download

Matakuliah : CB142 / Character Building IV
Tahun
: 2009
Pertemuan 7
ETHOS KERJA DAN PROFESI
Learning outcome
Mahasiswa mampu menerangkan prinsip-prinsip
etis kerja dan profesi
Bina Nusantara
Materi :
•
•
•
•
•
•
Bina Nusantara
Pekerjaan dan profesi
Ciri atau sifat yang selalu melekat pada kerja atau
profesi
Keutamaan dan ethos
Prinsip-prinsip ethos kerja dan profesi
Mengatasi hambatan budaya
Kode etik profesi
1. Pekerjaan dan profesi
1.1.Pekerjaan sebagai profesi
• Tidak semua pekerjaan adalah profesi
• Suatu pekerjaan dianggap sebagai profesi bila pekerjaan itu
dilakukan sebagai kegiatan pokok, untuk menghasilkan nafkah
hidup, dan mengandalkan ketrampilan.
• Seorang profesional adalah orang yang bekerja purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu.
1.2. Profesi khusus
• Sasaran utama bukan untuk memperoleh nafkah hidup, melainkan
untuk mengabdi dan melayani kepentingan masyarakat.
• Mereka menjalani pekerjaan itu sebagai panggilan.
• Imbalan yang diterima hanya dianggap sebagai imbalan terhadap
pelayanan
• Contoh klasik : dokter, penasehat hukum atau pembela di
pengadilan, rohaniwan, tentara, dan sebagainya
• semakin profesional seseorang akan semakin terjamin hidupnya
Bina Nusantara
2. Ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi (lebih
banyak untuk profesi khusus) :
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
Bina Nusantara
Adanya pengetahuan khusus
Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi
Pengabdian pada kepentingan masyarakat
Biasanya ada izin khusus untuk bisa menjalankan
suatu profesi.
Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari
suatu organisasi profesi.
3. Keutamaan dan ethos
3.1. Keutamaan
– Keutamaan adalah suatu disposisi watak, suatu kecenderungan tetap
– Keutamaan berkaitan dengan kehendak.
– Keutamaan diperoleh melalui jalan pembiasaan atau latihan.
3.2 Keutamaan dan keterampilan
Walaupun keutamaan diperoleh melalui latihan, keutamaan tidak sama
dengan ketrampilan yang juga diperoleh melalui latihan:
– Ketrampilan berkaitan dengan bidang tertentu, sedangkan keutamaan
tidak dibatasi oleh bidang tertentu. Kejujuran, sebagai keutamaan, dapat
diperlihatkan dalam setiap bidang.
– Ketrampilan lebih bersifat teknis, sedangkan keutamaan menyangkut
kehendak
– Karena bersifat teknis, ketrampilan dapat diperoleh melalui latihan yang
sifatnya periodik dan temporal, sedangkan keutamaan sifatnya
kompleks; berkaitan dengan seluruh proses sosialisasi sepanjang hidup.
Bina Nusantara
3.3.
–
–
–
–
–
Bina Nusantara
Ethos
Ethos berkaitan dengan suasana etis yang menandai atau
mewarnai keberadaan sebuah kelompok
Kalompok yang merupakan tempat dimana ethos ini menjadi ciri
khas adalah kelompok kerja atau profesi
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ethos suatu profesi
sebagian besar tercermin dalam Kode Etik suatu profesi
Jadi ethos profesi tertentu merupakan tuntutan etis kepada
mereka yang bergabung dalam profesi itu dalam menjalankan
profesi mereka, secara pribadi.
Dalam prakteknya, orang yang berkeutamaan akan lebih mudah
menghayati ethos kerja atau profesi; dan ethos kerja atau profesi
akan membantu menciptakan ruang dan sekaligus tantangan
dimana
para
individu
dapat
mempraktekkan
dan
mengembangkan keutamaan yang ada pada mereka.
4. Prinsip-prinsip ethos kerja atau profesi
4.1.
Bina Nusantara
Prinsip tanggung jawab.
– Responsbility merupakan gabungan dari dua kata, yakni
response, yang berarti tanggapan, dan ability, yang berarti
kemampuan. Maka secara hurufiah responsbility atau yang kita
artikan sebagai tanggung jawab berarti kemampuan memberi
tanggapan.
– Dalam kaitan dengan pekerjaan, tanggung jawab dapat diartikan
sebagai kemampuan dalam menanggapi dan menyelesaikan
pekerjaan yang dilakukan
– Bagi kita seorang pekerja, tanggung jawab ini memiliki dua arah:
• Terhadap pekerjaan itu dan hasil-hasilnya
• Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
4.2.Prinsip otonomi:
– Prinsip ini menuntut kaum profesional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya
– Itu berarti kode etik berfungsi sebagai pegangan umum yang
mengikat
setiap
anggota,
tetapi
pelaksanaan
dan
perwujudannya dalam situasi kongkrit yang dihadapi, tetap
berlangsung dalam iklim kebebasan setiap anggota.
– Atau dengan kata lain, dengan otonomi berarti sembari
berpegang pada ethos kerja atau kode etik, setiap pekerja atau
profesional tetap mempunyai kebebasan untuk memutuskan
apa yang terbaik untuk dijalankan dalam situasi dan tugas
konkrit yang dihadapinya
– Dan dalam kaitan dengan organisasi profesi, otonomi menuntut
agar organisasi profesi secara keseluruhan bebas dari campur
tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak-pihak
lain mana pun juga
Bina Nusantara
4.3. Prinsip keadilan
–
–
–
Bina Nusantara
Prinsip ini menuntut kaum profesional untuk memberikan
kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
Ini berarti setiap orang profesional tidak boleh melanggar hak
orang atau pihak lain, lembaga atau negara.
Kaum profesional harus menghargai hak-hak pihak lain
sebagaimana ia sendiri mengharapkan agar orang atau pihak
lain menghargai haknya serta hak kelompok atau perusahaan
yang diwakilinya
5. Mengatasi hambatan budaya
5.1. Dari agraris ke industri
– Kehidupan masyarakat pertanian ditandai dengan ciri-ciri: hidup santai
(alon-alon kelakon), menyesuaikan diri pada kondisi alam (seperti
cuaca), jam kerja yang tidak diatur secara ketat, cara kerja yang tidak
tersistematis, mengandalkan cangkul dan peralatan sederhana lain, dan
sebagainya
– Sebaliknya, kehidupan masyarakat industri ditandai dengan ciri-ciri:
waktu sangat dihargai, hidup serba cepat (sibuk, gesit), mengendalikan
alam (pabrik), jam kerja yang jelas, kerja tersistematis, ada persaingan
yang ketat, menggunakan peralatan berat dan canggih (mesin) yang
sekaligus rumit, dan sebagainya.
– Dalam masyarakat agraris, arti emosilah yang lebih banyak menguasai
setiap langkah keputusan dan tindakan mereka. Sebaliknya, dalam
masyarakat industri, otaklah (ratio) yang lebih banyak berperan
– Masyarakat pertanian menjadikan alam (panas, air, angin) sebagai
taruhan, masyarakat industri justru mengandalkan ilmu.
Bina Nusantara
5.2.
–
–
–
–
–
–
Bina Nusantara
Langkah penyesuaian:
Dalam dunia pertanian, ada masa tunggu yang lama antara
menanam dan panen, sedangkan dalam dunia industri, masa
tunggu itu berlangsung antara mulai bekerja dan saat penggajian
(lebih singkat).
Di pihak pekerja bisa muncul tindakan malas, mangkir, protes,
mengajukan tuntutan, mogok, bahkan merusak
Dalam perang batin ini emosi bisa bergejolak, yang kalau tidak ada
titik temu, maka bisa membawa kerugian pada dua belah pihak.
Perang batin ini terjadi karena situasi tersebut tetap berlangsung
terus, yang disebabkan kurangnya keterbukaan, dan juga karena
sikap yang selalu menempatkan orang atau pihak lain sebagai pihak
yang salah.
Perang batin seperti ini tidak ada dalam masyarakat pertanian
dalam masa antara menanam dan panen
Maka dengan beralihnya kehidupan masyarakat kita dari dunia
pertanian ke dunia industri, kondisi seperti diungkapkan disini
penting diantisipasi
– Perang batin sebagaimana diungkapkan di atas, harus diatasi
dengan cara yang rasional dengan men-sinkron-kan antara masa
kerja dan gaji yang diperoleh
– Memperhatikan tingkat kemampuan yang dimilki oleh para
pekerja, ada yang tingkat terlatih, terampil, mahir dan ahli
– Kemampuan yang berbeda ini akan membawa dampak pada
hasil kerja, yang berdampak pada perbedaan prestasi. Perbedaan
prestasi akan berdampak pada rewards yang diterima.
– Pemahaman seperti ini bukan lagi konsep emosional , melainkan
konsep rasional. Artinya, semakin seseorang memiliki
kemampuan yang semakin baik, akan memberikan hasil yang
baik, bagi perusahaan dan bagi si pekerja sendiri.
– Untuk bisa mempraktekkan konsep rasional tersebut di atas,
maka perlu ada bimbingan, pengarahan, pelatihan dan
pendampingan bagi para pekerja
Bina Nusantara
6. Kode etik profesi
6.1.Pengertian:
Secara sederhana kode etik dapat dimengerti sebagai tingkah laku moral
suatu kelompok dalam masyarakat, yang dirumuskan secara tertulis,
singkat dan padat, dan diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh
anggota kelompok itu.
6.2.Manfaat kode etik :
Kode etik dapat berfungsi sebagai alat kontrol atas kekuasaan eksklusif
yang dimiliki oleh kalangan profesi.
6.3.Hubungan kode etik dengan etika :
Kode etik merupakan produk etika terapan, yang dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu yaitu profesi.
6.4.Agar kode etik dapat berfungsi dengan baik:
– Kode etik itu harus dibuat oleh profesi itu sendiri
– Harus menjadi hasil self-regulation (pengaturan diri) dari profesi
– Pelaksanaan kode etik harus diawasi terus menerus
– Kode etik harus terus disertai refleksi etis
Bina Nusantara