download

Matakuliah
Tahun
: Konstruksi Bangunan II
: 2008/2009
Pemahaman Teori Dasar
Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah
Pertemuan 10
Mitos dan Fakta tentang Beton Ringan Aerasi
Banyak orang enggan menggunakan material beton ringan aerasi, salah
satunya karena adanya mitos seputar material ini.
1. MITOS: Beton ringan aerasi mudah dibongkar.
FAKTA: Jika pemasangannya benar, dinding dari beton ringan aerasi
sulit dibongkar. Pencuri masuk ke dalam rumah bukan dengan cara
membongkar dinding melainkan membobol kunci pintu atau jendela.
2. MITOS: Tidak cocok untuk dinding luar.
FAKTA: Jika akan digunakan di bagian luar, permukaan dinding harus
diplester dan diaci. Plesteran dan acian berfungsi sebagai pelindung.
Bina Nusantara University
3
3. MITOS: Jangan menggunakan untuk dinding kamar mandi
FAKTA : Untuk pemakaian di tempat basah dan lembab, hendaknya di atas
balok sloof dibuat lapisan trasram (lapisan kedap air) dari campuran semen
dan pasir dengan perbandingan 1:3. Ketinggian trasram setidaknya sekitar 1
m.
4. MITOS: Tidak tahan terhadap air.
FAKTA : Salah satu penyebab adanya mitos ini karena beton ringan aerasi
berpori sehingga terlihat bisa menyimpan air. Padahal, faktanya tidak
demikian. Meskipun berpori banyak, beton ringan aerasi memiliki daya serap
air yang rendah. Hal ini disebabkan pori-pori di dalam inti beton berdiri
sendiri. Masing-masing pori tidak saling berhubungan sehingga air tidak
mudah merembes ke dalam material ini.
Bina Nusantara University
4
Adem dan Hemat dengan Beton Ringan
Kenyamanan di dalam ruang sangat penting. Karena dengan kenyamanan,
penghuni dapat melakukan berbagai kegiatannya dengan baik dan lebih
produktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan adalah suhu,
kelembaban, pergerakan udara. Sedangkan kenyamanan dapat diciptakan
melalui setidaknya 2 hal yaitu perencanaan arsitektur yang baik dan
pemilihan bahan yang tepat.
Persoalan kenyamanan menjadi sangat krusial manakala dinding luar
menghadap ke arah Barat. Untuk beberapa kasus pengkondisian udara
dengan melakukan kontrol udara pasif, misalnya dengan mengadakan
pembukaan beberapa jendela sehingga terjadi cross ventilation, masih
dimungkinkan. Tetapi untuk bangunan-bangunan di daerah urban seringkali
sulit.
Kesulitan membuat pembukaan dinding untuk jendela ini disebabkan antara
lain polusi udara yang tinggi dan kondisi lingkungan bangunan yang padat.
Bina Nusantara University
5
Solusi lain yang dapat menjawab persoalan pengkondisian udara adalah
penggunaan dinding beton ringan. Untuk mengetahui seberapa besar
efisiensi yang diperoleh berikut ini dipaparkan penghematan listrik yang
didapat seandainya menggunakan pengkondisian udara aktif.
Sebagai perbandingan ruang berukuran 3m x 4m dengan tinggi plafon 3m
ruang pertama menggunakan plat atap beton ringan BETON RINGAN dan
dinding blok beton ringan (Autoclaved Aerated Concrete) BETON RINGAN
dengan plesteran/render PM- 200. (Gambar 1).
Bina Nusantara University
6
Sedang ruang kedua yang sama ukurannya menggunakan plat beton
konvensional dan dinding batu bata dengan plesteran semen-pasir.
Pengukuran dilakukan terhadap panas yang melalui material dinding dan
plat atap. Dimana energi panas dari luar akan ditahan oleh material,
sehingga ruang dalam menjadi berkurang panasnya. (Gambar 2).
Berkurangnya panas ini, tergantung dari kemampuan material menagahan
panas.
Bina Nusantara University
7
Proses ini sama halnya dengan energi listrik yang melalui tahan (R ) yang
dapat berupa lampu atau peralatan listrik lainnya, maka setelah melalui
tahanan tersebut daya listrik akan berkurang. (Gambar 3)
Bina Nusantara University
8
Dinding Beton Ringan
Berat jenis blok BETON RINGAN (ρ)
= 575 kg/m³
Konduktifitas panas blok (λ) =
0,1575 W/(m.K)
λ render = 0,35 W/(m.K)
Thermal Resistance (R) = d/λ
R beton ringan= 0,125/0,1575=0,79
Dinding Bata
Berat jenis bata (ρ) = 1.500 kg/m³
Konduktifitas panas bata (λ) = 0,5
W/(m.K)
λ plester = 1,4 W/(m.K)
Thermal Resistance ( R) = d/λ
R bata=0,09/0,5=0,18
Semakin tinggi nilai ‘Thermal Resistance’, semakin baik kemampuan
insulasi panas.
Bina Nusantara University
R render dalam = d/λ
R render dalam = 0,01/0,35=0,0286
R render luar = 0,01/0,35=0,0286
R total = 0,79+0,0286+0,0286 =
0,847
R plesteran = d/λ
R plesteran dalam =
0,025/1,4=0,018
R plesteran luar = 0,025/1,4=0,018
R total = 0,18+0,018+0,018 = 0,216
9
Thermal Resistance lapisan udara dalam (Rsi) dan lapisan udara luar (Rse)
Semakin rendah nilai ‘thermal transmittance’ film udara di
permukaan dinding,
semakin baik kemampuan insulasi panas.
Thermal transmittance (U)=
1/(Rsi+R+Rse)
U beton ringan =
1/(0,13+0,847+0,04) = 0,983
Bina Nusantara University
Thermal transmittance (U)=
1/(Rsi+R+Rse)
U bata = 1/(0,13+0,216+0,04) =
2,59
10
Semakin rendah nilai ‘thermal transmittance’, semakin baik kemampuan
insulasi panas.
Panel Atap BETON RINGAN
Panel
BETON RINGAN
Bina Nusantara University
Plat Beton
Plat
Beton
R screed PM-600 = d/λ
R = 0,02/0,35 = 0,057
R plester = d/λ
R = 0,02/1,4 = 0,014
R panel BETON RINGAN = d/λ
R = 0,125/0,8 = 0,69
R total = 0,057+0,69 = 0,747
R plat beton = d/λ
R = 0,125/2,1 = 0,06
R total = 0,014+0,06 = 0,074
11
Thermal transmittance (U)= 1/(Rsi+R+Rse)
U panel beton ringan = 1/(0,13+0,747+0,08) = 1,04
Thermal transmittance (U)= 1/(Rsi+R+Rse)
U atap beton = 1/(0,13+0,074+0,08) = 3,52
Energi yang Mengalir Melalui Dinding BETON RINGAN dan
Panel Lantai BETON RINGAN (Q)
Energi yang Mengalir Melalui Dinding Bata
dan Plat Lantai Beton (Q)
Luas dinding (A dinding) = 39,3 m²
Luas atap (A atap) = 12 m²
Rata-rata suhu luar 33° C , suhu di dalam ruang ditentukan 28° C, jadi selisih suhu (ªt) = 5° C
Asumsi pemakaian ruang pada jam kerja 10 jam
Q beton ringan = U x A x ªt x T
Q beton ringan = 0,983×39,3×5x10 = 1.931,6 Wh
Q beton ringan = 1,9 kWh
Q bata = U x A x ªt x T
Q bata = 2.59×39,3×5x10 = 5.089,35 Wh
Q bata = 5,1 kWh
Q panel beton ringan = U x A x ªt x T
Q panel beton ringan = 1,04×12x15×10 = 1.872 Wh
Q panel beton ringan = 1,87 kWh
Q atap beton = U x A x ªt x T
Q atap beton = 3,52 x12×15x10 = 6.336
Wh
Q atap beton = 6,3 kWh
Q total = 1,9 + 1,87 = 3,77 kWh
Pemakaian selama 30 hari
Q = 3,77 kWh x 30 = 113 kWh
Q total = 5,1 + 6,3 = 11,4 kWh
Pemakaian selama 30 hari
Q = 11,4 kWh x 30 = 342 kWh
Bina Nusantara University
12
Asumsi pemakaian pada rumah tangga dengan kategori R-1 2200 VA
Blok I 0 –20 kWh = 390,- x 20 =
7.800,Blok II 21-60 kWh = 445,- x 60 =
26.700,Blok III 61 kWh ≤ = 495,- x 33 =
16.335,Biaya total untuk 1 bulan = Rp
50.835,-
Blok I 0 –20 kWh = 390,- x 20 =
7.800,Blok II 21-60 kWh = 445,- x 60 =
26.700,Blok III 61 kWh ≤ = 495,- x 262 =
129.690,Biaya total untuk 1 bulan = Rp
164.190,-
Penghematan listrik dengan bahan beton ringan BETON RINGAN = Rp
164.190,– Rp 50.835,- =
Rp 113.335,-
Bina Nusantara University
13
Asumsi pemakaian pada rumah tangga dengan kategori R-1 2200 VA
Blok I 0 –20 kWh = 390,- x 20 =
7.800,Blok II 21-60 kWh = 445,- x 60 =
26.700,Blok III 61 kWh ≤ = 495,- x 33 =
16.335,Biaya total untuk 1 bulan = Rp
50.835,-
Blok I 0 –20 kWh = 390,- x 20 =
7.800,Blok II 21-60 kWh = 445,- x 60 =
26.700,Blok III 61 kWh ≤ = 495,- x 262 =
129.690,Biaya total untuk 1 bulan = Rp
164.190,-
Penghematan listrik dengan bahan beton ringan BETON RINGAN = Rp
164.190,– Rp 50.835,- =
Rp 113.335,Dengan menggunakan bahan beton ringan BETON RINGAN, maka ruang kerja ukuran
3mx4m dapat menghemat pemakaian listrik sebesar Rp 113.335,- per bulan.
Bina Nusantara University
14