download

URL 03:
Ketentuan Rancangan Stuktur
Setelah aspek perancangan arsitektural yang meliputi penentuan luas lantai
dasar dan luas lantai berulang (luas lantai tipikal) serta telah diperiksa
berdasarkan kebutuhan fungsional, batasan tata kota (KDB dan KLB), maka
pertama-tama bangunan tinggi perlu diuji stabilitasnya, terutama akibat gempa
bumi.
Stabilitas Bangunan
W
G
H
E
M
M
E
G
2/3 H
d
Perhatikan bangunan dengan bentuk prismatis dengan lantai tipikal berbentuk
empat persegi panjang dan pada bangunan tersebut dibebani oleh beban geser
akibat gempa (V) dan massa bangunan sebesar W G.
Stabilitas Bangunan, khususnya terhadap beban gempa, dapat diperoleh dari:
a. Berat Sendiri Bangunan
M
H
E
E
H
W
G
h = 2/3 H
E
hi
Vi
M
d
Gaya Aksial Kolom
akibat Beban Mati
(BM) ditambah
Beban Hidup (BH)
V
G
ho
Titik Guling
Gaya Aksial Kolom
akibat Momen
Guling Gempa
H = Resultante Gaya
E
Gempa Tingkat
=V=CIW/R
t
Momen Kolom akibat
Gaya Geser Gempa
Tingkat:
Kolom Lantai Dasar) =
V x ho
Kolom Lantai Tingkat =
V x 1/2 h
i
h E = 2/3 H untuk Bangunan
Berbentuk Prismatik
M = Momen Guling Gempa
E
= HE x h E
i
Gaya Geser Dasar per
Portal dibagi ke KolomKolom Sesuai
Kekakuannya
MG = Momen Penahan Guling
= WG x d
Perilaku Struktur Bangunan Tinggi Terhadap Gempa
Penahan Momen Guling (Tumbang) Gempa diperoleh dari berat sendiri
bangunan:
WG  1,2 BM  1,6 BH
C.I .Wt
, maka dengan
R
metode pendekatan, akan dihasilkan Momen Guling Gempa:
2
M E  H E .hE  V . H
3
Dalam analisa stabilitas bangunan, di mana nilai HE = V =
di mana
: V adalah beban geser dasar akibat gempa
H adalah tinggi bangunan
Momen panahan guling diperoleh dari massa bangunan:
M G  WG .d
di mana
: W G adalah Total berat bangunan
d adalah Jarak dari titik berat massa bangunan ke titik guling
Stabilitas bangunan tercapai jika memenuhi persyaratan:
MG
 1,5
ME
Jika seandainya persyaratan ini tidak terpenuhi, maka dapat dilakukan beberapa
modifikasi, yaitu dengan membuat podium, basement, dan lain-lain.