
45,8
6,0
11,3
20,4
5,7
10,9
17,8
5,5
9,6
12,3
4,8
8,8
29,2
4,4
7,2
16,4
3,6
- (0,5X1 + 13)
-1,9
0,9
-3,5
1,7
-9,5
19,7
-9,2
4,0
-0,2
26,8
1,7
-0,7
-5,5
11,8
-0,2
TABEL 1.4. Heterogenitas dan Mobilitas, Integrasi dikontrol
Sisa Mobilitas dari Integrasi
20
15
10
5
0
-5
-10
-15
-10
0
10
20
Sisa Heterogenitas dari Integrasi
4
30
Pada table di atas diterakan gambar Y’ pada sumbu Y dan X2’ pada sumbu X.
Gambar ini melukiskan kaitan antara mobilitas dan heterogenitas pada mana
pengaruh linier integrasi di buat tetap. (bila semua kota mempunyai taraf
integrasi yang sama, maka beginilah kaitan antara mobilitas dan
heterogenitas)
Bila tabel 1.4 diamati maka akan terlihat bahwa kecocokan linier
dengan cara eksplorasi di sini tidak akan bermanfaat karena 2 hal :
1. Aturan rentangan tidak dapat dipenuhi, karena harga-harga X2’ yang
tinggi terlalu tersebar.
2. Kaitannya melengkung (bukan linier).
Suatu transformasi yang akan meluruskan juraian X2’ yang ke atas dapat
menolong di sini.
Yang Mana yang Ditransformasikan?
Perlu diingat bahwa X2’ dan Y’ merupakan sisa, mentransformasikan
langsung sisa kurang baik, karena 2 hal :
1. Sisa sering negatif, sedangkan transformasi yang sering digunakan
tidak dapat dipakai untuk bilangan negatif.
2. Sulit menafsirkan transformasi sisa.
Karena itu lebih beralasan mentransformasikan heterogenitas semula, dengan
mengamarinya maka terlihat bahwa X2’ menjurai ke atas karena X2 menjurai
ke atas. Maka diambil log (het) dan dinyatakan dengan X3.
5
Mulai Lagi dengan Log Heterogenitas
Kita mulai lagi dengan suatu gambar (X3 dengan X1 / log heterogenitas
dengan integrasi).
TABEL 1.5. Log Heterogenitas dan Integrasi
Log Heterogenitas
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1
7
12
17
22
Integrasi
Tabel 1.6 merupakan lembar kerja, darimana diperoleh titik sari atas dan
bawah :
Atas
Bawah
X1 (bebas)
15,8
9,6
X3(terikat)
1,31
1,25
6
Dengan cara biasa dihitung :
X3 = b3X1 + a3
a3 tidak akan dihitung, karena kemirngan (b), nisbah dq, dan sisa kecocokan
tidak akan berubah. Menghemat waktu tanpa kerugian yang berarti dengan
mencari kecocokan parsial untuk kemiringan tanpa taraf.
1,31  1,25
15,8  9,6
= 0,01
b3 =
kemudian keluarkan harga pendekatan kecocokan parsial ini, seperti tabel 1.6,
untuk mendapatkan X3’, yaitu log heterogenitas di mana pengaruh linier
integrasi telah dikeluarkan.
TABEL 1.6. Log (Het) = 0,01(Int)
X1
19,0
16,4
15,8
15,2
14,2
14,0
13,8
13,0
12,7
12,0
11,3
10,9
9,6
8,8
7,2
X3
1,31
1,34
1,24
1,36
1,03
1,60
1,03
1,37
1,28
1,66
1,31
1,25
1,09
1,47
1,21
0,01X1
0,19
0,16
0,16
0,15
0,14
0,14
0,14
0,13
0,13
0,12
0,11
0,11
0,10
0,09
0,07
7
X3’ = X3 – 0,01X1
1,12
1,18
1,08
1,21
0,89
1,46
0,89
1,24
1,15
1,54
1,20
1,14
0,99
1,38
1,14
TABEL 1.7. Log Heterogenitas dengan Mobilitas, Integrasi dikontrol
Sisa Mobilitas dari Integrasi
20
15
10
5
0
-5
-10
-15
0.8
1
1.2
1.4
1.6
Sisa Log Heterogenitas dari Integrasi
Pada tabel 1.7 disajikan gambar Y’ dengan X3’ yang memperlihatkan bagaimana
mobilitas berkaitan dengan heterogenitas bila integrasi dikontrol. Gambar ini
lebih memberi harapan daripada tabel 1.4 : titik-titiknya tersebar lebih
merata dan kaitannya hampir linier.
Barangkali masih ada kelengkungannya, maka akan di hitung
bagaimana jeleknya. Tabel di bawah diurutkan kembali menurut variabel
bebas yang baru (X3’), sambil dijaga agar pasangan harga Y’ dengan X3’ tidak
berubah.
8
TABEL 1.8 Y’ dengan X3’
X3’
Y’
1,12
7,6
1,18
0
1,08
2,5
1,21
-1,8
0,89
0,5
1,46
-0,8
0,89
15,2
1,24
-6,0
1,15
-0,9
1,54
-12,1
1,20
-3,8
1,14
4,4
0,99
8,9
1,38
-8,8
1,14
0,1
 6,0  7,6
b=
= -35
1,38  0,99
X3’
0,89
0,89
0,99
1,08
1,12
1,14
1,14
1,15
1,18
1,20
1,21
1,24
1,38
1,46
1,54
Pasangan diurutkan menurut X3’
Y’
-35X3’
Y” = Y’ + 35X3’ - 42
0,5
-31,2
-10,3
15,2
-31,2
4,4
8,9
-34,7
1,6
2,5
-37,8
-1,7
7,6
-39,2
4,8
4,4
-39,9
2,3
0,1
-39,9
-2,0
-0,9
-40,3
-2,6
0
-41,3
-0,7
-3,8
-42,0
-3,8
-1,8
-42,4
-1,4
-6,0
-43,4
-4,6
-8,8
-48,3
-2,5
-0,8
-51,1
8,3
-12,1
-53,9
-0,2
a : aA =-6,0 – (-35)(1,38) = 42,3
aT =
0 – (-35)(1,15) = 40,3
aB = 7,6 – (-35)(0,99) = 42,3
Mula-mula diperiksa aturan pertigaan untuk X3’. Bila kita taruh lima titik pada
tiap pertigaan maka aturan pertigaan dipenuhi seluruhnya.
Selanjutnya diperiksa apakah kecocokan linier memadai. Ketiga titik
sari :
X3’ (bebas)
Y’ (tak bebas)
Bawah
0,99
7,6
Tengah 1,15
0,0
Atas
1,38
-6,0
9
Pemeriksaan kelengkungan :
 6,0
bTA =
= -26,1
1,38  1,15
 7,6
bBT =
= -47,5
1,15  0,99
bTA
= 0,60
bBT
Nisbah di atas menunjukan bahwa masih ada kelengkungan tetapi dapat
diabaikan.
Menyelesaikan Kecocokan Tahap Kedua
Pada tabel 1.8 diberikan perhitungan kecocokan linier untuk
mobilitas dan log heterogenitas dengan cara yang biasa, dan diperoleh :
Y’ = -35X3’ + 42
Sisa diterakan pada kolom terakhir tabel, sedangkan nisbah dq adalah :
dq Y "
4,9
=
= 0,60
dq Y '
8,2
Nisbah dq menunjukan bahwa hetrogenitas telah menjelaskan bagian yang
cukup besar dari Y’, atau bagian mobilitas yang tidak dijelaskan oleh
integrasi. Pengetahuan kita tentang mobilitas sangat bertambah dengan
mencocokan heterogenitas di samping integrasi.
Kaitan Yang Dikontrol
Pertama, harus disadari bahwa kaitan, misalnya, antara X3 dan Y
tidak sama dengan kaitan antara X3’ dan Y’, yaitu antara kedua variable yang
sama, tapi dengan pengontrolan variable yang ketiga. Suatu kaitan mungkin
berubah besar bila variable ketiga dibuat konstan. Perhatikan kaitan
heterogenitas-mobilitas dimana integrasi dikontrol (table 1.7) dan kaitan
yang sama tanpa dikontrol (table 1.9).
10
TABEL 1.9. Log Heterogenitas dan Mobilitas (Integrasi tidak dikontrol)
Mobilitas
40
30
20
10
0
1
1.2
1.4
1.6
1.8
Log Heterogenitas
Meskipun kedua kaitan negative tetapi kuatnya kaitan berbeda : hubungan
antara log heterogenitas dan mobilitas bertambah erat sesudah integrasi
dikontrol!
Perbedaan ini seharusnya tercermin dalam cara kita membicarakan
kaitan yang dikontrol. Sebagai contoh, kita tidak menyatakan “heterogenitas
dan mobilitas” melainkan, “heterogenitas dan mobilitas dimana integrasi
dibuat konstan”. Disamping pengungkapan, pada penafsiran pun haruslah
diperhatikan perbedaan analisa dengan dan tanpa control. Misalnya, kita ingin
tahu kenapa pengontrolan integrasi menjadikan hubungan antara mobilitas
dan heterogenitas bertambah erat. Tak ada aturan umum yang dapat
diberikan dalam menafsirkan hubungan yang dikontrol, karena tiap kasus
berbeda sedikit dengan yang lainnya dan haruslah dipandang sepenuhnya
secara terpisah, disini ditekankan agar jangan gegabah mengadakan control.
Seperti dituliskan oleh Stouffer (1962, hal. 267), bila tidak hati-hati
“mungkin sekali dikeluarkan pengaruh bagian sedemikan rupa sehingga
pengertian yang umum dipahami hilang dari suatu index tertentu”.
11