download

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah
Propinsi Jawa Barat
 Tahapan Pelaksanaan Audit Produksi Bersih
Skematik Pelaksanaan Audit
1. Pelaksanaan Audit Produksi Bersih
keterangan
Persiapan internal
Konsolidasi Tim
Identifikasi kondisi
eksisting yang berkaitan
dengan Produksi Bersih
Kondisi Saat ini
Persiapan
Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan
Audit
Reaudit
Evaluasi temuan audit
dengan standard an
kriteria
 Jadwal Implementasi
 Training
 Dokumentasi
 Dukungan keuangan
 Pilihan Teknoligi
 Menajerial
 Akses Informasi
 Good Housekeeping
 Teknologi yang sesuai
 Dukungan Managerial
 Kinerja lingkungan
 Penghematan energi dan
biaya
Analisis
Rekomendasi
Implementasi
 Parameter dan Kriteria Audit
en Produksi
Bersih
mber Daya
sia
gunaan bahan
ong
Parameter
Kriteria Audit
-
Training karyawan
Adanya training tentang
maintenance, penanganan
material/chemical lingkungan /
AMDAL penanganan B3
-
Latar belakang SDM
Berkaitan dengan bidang yang
ditekuni (Pendataan)
-
Jumlah bahan
penolong yang
digunakan
-Dosis optimal sesuai SOP
-Batas kadaluarsa
-
Karakteristik bahan
penolong & dyestuff
- Tak menggunakan dye jenis
azoic
- Tak menggunakn clorine pada
proses bleaching
- Nilai toksisitas (LD50) rendah
50 mg/kg
- Kandungan logam
berat :
Cc 500 mg/kg dye stuff
Cr total 100
Cu
250
Ni
200
Sn
250
Zn
1500
-
Penggunaan kostik
soda
- Sistem Recovery kostik
soda
-
Penyimpanan bahan
penolong
- Pengelolaan internal
-
Sistem first in – first out
inventory
- Good House Keeping
pergudangan
- Penggunaan bahan kimia
- Sesuai instruksi kerja/MSDS
Parameter
Elemen Produksi Bersih
C.
Penggunaan Air
- Pemanfaatan air panas
-
Adanya recovery/panas
dengan HE
- Pencatatan konsumsi air
-
Flow indicator / flow meter
-
Adanya aliran daur ulang/
jaringan perpipaan
- Distribusi penggunaan air
D.
Penggunaan
Steam
-
Pemanfaatan kondensat
- Steam loses
E.
F.
Peralatan
Limbah Padat
Kriteria Audit
- Adanya daur ulang kondesat
- Pemasangan steam trap
- Kondisi insulasi pipa steam
dan kondesat
-
Jadwal maintenanee
- SOP/ instruksi kerja
-
Frekwensi shutdown
peralatan
- SOP/ instruksi kerja
-
Pengoprasian alat
- SOP/ instruksi kerja
- Tidak adanya bocor/ spillage
- Penanganan sisa
kemasan
- Pemanfaatan kembali
- Kebersihan lokasi
- Sistem Penanganan
Kebersihan
- SOP/ instruksi kerja
- Penanganan limbah padat
- Adanya pemisahan limbah B3,
limbah non B3, limbah yang
dapat dimanfaatkan
- PP No. 18 th. 1999 / PP No. 85
th. 1999 ttg pengelolaan
limbah B3
- Prosedur/ SOP (intruksi kerja)
limbah padat
-
Penyebab timbunan
limbah
- Kesalahan manusia
- Peralatan malfunction
- Pengelolaan internal
(house keeping)
- Prosedur penanganan yang
tak sesuai
Elemen Produksi
Bersih
G.
H.
I.
Limbah Gas
Limbah Cair
Penggunan
Bahan Bakar
Parameter
Kriteria Audit
- Konsentrasi emisi gas
- SK Men LH No. 13/ 95
- Konsentrasi bahan kimia
di ruang kerja
- SK Manaker No. SE-01/men/
1997
- Debit
- Kualitas limbah
- Alat ukur debit
- Kebutuhan chemical
untuk IPAL
- Sistem pengaliran limbah
- Efektifitas IPAL
- SK Gub. Jabar No.6 th 1999
- Konsumsi solar di genset
- Konsumsi solar di boiler
- Efisiensi pembahasan
- SK Gub. Jabar No.6 th 1999
- SK Gub. Jabar No.6 th 1999
SOP / Intruksi kerja
- Adanya segregas limbah
- SOP / rancangan alat
 Ruang Lingkup Audit untuk Produksi
Bersih
Dalam pelaksanaan Audit untuk mendukung pelaksanana
Perogram Produksi Bersih di industri tekstil perlu dilakukan
pembatasan terhadap aspek yang akan diaudit (scoping).
Secara garis besar proses audit dilakukan terhadap aspek
manajemen yang berkaitan langsung dengan operasional
pabrik dan aspek teknis proses produksi pabrik tekstil.
1. Audit Terhadap Manajemen Produksi Bersih
Elemen yang akan diaudit dari aspek manajemen
adalah :
o Policy perusahaan tentang Produksi Bersih
o Penentuan Objective dan Target
o Sumber Daya Manusia
2. Audit Terhadap Produksi Bersih
Elemen Audit Aspek Proses Produksi
No.
Elemen Audit
Persiapan
Dysing
Dysing
Printing
Finishing
1.
Bahan Baku dan Pembantu
X
X
X
X
2.
Proses Produksi
X
X
X
X
3.
Peralatan
X
X
X
X
4.
Penggunaan Air
X
X
X
X
5.
Pemanfaatan Steam
X
X
X
X
6.
Limbah Padat
X
X
X
X
7.
Emisi Gas
X
X
X
X
8.
Limbah Cair
X
X
X
X
9.
Bahan Bakar
X
X
X
X
 Persiapan Pelaksanaan Audit
1. Tim Audit
Sebelum melaksanakan audit internal, terlebihdulu harus
disusun tim Audit Internal. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun tim audit :
 Kegiatan audit dibawah tanggung jawab langsung Divisi
Lingkungan suatu Perusahaan.
 Anggota tim Audit bisa berkisar 4 – 6 Auditor tergantung
ruang lingkup audit.
 Tim Audit diketuai satu orang sebagai pemimpin Audit
(Lead Auditor) dengan beberapa anggota tim yang
masing-masing punya keahlian yang diperlukan.
 Tenaga ahli dari luar bisa dipertimbangkan jika
diperlukan untuk keahlian tertentu
 Setiap Auditor menangani aspek-aspek tertentu yang
relevan dengan ruang lingkup Produksi Bersih.
 Aspek atau elemen Produksi Bersih harus diaudit oleh
Auditor pengalaman dengan kualifikasi memadai.
Tim Auditor Produksi Bersih
No.
Jabatan
1.
Tim Leader
2.
Anggota 1
3.
Anggota 2
4.
Anggota 3
5.
Anggota 4
Nama
Keahlian
Tanggung
jawab
6.
Tim ahhli dari luar 
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Nama
Diperlukan 
Keahlian
Tidak diperlukan 
Tanggung jawab
2. Tahapan Pelaksanaan Audit
Tahapan Pelaksanaan Audit secara garis
besar terdiri dari :
o Penentuan ruang lingkup Audit
o Kunjungan ke pabrik / lokasi
o Analisis data
o Penyusunan rekumendasi
o Pembuatan laporan
o Persentasi hasil Audit
Waktu pelaksanaan Audit secara berurutan
diperkirakan sekitar 2 (dua) minggu. Pelaksanaan
Audit harus dibuat dalam penjadwalan yang
ditetapkan terlebih dahulu.
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan jadwal pelaksanaan audit, diantara lain :
 Berkoordinasi dengan pihak-pihak atau unit kerja yang
akan diaudit
 Penjadwalan seharusnya tidak terlalu ketat, tetapi
harus menyediakan alokasi waktu cadangan untuk
kerja ekstra atau mengadakan diskusi yang diperlukan
 Setiap akhir hari kerja sebaiknya disediakan waktu
maksimal 1 jam untuk melakukan evaluasi hasil audit
 Setelah kunjungan lapangan perlu disediakan waktu
beberapa jam ke kantor untuk memeriksa dan
mengumpulkan data pendukung
 Jadwal harus disesuaikan oleh pihak manajemen
pabrik
3. Penyiapan Proses Audit
Beberapa kegiatan pendahuluan yang perlu dikerjakan
dalam persiapan audit antara lain :
 Penyusunan lembar kerja Audit sebagai intrumen
untuk pengumpulan bukti-bukti audit harus dilakukan
secara cermat, sistematis dan menyeluruh.
 Mengadakan meeting dengan pihak manajemen untuk
membahas palaksanaan audit, penentuan ruang
lingkup audit, dan konfirmasi jadwal pelaksanaan audit.
 Lembar Kerja Audit bisa didistribusikan sebelumnya ke
unit kerja terkait untuk memperlancar proses audit.
 Melengkapi sarana pendukung seperti ruang kerja,
peralatan komputer dan printer, ATK, dan tenaga
pendukung.
 Setiap hari auditor harus sudah memahami dan
mengerti ruang lingkup pekerjaan dan instrument
lembar kerja audit yang menjadi tanggung jawabnya.
 Tim Auditor sebaiknya mengadakan kunjungan awal
agar lebih memahami kondisi lapangan yang akan
diaudit.
 Pelaksanaan Audit
1. Penggunaan Lembar Kerja
Lembar kerja sebagai instrument Audit yang sudah
dipersiapkan (lampiran) akan digunakan untuk membimbing
Auditor dalam pengumpulan bukti audit yang efektif dan
mempermudah menghasilkan kesimpulan.
 Daftar Lembar Kerja Instrumen Audit :
Lembar Kerja No. 1
Kajian Awal (Initial Review)
Lembar Kerja No. 2
Audit Management dan Sumber
Daya Manusia
Lembar Kerja No. 3
Bahan Baku dan Pembantu
Lembar Kerja No. 4
Proses Produksi
Lembar Kerja No. 5
Peralatan
Lembar Kerja No. 6
Penggunaan Air Bersih
Lembar Kerja No. 7
Pemanfaatan Steam
Lembar Kerja No. 8
Limbah Padat
Lembar Kerja No. 9
Emisi Gas
Lembar Kerja No. 10
Limbah Cair
Lembar Kerja No. 11
Bahan Bakar dan Listrik
2. Teknik Audit
Tujuan utama Auditor adalah menemukan bukti Audit
untuk dievaluasi terhadap kriteria Audit yang telah
ditetapkan.
 Metode Identifikasi Kondisi Eksisting
No.
Aktivitas Audit
Metode Identifikasi
1.
Kunjungan Lapangan
- Pencatatan
- Photo
- Video
2.
Pengamatan peralatan
fasilitas pendukung
3.
Wawancara dengan staff baik - Kuesioner
tingkat manager maupun
pekerja
4.
Evaluasi
dokumen
relevan
dan -
yang
-
Pencatatan
Photo
Video
Data spesifikasi alat
Instruksi kerja (IK)
Gambar
Kompilasi data
 Hal yang perlu diperhatikan oleh Auditor
pada saat melakukan audit :
1. Selalu berfikiran terbuka, terus bertanya jika ada
keraguan tentang kelengkapan informasi.
2. Jangan membuat yang diwawancara (Auditee) dalam
situasi bermasalah.
3. Auditor bertugas mengajukan pertanyaan, bukan
memberikan komentar.
4. Dihindari memberikan berbagai pertanyaan sekaligus.
5. Pertanyaan harus bersifat terbuka, dihindari sedapat
mungkin pertanyaan dengan jawaban “ya / tidak “
6. Mengklarifikasi kembali dengan personil yang
diwawancarai.
7. Auditor bertugas mengaudit system dan prosedur tidak
mengaudit kinerja personil.
8. Informasi yang diperoleh melalui wawancara sebaiknya
di verifikasi dengan pengamatan langsung, atau
pengukuran dokumentasi yang valid.
3.Evaluasi
Evaluasi audit dilakukan terhadap buktibukti audit yang berhasil dikumpulkan dan
diolah. Evaluasi dilakukan dengan cara
membandingkan bukti-bukti audit dengan
kriteria audit yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tahapan evaluasi diharapkan dapat
menghasilkan penyimpangan yang terjadi
dan bisa diberikan beberapa rekomendasi
untuk memperbaiki kondisi eksisting yaitu
kinerja proses produksi industri tekstil.
Form Hasil Evaluasi Audit disediakan di
setiap lembar kerja aspek yang diaudit.
 Tahapan Evaluasi Audit :
o Identifikasi Kondisi Eksisting
Uraian kondisi eksisting dijabarkan dari hasil
pengamatan lapangan, pengolahan data lembar kerja
dan review data sekunder yang berhasil dikumpulkan.
o Evaluasi Permasalahan
Temuan audit yang telah dibandingkan dengan Kriteria
audit atau standar proses produksi tekstil yang efisien
serta standar pengolahan lingkungan, yang berlaku
akan dijabarkan dalam evaluasi permasalahan.
Evaluasi bisa dilengkapi dengan dampak terhadap
lingkungan, potensi berbahaya dari limbah dan potensi
pemborosan yang terjadi.
o Rekomendasi
Auditor harus memberikan beberapa rekomendasi
untuk memperbaiki kondisi eksisting yang telah
dievaluasi sehingga dapat ditingkatkan kinerja
produksi bersih dari suatu proses industri tekstil.
Rekomendari bisa berupa hal-hal yang bersifat teknis,
manajerial, dan prosedural.
 Setiap rekomendasi harus dilengkapi kategori
pembiayaan seperti :
a.
Tidak dibutuhkan dana / Investasi ( No Cost )
b.
Investasi rendah ( Low Cost )
c.
Investasi sedang ( Medium Cost )
d.
Investasi tinggi ( High Cost )
Rekomendasi yang diusulkan harus memperhitungkan
aspek penghematan biaya ( Cost Saving ) yang terjadi
jika rekomendasi itu diimplementasikan kemungkinan
penghematan biaya yang bisa diperoleh antara lain :
 Pengurangan pemakaian bahan baku dan bahan
pembantu serta utilitas
 Pengurangan pemakaian sumber daya alam
 Pengurangan biaya pengolahan limbah
 Pengurangan biaya perbaikan
 Pengurangan downtime produksi
 Peningkatan kualitas produksi dan citra perusahaan
 Kriteria untuk menentukan prioritas
program atau rekomendasi yang
disusulkan antara lain :
o Ketidaksesuaian yang signifikan terhadap
standar produksi bersih industri bersih
o Potensi penghematan biaya
o Perbaikan kinerja pengelolaan lingkungan
yang signifikan dan aspek keselamatan
kerja
4. Laporan Audit
Laporan Audit disusun agar dapat
didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan acuan dalam pelaksanaan
rekomendasi berupa implementasi Produksi
Bersih dan pelaksanaan Audit mendatang
(reaudit).
 Laporan Audit sebaiknya memuat
beberapa hal antara lain :
 Pendahuluan, yang berisi waktu, lama
dan tujuan audit, ruang lingkup audit, dan
anggota tim auditor
 Executive Sumary, berisi hal-hal prinsip
dan ringkas tentang hasil temuan audit
dan rekomendasi yang diberikan
 Hasil pelaksanaan audit berisi uraian rinci
setiap tahap pelaksanaan audit
 Lampiran, yang berisi data pendukung
instrument audit, Kriteria audit dan
informasi-informasi lain yang terkait
Tahapan Evaluasi Audit
No.
1.
Uraian
Tahapan Evaluasi Audit
Keterangan
Identifikasi Kondisi Eksisting
Evaluasi Permasalahan
Rekomendasi
Kategori pembiayaan
Tidak dibutuhkan dana (No Cost)
Investasi rendah (Low Cost)
Investasi sedang (Medium Cost)
Investasi tinggi (high Cost)
2.
Pelaporan Audit
Pendahuluan
Executive Sumary
Hasil pelaksanaan Audit
Lampiran
 Pelaksanaan Rekomendasi
Dalam rangka pelaksanaan rekomendasi untuk
menerapkan program produksi bersih secara
terpadu perlu dilakukan :
a.
Pembentukan Satuan Tugas
b.
Penyusunan Rencana Kerja
c.
Reaudit
1. Pembentukan Satuan Tugas
Satuan tugas (satgas) Produksi Bersih di internal
perusahaan perlu dibentuk untuk mendikusikan,
merancang mengimplementasikan dan mengawasi
pelaksanaan program produksi bersih dalam kurun waktu
tertentu. Untuk itu perlu dilakukan rapat kerja (meeting)
secara tetatur misalnya tiap bulan baik dengan anggota
satgas maupun dengan pihak-pihak yang terkait dalam
program Produksi Bersih.
Setiap meeting harus selalu disusun minute of meeting
sebagai pedoman pelaksanaan dan evaluasi program
produksi bersih yang sedang dijalankan.
Anggota satuan tugas berasal dari unit-unit kerja yang
menjadi sasaran program Produksi Bersih dan internal
auditor yang berpartisipasi dalam audit Produksi Bersih.
Setiap anggota satuan tugas harus mempunyai tanggung
jawab dan diskripsi kerja yang disepakati bersama.
2. Penyusunan rencana Kerja
Dalam penyusunan rencana pelaksanaan program
Produksi Bersih, satuan tugas Produksi Bersih
mempunyai tugas antara lain :
a. Menetapkan program kerja implementasi
Produksi Bersih
b. Bekerjasama dan koordinasi denganmanajemen
pabrik untuk menetapkan prioritas-prioritas
Program Produksi Bersih
c. Mencari informasi-informasi untuk mendukung
pelaksanaan program
d. Membuat anlisis biaya awal untuk programprogarm produksi bersih tertentu
e. Membuat jadwal rencana kerja rinci tentang
implementasi program
 Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan program kerja :
1. Rekomendasi yang berkategori Low Cost
seperti tentang pembenahan organisasi,
prosedur operasi baku, dan pendokumentasian
data perlu diprioritaskan karena biasanya tidak
banyak membutuhkan investasi tambahan
2. Rekomendasi yang berkategori Medium Cost ,
berkenaan dengan pengaturan dalam formulasi
produksi, pengaturan kondisi operasi, pemilihan
bahan baku dan pembantu juga perlu
diprioritaskan
3. Rekomendasi yang berkategori High Cost
seperti penambahan peralatan heat recovery,
perbaikan IPAL, dan pemasangan alat baru
untuk meningkatkan efisien produksi bisa
dimasukan dengan melihat kondisi keuangan
perusahaan
 Dalam setiap merancang program produksi
bersih harus didenfinisikan dengan tegas tentang :
o Pihak-pihak yang bertanggung jawab
o Pihak yang terlibat langsung dalam program
implementasi pendanaan
o Periode implementasi
o Sumber daya yang diperlukan seperti tenaga
kerja, dan material
o Pihak yang akan mengawasi
No.
Tahapan Pekerjaan
Uraian
1.
Pembentukan satuan Tugas
1. Menetapkan program kerja
implementasi produksi bersih
2.
Penyusunan Rencana Kerja
2. Bekerjasama dan
berkoordinasi dalam
menetapkan program
3. mencari informasi tambahan
pendukung
4. Membuat analisis biaya awal
untuk program produksi
bersih
5. Membuat jadwal rencana kerja
rinci
 Analisis Ekonomi
Untuk mengetahui kelayakan program
Produksi Bersih perlu dilakukan analisis
kelayakan ekonomi idikator kelayakan
ekonomi yang dapat digunakan, antara lain :
 ROR (Rate of Return)
 Pay Back Time
1. Rate of Return
ROR atau Rate Of Return On Investment banyak
digunakan untuk mengetahui ratio tingkat pendapatan
per tahun ( net profit) terhadap nilai nilai investasi yang
dilakukan dan dinyatakan dalam persentase. Suatu
program dikatakan layak secara ekonomi jika nilai ROR
lebih besar dari nilai suku bunga pinjaman bank pada
umumnya.
Pendapatan per tahun berasal dari nilai penghematan
yang terjadi dikurangi dengan biaya operasi dan biaya
perawatan.
Penghematan Biaya Operasi = Biaya Pemeliharaan
ROR =
X 100 %
Total Investasi
Contoh :
Suatu Perusahaan tekstil berusaha untuk
menurunkan jumlah energi yang hilang dengan
jalan pemanfaatan energi panas untuk pemanasan
beberapa unit proses yang selama ini dilakukan
oleh electric heater. Pemanfaatan energi panas
dilakukan dengan pemasangan alat penukar panas
atau heat exchenger.
Nilai investasi berasal dari pemasangan panas,
pipa dan heat exchenger sebesar : Rp.
25.500.000,- Sedangkan biaya operasi akan
meningkat sebesar Rp. 150.000,- per-tahun.
Pemeliharaan alat per-tahun diperkirakan sebesar
15 % dari total investasi.
Program ini akan menghemat pemakaian listrik
sebesar Rp. 9.200.000,- per-tahun.
Nilai ROR =
Rp. 9.200.000 – 150.000 – (0,15% X 25.500.000)
X 100 %
25.500.000
=
20,5 %
2. Pay Back Time
Pay Back Time atau Case Recovery Period adalah
indicator yang menunjukan lamanya pengembalian
modal atau investasi yang terdepresiasi.
Total Investasi
Pay Back Time =
Pendapatan rata-rata Tahunan
Contoh :
°Perusahaan pembuatan bahan baku serat sintetis akan merecovery
energi panas buangan steam dari unit EG recovery untuk pemanasan
awal fluida dowtherm sebagai media pemanas tambahan (preheating) di
oil heater. Pemanasan lanjutan fluida dowtherm dilakukan dengan
pembakaran IDO di oil heater. Pemanasan awal bisa menaikan suhu
dowtherm dari 40 ° C menjadi 100 ° melalui penukaran panas di heat
exchanger.
Evaluasi :
a. Kalor yang disuplai oleh steam adalah selisih entalpi dowtherm pada
suhu 100 ° C dengan 40 ° C sebesar 58.150 Kg/Jam
b. Penghematan IDO
58.150 Kg/jam
IDO =
HHV
IDO
X ρ
IDO
X 24 jam/hari X 360 hari/thn
= 15.000 lt / tahun
Dengan harga IDO diambil Rp.1440 / ſt
Maka penghematan yang terjadi sebesar Rp. 21.600.000,- per
tahun
c.
Investasi Heat Exchanger
Spesifikasi HE
- Luas Permukaan
: 12.57 ſt ²
- Jenis
; Shell & tube steal sell & stainless tubes
- Harga
: Rp. 52.300.000,-
d. Biaya OM per tahun 10 % dari investasi
Pay Back Time =
52.300.000,21.600.000 – 0,1 (52.300.000)
= 3,2 tahun