Topik 4. Uji Hipotesis 1. Pendahuluan Definisi 1.1 Jika X~f(x;), maka sebuah hipotesis statistik adalah sebuah pernyataan tentang distribusi dari X. Jika hipotesis secara lengkap menyatakan tentang f(x;), maka hipotesis tersebut dinamakan hipotesis sederhana (simple hipothesis), dan jika tidak demikian dinamakan hipotesis komposit (composite hipothesis). Definisi 1.2 Daerah kritis untuk sebuah uji hipotesis adalah himpunan bagian dari ruang sampel yang berkaitan dengan penolakan hipotesis nol Ada dua type kesalahan: 1. Type I : Menolak H0 yang benar 2. Type II : Tidak menolak H0 yang salah. Notasi yang akan digunakan untuk probabilitas kedua type kesalahan diatas adalah: 1. P[kesalahan Type I]=P[TI]=. 2. P[kesalahan Type II]=P[TII]=. Definisi 1.3 Untuk hipotesis nol sederhana H0, probabilitas menolak H0 yang benar, dinotasikan dengan =P[TI], dinamakan level signifikansi dari tes (uji hipotesis). Untuk hipotesis nol komposit ukuran (size) dari tes adalah probabilitas maksimum menolak H0 bila H0 benar. Definisi 1.4 Fungsi kuasa (power function), (), dari tes H0 adalah probabilitas menolak H0 bila nilai parameter yang benar adalah . Untuk hipotesis sederhana H0 : = 0 lawan H1 : = 1, (0)= dan (1)=1-. 2. Tes untuk Distribusi Normal Teorema 2.1 Anggap x1, …, xn adalah nilai-nilai hasil observasi sampel acak dari distribusi normal N(,2) dimana 2 diketahui, dan misalkan z0 xn / n . 1. Tes ukuran dari H0 : 0 lawan H1 : > 0 adalah tolak H0 jika z0 z1-. Fungsi kuasa untuk tes ini adalah ( ) 1 z1 0 / n 2. Tes ukuran dari H0 : 0 lawan H1 : < 0 adalah tolak H0 jika z0 -z1-. Fungsi kuasa untuk tes ini adalah ( ) z1 0 / n 3. Tes ukuran dari H0 : =0 lawan H1 : 0 adalah tolak H0 jika z0 -z1-/2 atau z0 z1-. Teorema 2.2 Anggap x1, …, xn adalah nilai-nilai hasil observasi sampel acak dari distribusi normal N(,2) dimana 2 tidak diketahui, dan misalkan t0 xn s/ n . 1. Tes ukuran dari H0 : 0 lawan H1 : > 0 adalah tolak H0 jika t0 t1-(n-1). 2. Tes ukuran dari H0 : 0 lawan H1 : < 0 adalah tolak H0 jika t0 - t1-(n-1). 3. Tes ukuran dari H0 : = 0 lawan H1 : 0 adalah tolak H0 jika t0 - t1-/2(n-1) atau t0 t1-/2(n-1). Teorema 2.3 Anggap x1, …, xn adalah nilai-nilai hasil observasi sampel acak dari distribusi normal N(,2), dan misalkan 0 (n 1) s 2 / 02 1. Tes ukuran dari H0 : adalah tolak H0 jika 0 0 0 2 02 2 (n 1) 3. Tes ukuran dari H0 : adalah tolak H0 jika lawan H1 : 2 02 12 (n 1) 2. Tes ukuran dari H0 : adalah tolak H0 jika . 2 02 . lawan H1 : 2 02 lawan H1 : 2 02 . 2 02 2 / 2 (n 1) atau 0 12 / 2 (n 1) . Teorema 2.4 Anggap x1, …, xn1 dan y1, …, yn2 adalah nilai-nilai hasil observasi sampel acak independen dari distribusi normal N(1,21) dan N(2,22), dan misalkan s12 f0 2 d0 s2 . 1. Tes ukuran dari H0 : 22 / 12 d 0 22 / 12 d 0 adalah tolak H0 jika 2. Tes ukuran dari H0 : 22 / 12 d 0 3. Tes ukuran dari H0 : 22 / 12 d 0 atau f 0 1 / f1 (n2 1, n1 1) 22 / 12 d 0 adalah tolak H0 jika 22 / 12 d 0 . lawan H1 : f 0 f1 (n1 1, n2 1) adalah tolak H0 jika f 0 f1 / 2 (n1 1, n2 1) lawan H1 : . lawan H1 : f 0 1 / f1 / 2 (n2 1, n1 1) . Teorema 2.5 Anggap x1, …, xn1 dan y1, …, yn2 adalah nilai-nilai hasil observasi sampel acak independen dari distribusi normal N(1,21) dan N(2,22) dimana 21=22=2, dan misalkan t0 yn xn d 0 1 1 sp / n1 n2 . 1. Tes ukuran dari H0 : 2 - 1 d0 lawan H1 : 2 - 1 > d0 adalah tolak H0 jika t0 t1(n1+n2-2). 2. Tes ukuran dari H0 : 2 - 1 d0 lawan H1 : 2 - 1 < d0 adalah tolak H0 jika t0 t1-(n1+n2-2). 3. Tes ukuran dari H0 : 2 - 1 = d0lawan H1 : 2 - 1 d0 adalah tolak H0 jika t0 - t1/2(n1+n2-2) atau t0 t1-/2(n1+n2-2). Teorema 2.6 Anggap (x1,y1), …, (xn,yn) adalah nilai-nilai hasil observasi sampel acak pasangan independen dari variabel acak (X1,Y1), …, (Xn,Yn) dan anggap setiap selisih Di=Yi – Xi berdistribusi normal dengan D=2 - 1 dan variansi 2D. Misalkan d dan sd2 adalah sampel mean dan sampel varians yang didasarkan pada selisih di=yi – xi , dan misalkan t0 d d0 sd / n . 1. Tes ukuran dari H0 : 2 - 1 d0 lawan H1 : 2 - 1 > d0 adalah tolak H0 jika t0 t1-(n1). 2. Tes ukuran dari H0 : 2 - 1 d0 lawan H1 : 2 - 1 < d0 adalah tolak H0 jika t0 t1-(n-1). 3. Tes ukuran dari H0 : 2 - 1 = d0lawan H1 : 2 - 1 d0 adalah tolak H0 jika t0 - t1/2(n-1) atau t0 t1-/2(n-1). 3. Uji Binomial Teorema 3.1 Misalkan S~BIN(n,p) dan z0 s np0 np0 (1 p0 ) . Untuk n besar, 1. Aproksimasi tes ukuran dari H0 : p p0 lawan H1 : p > p0 adalah tolak H0 jika z0 > z1- . 2. Aproksimasi tes ukuran dari H0 : p p0 lawan H1 : p < p0 adalah tolak H0 jika z0 < -z1. 3. Aproksimasi tes ukuran dari H0 : p = p0 lawan H1 : p p0 adalah tolak H0 jika z0 < -z1/2 atau z0 > z1- /2. 4. Uji Poisson Teorema 4.1 Anggap x1, …, xn adalah nilai-nilai hasil observasi sampel acak dari distribusi Poisson POI(), dan misalkan n s xi i 1 . 1. Konservatif tes ukuran dari H0 : 0 lawan H1 : > 0 adalah tolak H0 jika 1-F(s1; n0) . 2. Konservatif tes ukuran dari H0 : lawan H1 : 0 < 0 adalah tolak H0 jika F(s; n0) . 5. Uji Paling Kuat Definisi 5.1 Uji (tes) dari H0 : = 0 lawan H1 : = 1 yang didasarkan pada daerah kritis C* dikatakan sebagai uji paling kuat (most powerful test) dengan ukuran jika 1. C* (0 ) , dan. 2. C* (1 ) C (1 ) untuk sebarang daerah kritis dengan ukuran .. Teorema 5.2 (Neyman-Pearson Lemma) Anggap X1, …, Xn mempunyai fungsi densitas bersama f(x1, …, xn ; ). Misalkan ( x1 ,..., xn ; 0 ,1 ) f ( x1 ,..., xn ; 0 ) f ( x1 ,..., xn ;1 ) dan misalkan C* {( x1 ,..., xn ) : ( x1 ,..., xn ;0 ,1 ) k} dimana k adalah sebuah konstanta yang memenuhi P[( X1,..., X n ) C* | 0 ] . Maka C* adalah daerah kritis paling kuat dengan ukuran . Untuk uji H0 : = 0 lawan H1 : = 1. 6. Uji Paling Kuat Secara Uniform Definisi 6.1 Misalkan X1, …, Xn mempunyai fungsi densitas bersama f(x1, …, xn ; ) dan pandang hipotesis H0 : 0 lawan H1 : - 0, dimana 0 . Daerah kritis C* (uji hipotesis) dikatakan sebagai paling kuat secara uniform (uniformly most powerful / UMP) dengan ukuran jika max{ C * ( ) : 0 } dan C * ( ) C ( ) untuk semua - 0 dan semua daerah kritis C dengan ukuran . Definisi 6.2 Sebuah fungsi densitas bersama f(x1, …, xn ; ) dikatakan mempunyai rasio likelihood monoton (monotone likelihood ratio / MLR) dalam statistik T=T(X1, …, Xn) jika untuk sebarang nilai parameter 1<2, rasio f(x1, …, xn ; 2)/ f(x1, …, xn ;1) tergantung pada x1, …, xn hanya melalui fungsi T(x1, …, xn), dan rasio ini merupakan fungsi tidak turun dari T(x1, …, xn). Teorema 6.3 Jika sebuah fungsi densitas bersama f(x1, …, xn ; ) mempunyai rasio likelihood monoton dalam statistik T=T(X1, …, Xn), maka UMP dari tes ukuran dari H0 : 0 lawan H1: > 0 adalah tolak H0 jika T(x1, …, xn) k dimana P[T(x1, …, xn)k| 0]= . 7. Uji Tak Bias Definisi 7.1 Uji hipotesis H0 : 0 lawan H1 : - 0 dikatakan tak bias jika min{ ( ) : 0} max{ ( ) : 0} . Contoh 7.1 Misalkan X1, …, Xn merupakan sampel acak dari distribusi normal X~N(0,2). Akan diuji H0 : 2=20 lawan H1 : 2 20 berdasarkan statistik n S0 X i2 / 02 i 1 jika . Di bawah H0, S0~2(n) sehingga tolak H0 s0 2 / 2 (n) atau s0 12 / 2 (n) . Nilai minimum dari (2) terjadi pada 2 20. Dengan demikian uji di atas bukan uji tak bias. 8. Uji Rasio Likelihood Tergeneralisasi Definisi 8.1 Misalkan X1, …, Xn mempunyai fungsi densitas bersama f(x1, …, xn ; ), dan pandang hipotesis H0 : 0 lawan H1 : - 0. Uji rasio likelihood tergeneralisasi (generalized ratio likelihood test / GLR) didefinisikan sebagai ( x1 ,..., xn ) dimana ˆ max{ f ( x, ) : 0 } f ( x,ˆ0 ) max{ f ( x, ) : } f ( x,ˆ) adalah MLE dari dan ˆ0 adalah MLE dari dibawah H0. Contoh 8.1 Misalkan X1, …, Xn merupakan sampel acak dari distribusi normal X~N(,2) dimana 2 diketahui. Akan diuji H0 : = 0 lawan H1 : 0. MLE untuk adalah ˆ x̂n . ( x1 ,..., xn ) Di sini f ( x, 0 ) exp[ n( xn 0 ) 2 / 2 2 ] f ( x, ˆ ) . Kriteria ujinya adalah tolak H0 jika (x1, …, xn ) k, atau secara ekuivalen jika x 0 z n k1 / n 2 2 dimana Z~N(0,1) dan Z2~2(1). Tes ukuran adalah tolak H0 jika z 2 12 (1) atau secara ekuivalen, tolak H0 jika z z1 / 2 atau z z1 / 2 . 9. Uji Bersyarat Kadang-kadang dimungkinkan untuk mengeliminasi parameter pengganggu (nuisance paremeter) yang tak diketahui dan mendapatkan tes ukuran dengan mengkonstruksi tes yang didasarkan pada mengkondisikan pada suatu variabel. Sebagai contoh jika S adalah statistik cukup untuk nuisance parameter , maka distribusi dari X|S tidak tergantung pada . Contoh 9.1 Misalkan X~BIN(n1,p1) dan Y~BIN(n2,p2) dengan X dan Y saling independen. Akan diuji hipotesis H0 : p1 = p1 = p lawan H1 : p1 < p2 dengan ukuran . Di bawah H0 fungsi densitas bersama dari X dan Y adalah n n f ( x, y) 1 2 p x y (1 p) n1 n2 ( x y ) x y dan jelas bahwa S=X+Y merupakan statistik cukup untuk p. Ini menyarankan untuk memikirkan tes yang didasarkan pada distribusi bersyarat dari (X,Y) bila diberikan S=s. Karena Y=S-X, maka cukup untuk mendasarkan tes pada distribusi bersyarat dari Y diberikan S=s. Di bawah H0, S~BIN(n1+ n2,p) dan dengan demikian n2 n1 y s y fY | s ( y ) , n1 n2 s yang merupakan y 0,..., s; s 0,..., n1 n2 distribusi hipergeometrik. Distribusi ini tidak memuat p, dan daerah kritis dari tes ukuran dapat ditentukan di bawah H0 untuk sebarang nilai s yang diberikan. Untuk H1 : p1 < p2 daerah kritis yang paling baik adalah untuk nilai y yang besar. Jadi tolak H0 jika yk(s), atau untuk tes ukuran , tolak H0 jika n2 n1 i s i i y n1 n2 s s . 10. Uji Sekuensial Pada pembahasan terdahulu untuk ukuran sampel yang tetap n, lemma Neyman-Pearson dapat digunakan untuk mengkonstruksi uji paling kuat dengan ukuran untuk hipotesis sederhana. Juga untuk beberapa kasus dapat dirumuskan ukuran sampel yang menghasilkan tes ukuran dengan kuasa uji tertentu, atau dengan probabilitas kesalahan type II, yakni . dibahas prosedur uji Di bagian ini akan sekuensial dimana ukuran sampel tidak ditetapkan sebelumnya. Berikut ini akan dibahas salah satu dari uji sekuensial yang dinamakan uji rasio probabilitas sekuensial (sequential probability ratio test / SPRT). Misalkan akan diuji H0 : = 0 lawan H1 : =1. Misalkan X1, …, Xn merupakan sampel acak berukuran n dengan fungsi densitas f(x,). Definisikan m m ( x1 ,..., xm ) f ( x1; 0 )... f ( xm ; 0 ) f ( x1;1 )... f ( xm ;1 ) untuk m=1,2,… dan lakukan prosedur berikut ini. Misalkan k0 < k1 adalah sebarang bilangan positif, dan hitung 1 didasarkan pada observasi x1. Jika 1 k0 maka tolak H0; jika 1 k1 maka terima H0; dan jika k0 < 1 < k1 maka ambil observasi x2 dan hitung 2. Secara serupa jika 2 k0 maka tolak H0; jika 2 k2 maka terima H0; dan jika k0 < 2 < k1 maka ambil observasi x3 dan hitung 3, dan seterusnya. Idenya adalah melanjutkan mengambil nilai-nilai xi selama rasio m terletak diantara k0 dan k1, dan berhenti bila m k0 atau m k1. Daerah kritis C dari uji sekuensial adalah Cn={(x1,…,xn)| k0<j(x1,…,xn)< k1, j=1,…,n-1, n(x1,…,xn)< k0}, n=1,2,…
© Copyright 2024 Paperzz