download

Matakuliah : O0174/Komunikasi Antar
Budaya
Tahun
: 2007
GEGAR BUDAYA DAN
PENYESUAIAN DIRI DALAM
LINGKUNGAN BUDAYA BARU
Buku: Prof. Deddy Mulyana
Pertemuan 23-24
Gegar Budaya dan Penyesuaian
diri dalam Lingkungan Budaya
Baru
•
•
•
•
•
Bina Nusantara
Asumsi
Gejala-gejala Gegar Budaya
Teori Utama
Penerapan Teori
Studi Kasus:
“Perangkap” Budaya pada orang-orang
Belanda di Indonesia
Asumsi:
• Gegar budaya atau culture shock adalah
suatu penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan yang selalu berpindah-pindah
• Gegar budaya (culture shock) disebabkan
oleh kehilangan tanda-tanda dan
lambang-lambang dalam pergaulan sosial
Bina Nusantara
Sambungan …
• Tanda-tanda didapatkan melalui kata-kata,
isyarat, ekspresi wajah, kebiasaan, dan
norma-norma
• Untuk ketentraman hidup, semua orang
bergantung pada petunjuk tersebut
• Namun, petunjuk itu tidak kita bawa
dengan sadar
Bina Nusantara
Gejala-gejala gegar budaya
•
1.
2.
3.
4.
5.
Bina Nusantara
Gejala gegar budaya antara lain:
Selalu buang air kecil
Minum, makan dan tidur berlebihan
Takut kontak fisik dengan orang lain
Tatapan mata kosong
Perasaan tidak berdaya dan keinginan
untuk bergantung dengan orang
sebangsanya
6. Reaksi yang berlebihan terhadap
penyakit sepele;
7. Puncaknya adalah keinginan pulang
Teori Utama
• Setiap orang mempunyai sistem
pengetahuan dari budayanya berupa
realitas yang tidak dipersoalkan lagi
(Schutz, 1970)
• Sistem makna kultural antara lain adalah
aturan budaya (cultural rules) dan tema
nilai (value themes)
Bina Nusantara
Sambungan …
• Aturan budaya memiliki tiga ciri:
1. Aturan adalah proposisi-proposisi yangn
membimbing tindakan (Harre dan Scord,
1972)
2. Aturan menyediakan seperangkat
harapan. Ia memberi tahu apa yang kita
harapkan dari orang lain
3. Ia memberi kita makna. Tanpa
pengetahuan tentang aturan, kita tidak
dapat memahami maksud dan makna
Bina Nusantara
Sambungan …
• Aturan dan nilai bukan tidak berubah
• Aturan dibuat, dilanggar, dinegosiasikan, diabaikan
dan diubah
• Aturan dan nilai mempengaruhi budaya. Budaya
yang berbeda menerapkan aturan yang berbeda
untuk mencapai hal yang sama.
• Ketika seseorang melintasi perbatasn budaya,
mereka membawa serta struktur makna
budayanya yang tidak pernah dipersoalkan (taken
for granted)
• Mereka terus berperilaku dan menafsirkan
tindakannya sesuai struktur makna budayanya
Bina Nusantara
Penerapan Teori
• Studi kasus
• Mahasiswa memberi argumen tentang
perbedaan budaya, ekspresi budaya, dan
apresiasi budaya asing, dengan mengacu
pada budaya kolektif dan budaya
individualistik
Bina Nusantara
Studi Kasus: Perangkap Budaya
orang-orang Belanda di Indonesia
•
1.
2.
3.
4.
Bina Nusantara
Perbandingan antara penyelenggaraan
organisasi kerja Indonesai dan Belanda
Individualisme versus Kolektivisme
Jarak kekuasaan
Penghindaran ketidakpastian
Maskulin versus Feminim
1. Individualisme versus
Kolektivisme
• Hubungan antara majikan dan pegawai bersifat
moral ketimbang bersifat kualitatif
• Para pegawai mempunyai kewajiban besar
terhadap kaum kerabat mereka
• Dalam kontrak-kontrak bisnis, hubungan lebih
utama daripada tugas
• Ada kebutuhan yang kuat akan harmoni dan
pemeliharaan hubungan
• Pendapat-pendapat ditetapkan secara kolektif
Bina Nusantara
2. Jarak kekuasaan
• Paternalisme di Indonesia versus “konsultasiisme” di Belanda
• Perbedaan-perbedaan status sebagai sesuatu
yang positif di Indonesia, tetapi sesuatu yang
sangat negatif di Belanda
• Hormat pada orang tua Indonesia
Bina Nusantara
3. Penghindaran
ketidakpastian
• Makna waktu
Ketepatan waktu sangat penting di Belanda,
di Indonesia derajat ketepatan waktu
bergantung pada hubungan sosial
• Jenis-jenis perilaku ritual dalam
organisasi
Perilaku ritual organisasi di Belanda meliputi
ritual sosial seperti melangsungkan ritual
minum kopi; sementara di Indonesia ritual
dianggap hukum agama
Bina Nusantara
• Kebutuhan akan ketelitian teknis
Indonesia kekurangan tradisi pendidikan
teknis seperti yang dikembangkan
Belanda
• Kecenderungan untuk terlebih dahulu
berencana
Perencanaan lebih dahulu tidak lazim di
Indonesia, sementara di Belanda
perencanaan dilakukan jauh sebelumnya
Bina Nusantara
4. Maskulin versus Feminim
• Orang-orang Belanda sangat feminim
dalam dimensi “maskulinitas versus
feminimitas”, sedangkan orang Indonesia
sangat feminim. Orang Amerika cukup
maskulin dan orang Jepang sangat
maskulin
• Maskulin berarti ketegasan, keberhasilan
material, ambisi dan daya saing
• Feminim berarti kepedulian terhadap
kualitas hidup dan perhatian kepada kaum
lemah
Bina Nusantara
Hambatan bagi penggunaan
metode manajemen Belanda (dan
asing lainnya) di Indonesia
• Seleksi pegawai harus
mempertimbangkan faktor-faktor etnik dan
keluarga
• Imbalan berdasarkan prestasi kerja jarang
terjadi
• Penilaian langsung atas prestasi kerja
adalah sulit
Bina Nusantara
Sambungan …
• Metode pengembangan manajemen harus
menghindari konfrontasi
• Perantara mempunyai peran penting
• Gotong royong dapat dilaksanakan
• Model manajemen partisipatif tidak
terdapat di Indonesia
Bina Nusantara
Sambungan …
• Orang-orang menginginkan perbedaan
status
• Kesopanan yang formal dan
pengendalian emosi sangat penting
• Ketepatan waktu dan ketelitian teknis
membutuhkan proses belajar panjang
• Secara teoritis simpati terhadap kaum
lemah jangan diharapkan
Bina Nusantara