Mata kuliah : K0014 – FISIKA INDUSTRI Tahun : 2010 INTERFERENSI Pertemuan 23 INTERFERENSI • Optika Geometri Metoda penentuan letak dan besar suatu gambar / bayangan dari suatu benda secara geometri . • Optika Fisis Mempelajari sifat-sifat fisis cahaya • Azas Interferensi Interferensi merupakan gejala superposisi/ interferensi dua atau lebih gelombang yang merambat pada waktu dan pada tempat yang sama. • Sumber Koheren Fase cahaya tidak berubah terhadap waktu, hingga beda fase cahaya dari dua titik sumber adalah tetap setiap saat. 3 Bina Nusantara 1. Interferensi 2 Celah ( Percobaan Young) ) P r1 S1 A Y r2 θ d O θ S2 Celah B dSinθ X Layar Cahaya berasal dari dua celah sempit S1 dan S2 Kedua cahaya adalah koheren dan sefase. Bina Nusantara - Kedua cahaya berinterferensi di titik P ( di layar ) - Untuk jarak antara kedua celah ( d ) << X ( jarak layar dengan celah), dapat diambil pendekatan : S1B ┴ r1 dan S1B ┴ r2 - Beda lintasan S1P dan S2P : r2 - r1 = d Sin θ Pola interferensi di titik P ( di layar ) ditentukan oleh jumlah gelombang yang termuat pada beda lintasan : d Sin θ Maksimum ( terang ) , jika : d Sin θ = m λ Minimum ( gelap ), jika : d Sin θ = (m+1/2) λ Bina Nusantara - Di layar kan terlihat pola terang dan gelap silih berganti , yang disebut rumbai interferensi - Makimum di pusat ( di O ) disebut : maksimum utama. Pola interferensi di bagian atas dan di bagian bawah dari titik pusat ( O ) adalah simetris. Bina Nusantara 2. Intensitas Pada Interferensi dua celah Frekuensi dan amplitudo gelombang cahaya dari S1 dan dari S2 adalah sama. Gelombang cahaya di P ( layar ): dari celah S1 : E1 = Em Sin ( ω t – k r1 ) dari celah S2 : E2 = Em Sin ( ω t – k r2 ) Superposisinya di P : E = E1 + E2 Dengan amplitudo : EP = 2 Em Cos (φ/2) dimana : φ = selisih fase = k ( r2 – r1 ) = d Sin θ Maka intensitas gelombang di P : 2 Cos2 (φ/2) I Cos2( φ/2 ) IP 4Em 0 2 I intensitas maksimum dimana I0 4Em m Bina Nusantara dengan : β = φ/2 = (π / λ)d Sin θ Untuk θ << , Sin θ = tan θ = Y/ X , Maka : Maka Intensitas pada setiap titik di Layar : Iθ Im 2 Cos ( Maksimum ( terang ) Minimum ( gelap ) Bina Nusantara Y d ) X : β=mπ : β=(m+½)π Y d X 3. Interferensi Pada Lapisan Tipis - Cahaya pantul dari medium lebih rapat ( n1< n2 ) akan berbeda fase 1800 dari cahaya datang. - Cahaya pantul dari medium lebih renggang (n1 > n2) tidak terjadi perubahan fase . A n1 = 1 C B udara n2(=n)>n1 n3 < n2 Bina Nusantara selaput tipis d D di B cahaya pantul berubah fase 1800 di D cahaya pantul tidak berubah fase Pola interferensi kedua cahaya pantul : - Pola maksimum : 2 d = ( m + ½ ) λn atau : 2nd=(m+½)λ m = 0 , 1 , 2 , ……. λn = λ / n = panjang gelombang cahaya pada lapisan tipis λ = panjang gelombang cahaya di udara - Pola minimum : 2 n d = m λ m=1,2,… Bina Nusantara Kaca Tak Pantul A n1 C B F E lapisan tipis d n2 ( = n ) > n 1 D n3 > n2 glass di B cahaya pantul berubah fase 1800 di D cahaya pantul berubah fase 1800 Pola interferensi kedua cahaya pantul : Minimum : 2nd=(m+½)λ m = 0 , 1 , 2 , ….. Tebal lapisan minimum adalah untuk m = 0 , , maka : dmin = λ / 4n Bina Nusantara 4. Cincin Newton nf = index bias medium R = jejari lensa R d = tebal medium R-d r medium lensa P d nf kaca Sebuah lensa dengan jari-jari R diletakan di atas keping kaca, disinari dari atas oleh cahaya dengan panjang gelombang λ. 7/11/2017 12 -Titik P adalah titik perpotongan antara permukaan lensa dengan cahaya yang tegak lurus permukaan kaca. -Cahaya pada permukaan lensa di titik P dipantulkan oleh medium yang renggang ,sehingga cahaya terpantul sefase dengan sinar datang. - Cahaya yang diteruskan dipantulkan oleh kaca (medium rapat) sehingga sinar terpantul berbeda fase 1800 dengan sinar datang - Sinar terpantul di titik P dan sinar pantul dari permukaan kaca beda fase 1800 ,sehingga terjadi inteferensi maksimum (terang). Bina Nusantara Intensitas maksimum : 2nfd = (m + ½) λ (Maximum ) m = 0, 1, 2,.. nf = index bias medium Jejari cincin Newton : r = √[( m + ½)λR/nf ] Intensitas minimum : 2nfd = m λ Jejari cincin Newton : 7/11/2017 (Minimum) r = √( m λR/nf ) 14
© Copyright 2024 Paperzz