download

Jaringan Neuro-Fuzi Berbasis Algoritma Genetik Dinamis Multiresolusi untuk
Pemodelan Sistem Chaotic Diskrit Henon
Oyas Wahyunggoro1, Gunawan Ariyanto 2
1
2
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Grafika 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia,
E-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini mencoba identifikasi sistem chaotic diskrit Henon (sistem dinamis berorde dua) dengan
jaringan neuro-fuzi yang hasilnya dioptimalkan dengan Algoritma Genetik Dinamis Multiresolusi
(AGDM). Dalam simulasi dibuat persamaan sistem chaostic diskrit orde dua yang kemudian dicari
pasangan data masukan-keluaran. Dari pasangan tersebut kemudian dilakukan identifikasi sistem
menggunakan jaringan neuro-fuzi Mamdani dan ANFIS yang dipotimalkan menggunakan AGDM. Ada
dua macam percobaan, yaitu proses identifikasi dengan satu masukan, dan proses identifikasi dengan
dua masukan. Proses pengujian berupa MSE antara pasangan data masukan sistem asli dan sistem
teridentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan neuro-fuzi dengan satu masukan belum
cukup baik untuk memodelkan sistem dinamis berorde dua. AGDM dapat menemukan nilai parameter
yang baik dan layak walaupun belum tentu merupakan nilai optimal untuk identifikasi atau pemodelan.
KATA KUNCI: ANFIS, Neoru-fuzi Mamdani, AGDM, sistem chaotic diskrit Henon.
I. Pendahuluan
Identifikasi sistem sangat penting dilakukan,
misalnya untuk optimasi sistem kendali secara off
line sehingga proses optimasinya dapat dilakukan
dengan cara simulasi. Ada berbagai metode
identifikasi sistem. Dalam perkembangan dewasa
ini, paradigma identifikasi telah mengarah pada
metode kualitatif dengan meniru kinerja otak
manusia. Sistem fuzi mencoba meniru cara
berpikir manusia (perangkat lunak), sedangkan
jaringan saraf tiruan meniru sistem saraf manusia
(perangkat keras). Penelitian ini mencoba
identifikasi sistem chaotic diskrit Henon (sistem
dinamis berorde dua) dengan jaringan neuro-fuzi
yang hasilnya dioptimalkan dengan Algoritma
Genetik Dinamis Multiresolusi (AGDM).
Struktur jaringan neuro-fuzi Mamdani dengan
dua masukan dan satu keluaran digambarkan di
gambar 1. Dari gambar 1 terlihat bahwa hubungan
pada lapisan 3 merupakan premis aturan fuzi,
sedangkan hubungan pada lapisan 4 merupakan
konsekuensi fuzi. Lapisan 5 dan hubungannya
merepresentasikan proses penggabungan dan
defuzifikasi. Adakalanya pada lapisan 5 arah aliran
informasi dari atas ke bawah (garis putus-putus)
yang merupakan data pelatihan yang dimasukkan
ke dalam jaringan.
Gambar 1. Jaringan
neuro-fuzi
dengan
konsekuensi aturan fuzi merupakan
peubah fuzi
Jaringan neuro-fuzi Mamdani memerlukan basis
aturan dalam proses inferensinya. Ada beberapa
algoritma yang telah dikembangkan untuk
mengekstrak aturan data numerik, di antaranya
adalah algoritma derajat kesesuaian maksimum
(maximum matching factor algorithm).
Jaringan neuro-fuzi dengan konsekuensi aturan
fuzi merupakan persamaan linier disebut sebagai
ANFIS (Adaptive Network-based Fuzzy Inference
System). Gambar 2(b) adalah arsitektur ANFIS
dengan dua masukan (x dan y) dan satu keluaran
(f) dengan dua aturan. Proses inferensi fuzi pada
ANFIS berupa inferensi Takagi-Sugeno seperti
terlihat di gambar 2(a).
pasangan data masukan-keluaran yang dapat
dilihat di gambar 3.
Gambar 2. (a) Proses inferensi fuzi TakagiSugeno (b) Jaringan ANFIS
AGDM menggunakan deret (string) intejerdesimal untuk mengkodekan perbaikan parameterparameter jaringan neuro-fuzi. Setiap alele
memiliki nilai intejer [1;9]. Pada konfigurasi
jaringan neuro-fuzi di gambar 1, jumlah alele
ditentukan dari jumlah total parameter-parameter
fungsi keanggotaan peubah masukan dan keluaran.
Jadi, akan digunakan n1 + n2 + n3 = n4 fungsi
keanggotaan. Setiap fungsi keanggotaan (misal
dipilih gaussian) dihitung jumlah parameternya
dan dikalikan n4 untuk memperoleh jumlah alele.
Karena parameter pada fungsi gaussian ada 2,
yaitu pusat ( m ) dan varian ( σ ), maka setiap string
terdiri atas 2xn4 alele. Sedangkan untuk
konfigurasi di gambar 2 ada perbedaan jumlah
parameter di bagian keluaran (konsekuensi),
sehingga untuk ANFIS orde 0 jumlah parameter
total alele dalam satu krmosom adalah
n1 + n2 + (n1 xn2 ) dan untuk ANFIS orde 1 adalah
n1 + n2 + 3x(n1 xn2 ) .
Gambar 3. Pasangan data
sistem chaotic
masukan-keluaran
Terlihat di gambar bahwa rentang nilai masukan
dan keluaran adalah [-1,5;1,5] dengan sebaran
yang tidak merata menyerupai parabola. Sebagai
masukan bagi jaringan neuro-fuzi dipilih peubah
y(k-1) dan y(k-2) dengan keluaran y(k). Jaringan
neoru-fuzi yang baik harus dapat mengidentifikasi
suatu sistem menggunakan peubah masukan
sesedikit mungkin dan nilai MSE sekecil mungkin.
Untuk
itu
simulasi
dilakukan
dengan
menggunakan satu peubah masukan dan dua
peubah masukan.
Pemodelan dalam diagram blok proses
identifikasi sistem chaotic Henon dengan satu
masukan dan dua masukan bagi jaringan saraf
tiruan ditunjukkan di gambar 4(a) dan 4(b).
II. Metode Penelitian
Penelitian ini menekankan pada jaringan neurofuzi yang hanya dibangun berdasar pada informasi
numerik berupa pasangan data masukan-keluaran.
Jadi dimisalkan tidak ditemukan pengetahuan awal
mengenai sistem plant atau dengan kata lain sistem
plant berupa black box. Sistem chaotic yang
dipakai berupa sistem diskrit Henon yang juga
sering dijadikan standard percobaan dalam
identifikasi sistem chaotic. Penelitian ini dilakukan
menggunakan simulasi MATLAB.
Sistem chaotic diskrit Henon merupakan sistem
nirlinier yang tidak sederhana dikarenakan sistem
ini berorde dua dan memiliki dua buah parameter
yang digambarkan dengan persamaan sebagai
berikut.
y (k + 1) = − P. y 2 (k ) + Q. y (k − 1) + 1 .........................(1)
dengan k = 1,2,.....
Dalam penelitian ini digunakan P = 1,4 dan Q = 0,3 .
Apabila dipilih nilai awal [y (1), y(0)]T = [0,4;0,4]T
maka dapat dibangkitkan 200 data pertama nilai
(a)
(b)
P 1 : plant yang akan diidentifikasi, Z-1 : unit
tunda, NF : jaringan neuro-fuzi.
Gambar 4. Diagram blok proses identifikasi (a)
satu masukan (b) dua masukan
Struktur jaringan neuro-fuzi yang digunakan
berupa jaringan neuro-fuzi Mamdani dan ANFIS.
Jumlah fungsi keanggotaan atau simpul masukan
dan keluaran dapat diubah untuk diamati
bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja jaringan
neoru-fuzi. Gambar 5 merupakan struktur dasar
jaringan neoru-fuzi Mamdani dan ANFIS yang
dipakai untuk proses identifikasi dengan satu
masukan. Sedangkan untuk proses identifikasi
dengan dua masukan ditunjukkan di gambar 6.
Bobot Wij menyatakan aturan dalam jaringan
neuro-fuzi Mamdani yang menjadikan satu simpul
masukan akan tepat terhubung dengan satu (tidak
boleh lebih) simpul keluaran.
Mode pembelajaran yang dipilih adalah mode
pembelajaran off-line atau batch learning yang
terbagi dalam tiga fase pada masing-masing
struktur jaringan. Gaftar alir proses pembelajaran
jaringan Mamdani dalam identifikasi terlihat di
gambar 7. Sedangkan gaftar alir proses
pembelajaran ANFIS dalam identifikasi terlihat di
gambar 8.
Gambar 5. Struktur jaringan neuro-fuzi Mamdani
dan ANFIS untuk identifikasi dengan
satu masukan
Gambar 7. Gaftar alir proses pembelajaran
jaringan Mamdani dalam identifikasi
Gambar 6. Struktur jaringan neoru-fuzi Mamdani
dan ANFIS untuk identifikasi dengan
dua masukan
Setelah proses pembelajaran, untuk mengetahui
kinerja jaringan neoru-fuzi yang sebenarnya maka
dilakukan proses pengujian. Diagram blok proses
pengujian
tidak berbeda dengan
proses
pembelajaran, hanya saja jaringan neoru-fuzi
parameternya tetap. Parameter yang digunakan
dalam pengujian adalah parameter dengan MSE
terbaik yang pernah dicapai. Data untuk proses
pengujian berupa data yang dibangkitkan oleh
persamaan
(1)
dengan
nilai
awal
[y (1); y (0)]T = [0,4;0,4]T sebanyak 400 buah. Jadi, 200
data pertama sama dengan data yang digunakan
pada proses pembelajaran, dan sisanya adalah data
baru. Kinerja proses pengujian ditandai dengan
nilai MSE pengujian yang besarnya dapat sama,
lebih kecil, atau lebih besar dari nilai MSE
pembelajaran.
memetakan secara dinamis nilai data y(k − 1) ke
dalam y(k ) sesuai dengan sifat plant 1. Jadi untuk
kasus ini, identifikasi sistem chaotic henon dengan
jumlah masukan satu berupa y(k − 1) tidak dapat
memodelkan sifat dinamis plant dengan baik.
Tabel 1. Parameter jaringan dan AGDM dalam
identifikasi
(a)
Gambar 8. Gaftar alir proses pembelajaran
ANFIS dalam identifikasi
III. Hasil dan Pembahasan
Proses identifikasi dilakukan menggunakan
jaringan neuro-fuzi Mamdani, ANFIS orde 0, dan
ANFIS orde 1 dengan satu masukan dan dua
masukan. Parameter jaringan dan AGDM yang
digunakan ada di tabel 1, dan hasil simulasi terlihat
di gambar 9 dan 10, dan tabel 2.
Dari data hasil simulasi di gambar 9 dan 10
terlihat bahwa jaringan neoru-fuzi dengan satu
masukan belum cukup baik untuk memodelkan
sistem dinamis berorde dua yang ditandai dengan
nilai MSE yang masih tinggi. Gambar 10 juga
menjelaskan bahwa jaringan neoru-fuzi dengan
satu masukan memetakan secara statis atau tunggal
data y(k − 1) ke dalam y(k ) , sedangkan jaringan
neorufuzi dengan dua masukan mengambil
informasi dari data y(k − 2) untuk dapat
(b)
Gambar 9 Grafik nilai MSE proses identifikasi
pada jaringan neoru-fuzi (berurutan :
Mamdani, ANFIS orde 0, dan ANFIS
orde 1) dengan (a) satu masukan (b)
dua masukan
Pada grafik MSE ketiga jaringan terlihat bahwa
nilai MSE awal (generasi 0) sebagai hasil dua fase
pembelajaran pertama ternyata berbeda-beda. Nilai
MSE awal terbaik dimiliki oleh jaringan ANFIS
orde 1, disusul oleh jaringan ANFIS orde 0, dan
kemudian jaringan neoru-fuzi Mamdani. Hal ini
menunjukkan bahwa jaringan ANFIS dengan
algoritma LSE dapat dilatih secara baik dengan
hanya menggunakan informasi yang berupa
informasi kuantitatif (data numerik), sedangkan
bagi jaringan neuro-fuzi Mamdani tidak demikian.
Sesuai dengan karakteristik jaringan neoru-fuzi
Mamdani yang memiliki parameter konsekuensi
berupa peubah fuzi, maka informasi kualitatif dari
manusia diperlukan untuk proses inisialisasi agar
proses optimasi selanjutnya dapar berjalan lebih
cepat menuju konvergensi dan mendapatkan nilai
MSE yang lebih baik.
jumlah populasi yang besar juga menambah
beban dan waktu komputasi.
Daftar Pustaka
[1]
[2].
[3].
[4].
[5]
[6]
Gambar 10. Nilai data aktual dan nilai data
identifikasi jaringan neoru-fuzi (a)
dengan satu masukan (b) dengan dua
masukan
Kinerja jaringan neoru-fuzi Mamdani dan
ANFIS untuk identifikasi dengan satu masukan
dan dua masukan pada proses pembelajaran serta
pengujian terlihat di tabel 2.
Tabel 2. Nilai MSE proses pembelajaran dan
pengujian dalam identifikasi dengan
variasi jumlah masukan
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa AGDM
telah dapat menemukan nilai parameter yang baik
dan layak, meskipun belum tentu merupakan nilai
optimal, untuk identifikasi atau pemodelan.
IV. Kesimpulan
1. Jaringan neoru-fuzi berbasis AGDM dapat
digunakan untuk pemodelan sistem dinamis
nirlinier dengan kinerja yang baik.
2. Kinerja jaringan neoru-fuzi berbasis AGDM
ditentukan oleh parameter jaringan dan
parameter AGDM.
3. AGDM memiliki kecenderungan untuk
mencapai konvergensi lebih cepat dan
memiliki MSE yang lebih bagus dengan
bertambahnya ukuran populasi. Akan tetapi
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
Anonim. User's Guide Fuzzy Logic Toolbox
Version 2. The Mathwork Inc.
Farag W.&Quintana, H. "A Genetic-Based Neurofuzzy Approach for Modelling and Control of
Dynamical Systems". IEEE Trans. Neural
Network, vol. 9. pp. 756-766. September, 1988.
Fausett, L. Fundamentals of Neural Network,
Architectures, Algoeithms, and Applications.
Florida Institute of Technology. Prentice-Hall.
New Jersey, 1994.
Goldberg, D.E. Genetic Algoeithm in Search,
Optimization and Machine Learning. AddisonWesley. New York. 1989.
Goldberg, D.E. "Genetic Algorithm at The
University of Illinois Fall 2000". Department of
General Engineering. Univesity of Illinois. Illinois.
2000.
Hanselman,
D.
Mastering
MATLAB
A
Comprehensive Tutorial and Reference. PrenticeHall. New Jersey. 1996.
Haykin, S. Neural Networks, A Comprehensive
Foundations. Macmillan College Publishing
Company. New York. 1994.
Klir, G.&Yuan, B. Fuzzy Sets and Fuzzy Logic.
Prentice-Hall. New Jersey. 1995.
Man, K.F.&Tang, K.S.&Wong, S.&Halang, W.A.
Genetic Algorithms for Control and Signal
Processing. Springer-Verlag. London. 1997.
Muharan, R. "Identifikasi Sistem dengan Jaringan
Neuro-Fuzzy Berbasis Algoritma Genetik". Skripsi
S-1 Teknik Elektro UGM. Yogyakarta. 2000.
Nie, J.&Linkens. D. Fuzzy-Neural Control :
Principles, Algorithms, Applications. PrenticeHall. London. 1995.
Purwiyanti, S. "Algoritma Genetik untuk
Mengoptimalkan Proses Belajar Jaringan Saraf
Tiruan". Tesis S-2 Teknik Elektro UGM.
Yogyakarta. 2000.
Russo, M. "FuGeNeSys - A Fuzzy Genetic Neural
System for Fuzzy Modelling". IEEE Trans. Fuzzy
System. Vol 6. pp. 373-387. Agustus. 1998.
Wang, L.X. Adaptive Fuzzy System and Control.
Prentice-Hall. New Jersey. 1994.
Wang, L.X. A Course in Fuzzy System and
Control. Prentice-Hall. New Jersey. 1997.
Wahab, W. "Algoritma Genetik: Suatu Trobosan
untuk Masalah Optimisasi Sistem". Jurnal
Teknologi No. I, Tahun XIV. pp. 25-40. Maret,
2000.
Widrow, B.&Stearn, S. Adaptive Signal
Processing. Prentice-Hall. New Jersey. 1985.
Yan, J.&Ryan, M.&Power, J. Using Fuzzy Logic.
Prentice-Hall. New York. 1994.
Yaniariyanto, N. "Simulasi Jaringan Saraf Tiruan
Perbandingan Algoritma Genetik dan BPE untuk
Kendali Proses pengisian Air". Skripsi S-1 Teknik
Elektro UGM. Yogyakarta. 2001.