download

Matakuliah
Tahun
: F0452 – Akuntansi Perpajakan
: 2006
Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai,
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah
Pertemuan 13 bab 16
1
Berikut akan dikemukakan hanya beberapa
terminologi tersebut, para mahasiswa dapat
menemukan berbagai terminologi secara
lengkap di dalam Undang-undang Nomor 18
tahun 2000
– Daerah pabean sebagai wilayah
berlakunya Undang-undang PPN dan PPn
BM;
– Pengusaha dan Pengusaha Kena Pajak
sebagai Subyek Pajak PPN dan PPn BM;
– Penyerahan Barang dan Jasa Kena Pajak,
Impor, dan Pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud;
– Barang dan Jasa Kena Pajak sebagai
Obyek Pajak PPN;
– Menghasilkan Barang Kena Pajak;
– Dasar Pengenaan Pajak (DPP);
– Pembeli Barang dan Penerima Jasa Kena
Pajak;
3
– Faktur Pajak;
– Pajak Masukan dan Pajak Keluaran;
– Penyerahan Barang atau Jasa Kena
Pajak kepada Badan atau Instansi
Pemerintah;
4
PENGUSAHA KENA PAJAK SEBAGAI SUBYEK
PAJAK PPN DAN PPn BM
Menurut
ketentuan
perundang-undangan
perpajakan, selain bendaharawan Pemerintah,
badan, atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan; hanya Pengusaha Kena
Pajak yang berhak untuk memungut Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah (PPn BM). Ketentuan
menyangkut status atau kedudukan Pengusaha
Kena Pajak sebagai subyek pajak PPN dan PPn
BM tersebut diatur dalam Undang-undang No. 16
tahun 2000 (Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan) Pasal 2, ayat 2 yang secara garis
besar adalah sebagai berikut
5
Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Termasuk dalam kategori Pengusaha Kena Pajak dan
oleh karena itu berkewajiban untuk memungut,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang
adalah:
– Pengusaha yang menghasilkan atau
memproduksi Barang Kena Pajak, mengimpor
Barang Kena Pajak, melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak, di dalam Daerah Pabean,
melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam
Daerah Pabean, dan mengekspor Barang Kena
Pajak; dan
– Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
6
Kelompok Pengusaha Kena Pajak yang pertama
meliputi:
– Pabrikan;
– Importir;
– Agen atau penyalur utama;
– Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa
dengan pabrikan dan/atau importir;
– Pemegang hak paten, lisensi, dan/atau merk
dagang dari suatu Barang Kena Pajak;
– Kontraktor atau pemborong bangunan;
– Pedagang besar atau leveransir;
– Pengecer skala besar.
7
Menteri
Keuangan
(Keputusan
No.
648/KMK.04/1994)
menetapkan
batas
minimum bruto dalam satu tahun pajak
sebagai kriteria untuk menentukan apakah
pengusaha termasuk dalam kategori
pengusaha kecil sehingga pada dasarnya
dikecualikan
dari
pengenaan
Pajak
Pertambahan
Nilai
(PPN)
(dan
diperkenankan memilih untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak) sebagai
berikut:
8
No.
Kegiatan atau Aktivitas
Kegiatan atau Aktivitas
1
Melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP)
Tidak lebih dari Rp240,00 juta
2
Melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP)
Tidak lebih dari Rp120,00 juta
3
Melakukan penyerahan BKP dan JKP
(a) Batas peredaran bruto sebesar Rp240,00 juta,
dalam hal jumlah peredaran bruto dari
penyerahan BKP lebih 50% dari jumlah seluruh
perdaran brutonya;
(b) Batas peredaran bruto sebesar Rp120,00 juta,
dalam hal jumlah peredaran bruto dari
penyerahan JKP lebih 50% dari jumlah seluruh
peredaran brutonya;
(c) Batas peredaran bruto sebesar Rp120,00 juta,
dalam hal jumlah peredaran bruto dari
penyerahan BKP dan JKP, masing-masing
meliputi 50% dari jumlah seluruh peredaran
brutonya.
9
Obyek Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan
Atas Barang Mewah
Pajak Pertambahan Nilai (PPM) dikenakan atas:
– Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
– Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
– Impor Barang Kena Pajak
– Pemanfaatan barang Kena Pajak tidak berwujud
dari luar Daerah Pabean;
– Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean, dan
– Ekspor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak (Pasal 4 Undang-undang
10
No. 11 Tahun 1994).
Barang dan Jasa Kena Pajak sebagai Obyek
Pajak PPN
Pada dasarnya setiap barang (baik yang bergerak
maupun tidak bergerak, dan berwujud maupun tidak
berwujud) dan jasa kecuali untuk barang dan jasa
yang berdasar Peraturan Pemerintah dinyatakan
sebagai barang atau jasa tidak kena pajak harus
dipandang sebagai barng atau jasa obyek pajak yang
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
11
Kelompok Barang dan Jasa Dinyatakan Bukan
Obyek Pajak PPN
Barang Tidak Kena Pajak
Barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan
yang dipetik, diambil atau disadap langsung dari
sumber- nya; seperti misalnya: padi-padian,
kelapa sawit, karet
Barang
hasil
peternakan,
perburu-an,
penangkapan, atau penangkar-an yang diambil
langsung dari sumbernya; seperti misalnya: sapi
potong, unggas.
Barang hasil penangkapan atau budidaya
perikanan
yang
diambil
langsung
dari
sumbernya; seperti misalnya: ikan tuna, teripang,
udang;
Barang hasil pertambangan dan pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya; seperti
misalnya: minyak mentah, garam;
Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak; seperti misalnya:
beras, garam beryodium;
12
Kelompok Barang dan Jasa Dinyatakan Bukan
Obyek Pajak PPN
Kel
Barang Tidak Kena Pajak
Jasa Tidak Kena Pajak
f
Beberapa jenis barang yang sudah
dikenakan pajak oleh Pemerintah
Daerah, seperti misalnya: barangbarang obyek Pajak Pembangunan
1, barang obyek Pajak Tontonan
(untuk menghindari pengenaan
pajak berganda;
Jasa di bidang pendidikan;
g
Surat-surat berharga
Jasa di bidang kesenian, seperti
misalnya: pementasan kesenian
tradisional;
h
Listrik, kecuali untuk perumahan
mewah;
Jasa dibidang penyiaran, seperti
misalnya: penyiaran radio dan
televisi yang bukan bersifat iklan
atau promosi
i
Air bersih yang disalurkan melalui
pipa (air PAM)
Jasa di bidang angkutan umum,
seperti misalnya: angkutan umm
di darat dan dilaut;
j
-
Jasa di bidang tenaga kerja,
seperti misalnya: jasa penyelenggaraan pelatihan;
13