download

Matakuliah: H0142/Sistem Pengaturan Lanjut
Tahun
: 2005
Versi
: <<versi/revisi>>
Pertemuan 12
Optimalisasi sistem pengaturan dan
Pole Placement
1
Learning Outcomes
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa
akan mampu :
• dapat Menyimpulkan sistem yang
observable maupun controllable
2
Outline Materi
• Konsep Pole placement dan merancang
control system
• Pengenalan Desain observer (estimator),
Controllability, observatibility
3
<<ISI>>
Pole Placement
&
Disain Observer (Estimator)
•Pada teknik Pole placement letak akar pada bidang z dipilih
sehingga seluruh akar terletak pada lokasi yang diinginkan
dengan cara men catubalik semua state variabel. Secara
praktis pengukuran seluruh variabel adalah tidak mungkin,
karena itu perlu meng estimasi state variabel yang tidak
terukur.
•Estimasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
state observer(estimator).
4
Ada 2 pendekatan yang dilakukan pada teknik Pole
placement yaitu:
Jika seluruh state variable dapat terukur untuk di catu
balik(feedback).
Dilakukan disain state observer untuk mengestimasi
state variable (atau hanya variable yang tidak terukur)
yang memerlukan feedback pada disain/analisis.
Letak (lokasi) dari pole sistem pengaturan lup tertutup
mempunyai dampak langsung terhadap karakteristik time
response yaitu :
·
Rise time
·
Settling time
·
Osilasi transient
5
Pemilihan Penguatan State-Feedback:
Pada state feedback hubungan u , x ,dan K adalah sbb:
x  ( A  B K ) x
dinamika sistem lup tertutup menjadi:
·
u  K x
dan pole2 sistem lup tertutup adalah eigenvalue dari A-BK.
Dengan menetapkan pole pada lokasi bidang kompleks yang
diinginkan ( jika nilai (A,B) adalah controllable) kemudian nilai K
dihitung .
6
Disain State Observer (Estimator)
Jika seluruh keadaan x tidak diukur, maka kita tak dapat
mengimplementasikan Hukum State-feedback yaitu u = - K x .
Namun kita dapat menerka suatu state estimate  sedemikian
sehingga hukum u = - K  yang mampu mempertahankan sifat2
dari sistem lup tertutupnya dan penetapan pole tersebut.
Ini dapat dicapai dengan mendisain suatu state estimator (observer)
dengan bentuk sbb:
  A   B u  L ( y  C   D u )
ALC
Pole dari observer(estimator) adalah eigenvalue dari
, yang dapat ditetapkan sembarang 
dengan pemilihan
penguatan matrik estimator L ; jika (C, A) adalah observable.
7
Sebagai gambaran pada sistem perlu diperhatikan bahwa dinamika
estimator(observer) harus lebih cepat daripada dinamika kontroler (yang
eigenvalue nya adalah )
Mencari penguatan matriks estimator L dilakukan dengan pertimbangan
bahwa A dan C berturut-turut adalah matrik keadaan dan matrik output,
serta untuk ini perlu suatu vektor lain yaitu q yang berisi pole lup tertutup
untuk observer(estimator).
Dengan mengganti x dengan variabel estimasinya yaitu  dalam u =-K x
maka dihasilkan ouput dinamis dengan kompensator feedback.
  [ A  LC  ( B  LD) K ]   L y
uK 
menghasilk an dinamika sistem lup tertutup sbb :
   A  BK
x
  
0
 e  
 x
 
A  LC   e 
BK
dengan e  x  
8
Pole placement
pada sistem pengaturan dikenal 2 konsep yaitu:
controllability
observability
Controllability berkaitan dengan persoalan apakah dimungkinkan
untuk mengendalikan sistem dari titik asal tertentu sampai ke
keadaan sebarang
Observability berkaitan dengan persoalan untuk menentukan
keadaan dinamis sistem dari observasi outputdan vektor kendali
dalam jumlah periode sampling yang terbatas .
9
Controllability
·
Sistem dikatakan completely state controllable jika
dimungkinkan untuk mengalihkan (transfer) state awal
sebarang ke setiap state yang diinginkan.
• Solusi dari persoalan sistem pengaturan optimal tidak
dapat diperoleh jika sistem nya tidak controllable
Suatu sistem diskret didefinisikan sbb:
x(( k  1)T )  G x(kT )  H u (k T )
matriks controllability dituliskan
sebagai:
berdimensi n
n 1
H
GH
....
G
H
sistem controllable jika
rank dari matriks = n


10
Observability
x(( k  1)T )  G x(kT )  H u (k T )
Persamaan keadaan sistem diskret:
pers output:

y (kT )  C x(kT )  D u (kT )
C * G *C * ...... (G * ) n1 C *
matriks observability:
tanda * menunjukkan transpose conjugate. Jika matriks C dan G adalah
matriks yg riil maka tanda * diganti dengan tanda transpose T.
Agar sistem observable maka rank dari matriks

 C 


 CG 
 ..   n


 C G n 1 


Gambaran sistem yang completelly observable maupun not completelly
observable dapat dilihat di example 6-3 hal 391 (Ogata , Discrete Time control
System)
11
Disain dengan Pole Placement
Jika semua state variable dapat terukur dan dapat diperoleh sebagai
feedback, maka sistem dengan karakteristik yang diinginkan dapat didisain
dengan memindahkan letak akar persamaan karakteristik dengan cara state
feedback melalui state feedback gain matrix.
Ada bbeberapa cara / metode diantaranya :
1. metode transformasi matriks T
2. metode Ackermann
(lihat Ogata hal 402-420)
12
contoh:
maka
1
 0

G  

0
.
16

1


1  2
  z  z  0.16
0
.
16
z

1


z I  G   
z
Akar2 persamaan karakteristik mula2 a1=1 dan a2=0.16
.
13
Jika diinginkan akar yang baru yaitu
z = 0.5 + j 0.5
dan
z = 0.5 – j 0.5
maka perlu dibuat matiks controllability sbb:
yang mempunyai rank2 artinya
sistem adalah completelly state controllable , jadi
penempatan pole dapat dilakukan
H
0 1 

G H   
 1  1
Persamaan karakteristik sistem yang diinginkan adalah:
Z I  G  H K   ( z  0.5  j0.5) ( z  0.5  j 0.5)  z 2  z  0.5  0
Koefisien pers karakteristiknya adalah:
α1 = -1 dan α2 =0.5
14
Metode transformasi
K   2  a2
dengan
M  H
 a1
W 
1

1  a1 T 1
T  MW
G H  lihat pers
1 

 1

1 
0
T  M W 
 1  1



1 0
T 1  
0 1



K  0.5  0.16
pers
1

1

6  60 hal 406
6  61 hal 407
1
1



0
0


0

1

 1  1   0.34
 2
maka K1=0.34 dan K2= -2
K adalah gain feedback matrix yg dicari
15
Metode Ackermann
K  0 1H
GH   (G )
1
dengan :
2
1  0
1
 0
1 0
2
  
  0.5 

 (G )  G  G  0.5 I  

0
.
16

1

0
.
16

1
0
1

 



 0.34  2 

 
 0.32 2.34 
jadi:
0 1 

K  0 1 
 1  1
 0.34  2
1
 0.34  2 


 0.32 2.34 
K adalah gain feedback matrix yg dicari
16
Penutup
Pole placement dapat dipisahkan dalam 2 tahap
Tahap 1:
disain dengan anggapan bahwa seluruh state variable tersedia untuk
digunakan sebagai feedback
Tahap 2:
Jika tidak semua state variable dapat diperoleh maka Disain dengan
menggunakan state observer yang akan mengestimasi seluruh state
variable
17