download

Matakuliah
Tahun
Versi
: S0462/Irigasi dan Bangunan Air
: 2005
:1
Pertemuan 6
<<Judul>>
1
Learning Outcomes
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa
akan mampu :
• << TIK-99 >>
• << TIK-99>>
2
Outline Materi
•
•
•
•
•
Materi 1
Materi 2
Materi 3
Materi 4
Materi 5
3
<<ISI>>
•
•
•
BANGUNAN BAGI
Bangunan bagi dilengkapi dengan pintu dan
alat ukur. Waktu debit kecil muka air akan
turun. Pintu diperlukan untuk menaikkan
kembali muka air sampai batas yang
diperlukan, supaya pemberian air ke cabang
saluran sekunder dapat dilakukan.
Pada cabang saluran dibuat alat ukur guna
mengukur debit yang akan dialirkan melalui
saluran yang bersangkutan sesuai dengan
kebutuhan air disawah yang akan diairi.
4
•
•
Pintu dan Alat Ukur
Pintu terbuat dari :
– Susunan kayu yang satu sama lain terlepas
(skot balk).
– Pintu kayu atau besi yang dilengkapi
dengan stang pengangkat. Alat ukur yang
umum dipakai.
•
•
- Pintu ukur Romijn
- Pintu sorong Crump-de Gruyter
5
• Bentuk Hidrolis dan Kriteria
• Skot balk : Pengalirannya merupakan pengaliran
tidak sempurna. Dibuat dari susunan balokbalok persegi yang terlepas satu sama lain.
Lebar skot balk dilepaskan seluruhnya.
Disarankan lebar b < 1,5 m, agar mudah
memasang dan mengambil skot balk.
• Pintu kayu dan besi dengan perlengkapan stang
pengangkat; pengalirannya merupakan
pengaliran lewat lubang. Pintu bias dibuat dari
kayu atau besi. Bila lebar pintu b < 1,0 m lebih
baik dibuat dari besi. Lebar pintu diambil < 2,5 m
supaya tidak terlalu berat untuk mengangkat.
6
• Alat ukur ulur
• Percabangan pada bangunan bagi dibuat
dengan sudut < 90° dan pada belokan
dibuat jari-jari > 1,0 m.
7
• Perhitungan Hidrolis
- Skot balk dan pintu
Q = µ bh 2 gz
b dapat dihitung
dimana :
Q = debit saluran
µ =
0,85
b =
lebar pintu (m)
h =
dalam air pada pintu (m)
z =
tinggi tekanan (m)
8
• Stabilitas
• Skot balk dan pintu-pintu diperhitungkan
kekuatannya, terhadap tekanan air :
T = F / W T< F
Tembok sayap diperhitungkan terhadap guling
dan geser
GULING : F = Mt/Mg
dimana
:
F = factor keamanan (1,5 – 2)
Mt = momen penahan (Kg m; Ton m)
Mg = momen guling (Kg m; Ton m)
9
• GESER
:
F
=
f. V
H
dimana
:
F
= factor keamanan
f = koefisien geser
∑V = jumlah gaya vertical (Kg; ton)
∑H = junlah gaya horizontal (Kg; ton)
10
Koefisien kekasaran
Material
f
Batu kompak tak beraturan
0,8
Batuan sedikit pecah
0,7
Koral dan pasir kasar
0,4
Pasir
0,3
Lumpur
Perlu penyelidikan
11
BANGUNAN SADAP
Bangunan Sadap Tersier
•
•
Bangunan sadap tersier harus diberi pintu romijn karena kehilangan
energinya terbatas. Agar pintu Romijn mampu memberikan keuntungankeuntungan ekonomis dimensinya harus distandarisasi. Dimensi standar
yang paling penting adalah lebar alat ukur dan kedalaman aliran
maksimum pada muka air rencana.
Debit rencana untuk contoh petak tersier 140 lt/dt akan dipakai tiep 1 alat
ukur Romijn. Muka air rencana pada alat ukur tersebut adalah Q70°°°º°º
Elevasi dasar (BL) pintu dapat ditentukan sebagai berikut :
BL =
hQ70° - (0,81 + V)
= hQ70° - (0,81 + 0,31)
Dimana :
hQ70
= tinggi M.A. rencana pada Q70
12
Tabel 4.4. : Alat ukur romijn standar
I
II
III
IV
V
VI
Lebar (m)
0.50
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
Kedalaman
Max
aliran pada muka air
rencana (m)
0.33
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
Debit max pada muka
air rencana (e/dt)
160
300
450
600
750
900
Kehilangan
energi (m)
0.08
0.11
0.11
0.11
0.11
0.11
0,8+V
1,15+V
1,15+V
1,15+V
1,15+V
1,15+V
tinggi
Elevasi dasar dibawah
muka air rencana
V = Harian = 0,18 Hmx
13
Bangunan Sadap Sekunder
Debit rencana ke saluran sekunder lebih kurang 2,88
m/dt. Lebar standar pintu diambil 1,25 m. Debit
maksimum setiap pintu romijn adalah 0,75 m/dt. Jadi
diperlukan empat pintu (Q = 4 x 0,75 = 3 m/dt).
Sesuai dengan prosedur yang sebelumnya elevasi
pintu pada posisi terendah adalah
= hQ70 – 0,50 = 15,06 m
Elevasi dasar pintu adalah = hQ70 – (1,15 + V)
= hQ70 – (1,15 + 0,31)
Bentuk hidrolis dan kriteria pada prinsipnya sama
seperti bangunan bagi
14
ALAT UKUR DEBIT
• Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif
maka debit harus diukur (dan diatur) pada
hulu saluran primer, pada cabang saluran
dan pada bangunan sadap tersier.
• Untuk menyederhanakan pengelolaan
jaringan irigasi hanya beberapa jenis
bangunan saja yang digunakan daerah
irigasi, antara lain :
15
Alat Ukur Ambang Lebar
•
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan
aliran atas (over flow), untuk in tinggi energi
hulu leboh kecil dari panjang mercu. Karena
pola aliran di atas alat ukur ambang lebar
dapat ditangani dengan teori hidrolika yang
sudah ada sekarang, maka bangunan ini bias
mempunyai bentuk yang berbeda-beda,
sementara debitnya tetap serupa.
16
Perencanaan Hidrolis
• Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan
bagian pengontrol segi empat adalah ;
Q = Cd Cv V 2/3 V g.bc.h1
Dimana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (0,93 + 0,10 H/L) untuk 0,1 < H/L < 1,0
H1 = tinggi energi hulu, m
L = panjang mercu, m
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt² (9,81)
bc= lebar mercu, m
17
• h1 =
kedalaman air hulu terhadap ambang
bangunan ukur, m
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar bentuk
trapesium adalah :
Q = Cd bcYc + mc2 2g (H1 – yc ) 0,5
dimana :
• b
= lebar mercu pada bagian pengontrol, m
• y
= Kedalaman air pada bagian pengontrol
• m = kemiringan samping pada bagian pengontrol, (l,m)
18
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar :
•Bentuk hidrolis luwes dan sederhana
•Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal
•Benda-benda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang
lebar adalah :
•Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan
pengukur saja
•Agar pengukuran teliti, aliran tidak boleh tenggelam
19
• Alat Ukur Romijn
Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bias
dipergunakan untuk mengatur dan mengukur debit
didalam jaringan saluran integrasi.
• Tipe alat ukur remijn
• Sejak pengenalannya pada tahun 1932, pintu remijn
telah dibuat dengan tiga bentuk mercu yaitu ;
- Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk
peralihan penyempitan hulu
- Bentuk mercu miring keatas 1 : 2,5 dan lingkaran
tunggal sebagai peralihan penyempitan
- Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai
peralihan penyempitan
20
21
<< CLOSING>>
22